03

44 5 0
                                    

Acara PENSI pun baru saja dimulai, ketua OSIS yang membuka acara itu, satu persatu penampilanpun digelar, dinda masih menunggu dibelakang panggung bersana kedua sahabatnya, sisil dan ica.

Sisil adalah sahabat dinda sejak kelas 1 SMA sementara Ica sudah bersahabat dengan dinda sejak kelas VIII SMP.

Sementara diatas panggung para anak modern dance tengah menunjukan bakatnya, dinda melihat darrel yang sepertinya tengah menjadi pemimpin pertunjukan itu. "Dinda" suara itu mengagetkan dinda yang tengah asyik melihat pertunjukan diatas panggung "Iya ada apa?"

"Setelah ini giliran kamu, siap siap ya" ucap farrel, si ketua OSIS sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. "Iya rel, makasih udah ngasih tau"

"semangat ya". Entah mengapa ucapan farrel barusan membuat hati dinda menjadi tak karuan, ia pun hanya membalasnya dengan senyuman. Farrel pun kembali ke atas panggung karna penampilan tadi sudah selsai, sekarang giliran dinda. Dengan sangat percaya diri dinda pun naik ke atas panggung, sebelum memulai penampilannya, dinda menatap dahulu semua penonton yang ada, itulah yang biasa dilakukan dinda agar tidak gugup nantinya, tanpa sengaja, matanya bertemu dengan pria menjengkelkan tadi, darrel. Dia tengah melihat juga ke arah dinda sambil tersenyum, dan dinda tau itu bukan senyum yang tulus melainkan senyum ejekan. Hal itu semakin membuat dinda bertekad harus tampil dengan sangat bagus agar tarian tradisional lebih berkembang dipanding modern dance. Dindapun memulai aksinya, suara gamelan membuka penampilan dinda, ia menari begitu gemulai, semua yang ada bertepuk tangan, mereka sudah tidak asing dengan tarian indah dinda. Disatu sisi, darrel dan juga farrel diam diam memuji kepiawayan dinda.

"cantik" ucap farrel kepada dinda setelah ia selsai menari. "Hah?"

"Tarian kamu cantik" lanjut farrel.
"oh tariannya:(".
"Makasih" kata dinda sambil tersenyum dan pergi meninggalkan farrel menuju kedua sahabatnya. Dari jauh dinda melihat sisil tengah tersenyum ke arah farrel. Dinda sepertinya menyangka bahwa sisil menyukai farrel. "Hebat din selamat yaa" ucap ica dengan senyuman diwajahnya "Makasih ca" balas dinda. Dinda menoleh ke arah sisil, dia masih melihat ke arah farrel dan juga sebaliknya. Entah mengapa, hati dinda rasanya tak terima. "Perasaan apa ini?" batinnya.

"Eh ca aku permisi dulu ya mau ke toilet ganti baju"

"Iya din, aku tunggu disini ya"

Sebelum pergi dinda sempat menengok dan melihat ke arah sisil yang masih tersenyum ke arah farrel. Tanpa diduga dan diminta, air mata dinda jatuh tanpa sebab untuk yang kedua kalinya di hari ini. Pandangannya pun menjadi tidak fokus akibat genangan air dimatanya. Lalu...

Brukk...

"Lo lagi lo lagi" ucap seorang pria, dinda menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan air matanya "Ma..maaf" ucap dinda

"Kenapa lo nangis?"

"Ah engga, bukan urusan kamu"

"Iya juga sih bukan urusan gue, ah iya lo masih punya urusan sama gue"

Dinda menghapus air matanya lalu mendongakkan kepalanya "Mau kamu apa?"

"gue mau lo jadi pacar gue!"

i believe i'm strongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang