Naruto duduk di ruang makan dengan Sasuke yang berhadapan dengannya. Ia berusaha keras tak menatap Sasuke dan hanya fokus dengan makanan yang sudah tersaji dihadapannya meskipun sebetulnya ia ingin menatap wajah Sasuke.
Ia masih merasa marah pada Sasuke sejak malam ketika ia mendengar ucapan Sasuke megenai Karin. Namun ia tak berani mengekspresikan kemarahannya dan hanya bisa memendamnya di dalam hati. Ia tak ingin dianggap sebagai orang yang tak tahu diri. Ia sadar jika ia tak mampu menghidupi dirinya sendiri untuk saat ini dan membalas semua hal yang telah dilakukan Sasuke, terkecuali jika ia melakukan pekerjaan kotor. Itupun jika ada yang mau memakai jasanya.
Naruto memutuskan untuk mempercepat makan dan meninggalkan Sasuke. Ia yang biasanya ingin menghabiskan waktu selama mungkin dengan Sasuke dan sangat cerewet kini hanya diam saja dan hanya berbicara jika menurutnya penting. Jika ditanya, ia juga hanya menjawab sekedarnya.
Sasuke mengernyitkan dahi dengan reaksi Naruto. Sudah lebih dari seminggu Naruto bersikap seperti ini. Ia selalu menyelesaikan sarapan lebih dulu daripadanya. Lelaki itu bahkan tak lagi berisik seperti biasanya. Ia bersikap benar-benar tenang dan membuat Sasuke merasa heran.
Seharusnya Sasuke menikmati ketenangan yang akhirnya bisa ia nikmati di rumahnya setelah kehadiran Naruto. Namun entah kenapa kesunyian Naruto malah membuatnya merasa tak nyaman, seolah menusuk hatinya dari dalam meskipun ia berusaha tak memedulikannya.
Semula ia berpikir jika Naruto hanya sedang dalam suasana hati yang tidak baik dan bersikap diam. Memang agak aneh bagi Naruto yang biasanya akan bercerita apa saja padanya dan bukan tipe orang yang mudah bad mood, namun kemungkinan akan tetap ada.
Kini Sasuke merasa tak tahan lagi. Ia yakin jika Naruto sedang marah dan menghindari dirinya meskipun Naruto terlihat biasa-biasa saja.
"Jam berapa kau masuk kuliah hari ini?"tanya Sasuke pada Naruto yang baru saja bangkit berdiri dari kursinya.
"Jam delapan."
Sasuke melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya. Jam baru saja menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. Jarak dari rumah ke universitas hanya lima belas menit, tidak biasanya Naruto berangkat sepagi ini.
"Kau pulang jam berapa?"
"Jam enam. Hari ini ada pertemuan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)."
"Tidak usah ikut pertemuan UKM hari ini. Kita akan berangkat ke Kyoto besok. Persiapkan barang-barang yang akan kau bawa."
Naruto membelalakan mata. Ia tak mengira jika Sasuke akan mengajaknya berlibur mendadak. Biasanya lelaki itu akan mengumumkan rencana berlibur sejak berbulan-bulan sebelumnya.
"Hah?! Kita akan menginap? Sudah pesan hotel nya?"
"Akan kupesan sekarang. Kau tidak sedang ujian, kan?"
"Tidak, sih."
Sasuke menganggukan kepala. Ia mengeluarkan ponsel nya dan mengecek aplikasi untuk memesan tiket dan hotel.
Ia segera mengecek tiket kereta dan tak lama kemudian harga tiket yang ia inginkan muncul di layar ponsel nya.
"Aku akan pesan tiket pukul setengah delapan pagi untuk besok. Kau keberatan?"
Naruto menggelengkan kepala. Selama ini ia hampir tak pernah menolak apapun yang diinginkan Sasuke. Sesekali ia ingin mencoba menolak dan melihat reaksi lelaki itu. Namun ia terlalu takut untuk melakukannya.
"Kita akan menginap berapa lama?"
"Berapa lama yang kau mau, dobe?"
Naruto terdiam dan tak mengucapkan apapun meski mulutnya terbuka. Sasuke selalu menentukan segala hal sendiri mengenai berlibur, termasuk tanggal dan durasi berlibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Boyfriend
FanfictionUchiha Sasuke, seorang direktur muda yang tak menyukai anak-anak memutuskan untuk mengadopsi Naruto, putra dari sang sensei dan istrinya yang telah meninggal. Akankah ia berhasil mempertahankan hubungan ayah-anak dengan Naruto atau mengubahnya menja...