Chapter 5 : Perasaan

11.3K 1.1K 44
                                    


Naruto membuka matanya yang entah kenapa terasa begitu berat untuk dibuka. Rasanya ia benar-benar mengantuk hingga tak ingin meninggalkan futon sedikitpun. Ia menyadari jika dirinya tengah memeluk sesuatu yang nyaman dan hangat, berbeda dengan guling yang biasa dipeluknya.

Jari Naruto meremas sesuatu yang dipeluknya dan ia meringis. Ia tak mengerti sejak kapan guling bisa memiliki bagian yang keras seperti tulang. Dan kini sesuatu yang dipeluknya itu menepis tangannya secara refleks.

Naruto cepat-cepat membuka matanya dan ia menguap. Namun ia segera berjengit dan menjauhkan tangannya ketika menyadari apa yang baru saja ia sentuh. Ia baru saja menyentuh bagian pinggang Sasuke yang hanya memakai yukata dan memeluk lelaki itu dengan erat. Sepertinya tadi Naruto meremas pinggang Sasuke hingga lelaki itu tidak nyaman dan langsung menepis tangannya secara refleks meski sedang tidur.

Naruto cepat-cepat bangun dan menggulung kasur lipatnya meski ia sendiri masih mengantuk. Semalam entah mengapa Sasuke malah meletakkan futon bersebelahan dengan futon nya sehingga mereka berdua bisa saling menatap saat hendak tdur. Saat itu jantung Naruto berdebar lebih keras, entah karena ia memang gugup atau karena efek alkohol yang ternyata rasanya enak sehingga ia minum beberapa gelas hingga kepalanya pusing.

"Hn?" terdengar gumaman lemah dari Sasuke.

Naruto cepat-cepat menjawab, "Kenapa? Sebaiknya kau kembali tidur saja, teme."

"Kau meremas pinggangku dan memelukku, hn?"

Naruto mengangguk dengan wajah memerah, "Iya. Kupkir aku sedang memeluk guling. Dan ternyata itu malah kau. Gomen."

"Ingin menggodaku, hn?"

Wajah Naruto sedikit memerah karena malu. Saat ini juga merupakan saat yang tidak tepat karena tubuhnya sedang terasa tegang, hal yang wajar dialami pria normal manapun. Ia bahkan tak bisa melepaskan pandangan dari dada Sasuke yang sedikit tersingkap.

"Tidak, teme. Kau salah paham, bukan begitu maksudku."

Sasuke bangkit berdiri dan berjalan mendekati Naruto dengan langkah yang agak sempoyongan. Ia segera menyentuh bahu Naruto dan berhenti melangkah. Iris onyx nya menatap iris sapphire Naruto yang memantulkan bayangan dirinya sendiri.

"T-teme? Kau mau apa?"

Tanpa mengucapkan apapun, Sasuke segera mendekati wajahnya ke wajah Naruto hingga ia bisa melihat wajah Naruto dengan jelas dan merasakan hembusan nafas hangat lelaki itu. Sasuke menatap bibir merah muda yang menggoda milik Naruto dan entah kenapa ia berpikir untuk merasakan bibir yang terlihat lembut itu.

"Te-me?"

Sasuke mendekatkan bibirnya hingga hanya berjarak beberapa sentimeter dengan bbir Naruto. Rasanya ia ingin melumat bibir itu.

Naruto memejamkan mata dan merasakan bibir Sasuke yang perlahan mendekat. Namun ketika bibir mereka hampir bersentuhan, Sasuke segera menjauhkan wajahnya dan membuat Naruto membuka matanya.

"Kau berpikir aku benar-benar ingin mencium bibirmu, hn?" Sasuke menyeringai dan mengacak-acak rambut Naruto.

Naruto cepat-cepat menggelengkan kepala. Ia merasa malu terhadap dirinya sendiri, bagaimana bisa ia berharap Sasuke akan menciumnya? Ia bahkan tak tahu jika Sasuke adalah heteroseksual atau homoseksual. Sasuke menutup rapat-rapat setiap kisah romansanya sehingga Naruto tak pernah tahu.

"Tidak. Mana mungkin aku berpikir kau ingin menciumku? Kau ini kan, ayahku."

"Aku hanya ayah angkatmu," goda Sasuke sambil tersenyum. "Lagipula wajahmu menunjukkan sebaliknya, dobe."

Daddy's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang