Chapter 1 : Sepuluh Tahun Kemudian

19.9K 1.6K 76
                                    

-10 Tahun Kemudian-

Seorang lelaki muda berambut pirang melangkah turun dari sebuah Porsche Turbo berwarna abu-abu miliknya. Ia melangkah memasuki gedung pusat perbelanjaan dan berdiri di depan sebuah elevator.

Lelaki muda itu tak menghiraukan tatapan penuh kekaguman yang didapatinya dari orang-orang disekelilingnya. Ia segera masuk ke dalam elevator dan memencet tombol delapan bersama orang-orang lainnya.

Aroma parfum mahal yang disemprotkan lelaki muda itu menyeruak memenuhi seluruh elevator yang dipenuhi orang-orang. Tak hanya wanita, beberapa pria bahkan ikut menatap lelaki muda berambut pirang itu dengan tatapan cemburu.

Bagaimana tidak? Seorang lelaki muda dengan tinggi tubuh seratus delapan puluh sentimeter serta kulit tan yang eksotis dan mata biru serta tubuh yang sepertinya cukup bagus.

Tak hanya itu, lelaki itu bahkan mengenakan kemeja putih Giorgio Armani dan cardigan hitam yang terkancing seluruhnya dan tampaknya juga dari brand terkenal yang dipadukan dengan celanan berwarna hitam ketat yang membungkus kaki ramping dan jenjangnya. Di tangan lelaki itu melingkat sebuah jam Bvlgari dengan harga belasan ribu dollar.

Elevator itu berhenti di lantai delapan dan sang lelaki muda segera melangkah menuju sebuah coffee shop yang lumayan ramai dengan beberapa eksekutif muda yang duduk sendirian dengan segelas kopi seraya mengetik diatas laptop.

Iris sapphire lelaki itu tertuju pada seorang lelaki berusia tiga puluhan awal yang sedang duduk sendirian. Lelaki itu mengangkat tangan dan lelaki muda itu segera menghampiri.

"Sasuke-nii, maaf sudah menunggu lama. Dosenku terlambat datang dan mengakhiri kelas tiga puluh menit lebih lama," ujar lelaki muda itu seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan Sasuke.

Sasuke memicingkan mata dan menatap sang 'putra asuh' lekat-lekat. Ia bertanya-tanya jika kepala lelaki itu baru saja terbentur sesuatu hingga berbicara seformal ini padanya.

"Hn? Sejak kapan kau sesopan ini padaku, dobe."

"Tentu saja karena kita sedang di tempat umum, Sasuke-nii," Naruto tersenyum lebar dan meneguk ludah karena gugup dengan tatapan tajam Sasuke padanya.

"Aku malah merasa aneh jika kau seperti ini, dobe."

"Whoa... sejak kapan kau tidak bersikap formal, teme?"

Sasuke tersenyum tipis mendengar panggilan sang putra asuh padanya. Siapapun yang melihat mereka pasti mengira jika mereka adalah teman. Namun sebetulnya tidak. Secara legal, hubungan Naruto dan Sasuke di dalam dokumen adalah ayah dan anak. Namun ketika menghadiri acara-acara resmi atau dihadapan keluarga Sasuke, maka Sasuke akan meminta Naruto untuk memanggilnya 'Sasuke-nii'. Namun ketika mereka sedang berdua, Naruto akan memanggilnya 'teme'.

Sebetulnya bukan tanpa alasan Naruto memanggil Sasuke dengan sebutan 'teme'. Awalnya Naruto bersikap ekstra formal pada Sasuke dan bersikap tertutup. Namun Sasuke memutuskan mengajak Naruto menemui psikolog untuk menghilangkan trauma dan bersikap layaknya seorang ayah terhadap putra kandungnya sendiri berkat usul Itachi.

Kini kepribadian semula Naruto telah kembali dan Sasuke menyadari jika pemuda itu sebetulnya adalah orang yang sangat ceria dan jahil hingga membuatnya ikut menjadi jahil dengan memanggilnya 'dobe' dan terkadang sengaja menjahilinya agar Naruto jengkel.

"Kau lebih suka aku bersikap formal, dobe?"

Naruto cepat-cepat menggelengkan kepala, "Tidak, tidak. Kau menyeramkan jika sedang bersikap formal. Tatapanmu bahkan begitu tajam hingga rasanya aku akan mati jika kau menatapku seperti itu sepanjang hari."

"Hn? Sejak kapan tatapan bisa membunuh, dobe?" ucap Sasuke seraya menatap wajah Naruto lekat-lekat.

Naruto tak menjawab dan ia segera memalingkan wajah untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah. Jantungnya berdebar cepat dan udara sekitar terasa memanas. Dadanya terasa sesak seolah ditekan dengan keras.

Daddy's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang