bagian 4

348 19 0
                                    

Hari demi hari dilewati mereka, Ryuu dan Takahiro bersikap selayaknya rekan kerja. Mereka tidak mau mengingat lagi saat makan malam beberapa hari lalu. Yang jelas mungkin bukan mereka, tapi Ryuu.

"Undangan makan malam?," ucap Ryuu saat melihat undangan yang tergeletak di atas meja Takahiro saat dirinya meletakkan berkas pekerjaannya.

Ryuu sempat tidak memperdulikannya, karna menurutnya itu adalah urusan pribadi Takahiro. Tapi, saat Takahiro datang dengan handphone yang berada di telinga Ryuu merasa gelisah. Ryuu kembali ke meja kerjanya dan mendengar Takahiro.

"Oh, iya. Aku sudah mendapatkan undangannya. Hah?, Naomi?, aku harus menjemputnya?, jangan bilang kalau kalian menjodohkanku dengannya?," ucap Takahiro.

Ryuu mendengar semuanya, Ryuu cukup merasakan aneh di dalam hatinya. Merasa sesak yang tidak bisa di artikan. Mata Ryuu melirik ke arah Takahiro yang mulai mengetahui kalau Ryuu meliriknya.

"Usami, tolong salin ini dan aku harap jika aku kembali berkas ini sudah selesai kau salin." ucap Takahiro saat sudah mematikan teleponnya.

"Memang kau mau kemana?," tanya Usami.

"Aku akan kembali ke kyoto. Pertemuan keluarga." ucap Takahiro.

"Oh, baiklah. Berapa hari kau disana?," tanya Usami.

"Mungkin lusa aku sudah kembali, masih banyak waktu untuk menyalin itu kan." ucap Takahiro tersenyum.

Ryuu mendengar semua percakapan Takahiro dan Usami, wajahnya sedikit khawatir. Entah apa yang di khawatirkan, yang pasti dia merasa gelisah mendengar percakapan mereka.

"Oke, aku akan berangkat siang ini. Jadi aku mohon kalian bekerja samalah dengan baik." ucap Takahiro kepada yang lainnya termasuk Ryuu.

Ryuu hanya menatap layar didepannya, mengacuhkan Takahiro yang bicara padanya juga karyawan yang lainnya.

Takahiro memperhatikan Ryuu, antara wajah polos juga serius itu membuat Takahiro akhir-akhir ini memperhatikannya.

-

Takahiro kembali merapikan beberapa alat kerjanya, saat makan siang tinggalah Takahiro dan Ryuu yang masih setia mengerjakan pekerjaannya.

"Aku akan pergi." ucap Takahiro.

"Pergilah." jawab Ryuu singkat.

Takahiro menghela nafas.

"Kau yang memberiku selimut saat itu?," tanya Takahiro mengingat kembali selimut yang berada diatasnya saat dia membuka mata.

"Hmm.."

Takahiro mendekati Ryuu dan duduk di samping Ryuu.

"Maafkan aku, mungkin kau sudah melupakan kejadian malam itu. Tapi, aku merasa bersalah. Maafkan aku." ucap Takahiro.

"Kau tidak salah, pergilah." ucap Ryuu.

Tangan Takahiro terangkat dan mengelus kepala Ryuu.

Ryuu cukup terkejut atas perlakuan Takahiro padanya. Wajah Ryuu memerah, dia menahan malu.

"Le..lepaskan." ucap Ryuu sembari menepis tangan Takahiro agar menjauh dari kepalanya.

"Aku pergi." ucap Takahiro mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Pergilah!," ucap Ryuu dengan nada kesal yang tidak bisa di artikan.

Wajah Ryuu memerah, menahan kesal juga khawatir.

Takahiro berjalan meninggalkan ruang kantor, dan tinggalah Ryuu sendiri masih bermain dengan keyboard laptopnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?," ucap Ryuu pelan.

RyuuTakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang