Selama dua bulan ini fokusnya hanya tertuju untuk melatih kemampuan berpedang di kediaman Yagyuu. Si rambut perak sudah menemui banyak musuh mengerikan selama hidupnya, namun belum pernah sekalipun bertarung dengan seseorang dari ras yato.
Gintoki menghentikan latihan sebentar, pandangannya beralih ke halaman dimana Shinpachi dan Kyubei berada, tapi tunggu... sepertinya mereka sedang memperdebatkan sesuatu.
"Kau seratus tahun lebih cepat jika ingin menyamaiku, megane!"
Shinpachi terduduk di tanah mengaduh kesakitan. Kyubei melayangkan pedang bambu terlalu keras, sampai pemuda itu merasakan perih luar biasa pada punggungnya.
"Kau boleh saja menjadi pewaris dojo milik ayahmu, hanya saja perlu kau ingat dalam kepalamu." Kyubei mengarahkan telunjuk ke kepalanya. "Jika bertarung hanya sebatas didalam tempat itu kau tidak akan pernah tahu sampai dimana kekuatanmu yang sesungguhnya."
"Cepat bangun! Kalau tidak serius latihan, kau bisa jadi orang pertama yang mati terbunuh nanti."
Perintah gadis itu membuat Shinpachi segera bangkit, punggung tangannya mengusap peluh yang membasahi wajah.
Gintoki berusaha menahan tawa ketika Shinpachi kembali terjatuh setelah serangan beruntun kedua kalinya dari Kyubei. Selama mereka latihan ia berdiri di teras memperhatikan dengan seksama. Shinpachi memang mempunyai potensi untuk menjadi lebih kuat, karena itu Kyubei sengaja tidak mencarikan seorang guru untuk si bocah amatiran itu, ia tertarik mengajarinya sendiri agar Shinpachi bisa lebih mempersiapkan diri.
.
.
.
Kagura mengarahkan pandangan ke taman, sementara tubuhnya berbaring di atas lantai. Kegiatan ini membuatnya jenuh, ia selalu terjebak ke dalam rutinitas yang sama setiap hari. Sementara Shinpachi yang bisa berkeliaran bebas tanpa ada larangan dari Gintoki ataupun Kyubei membuatnya iri. Gadis itu menatap telapak tangannya, lalu seketika bangkit. Dia baru sadar kalau sudah lama sekali tidak menggunakan kekuatannya untuk bertarung. Diraih sebuah tusuk rambut yang menghiasi kepalanya, lalu melemparkan benda itu ke sebuah sasaran di ujung taman.
Wuuuussssss......
Tusuk rambut itu melesat tanpa halangan, namun tangan seseorang dengan tangkas menangkapnya.
"Gin-chan?"
Gintoki mengembalikan benda itu ke tangan Kagura. "Lain kali kau harus berhati – hati. Siapa pun bisa saja melewati tempat ini."
Kagura mengangguk singkat. "Aku mendengar suara para pelayan berlalu lalang kalau sedang berada disini seharian, tapi sejak sore tadi aku tidak dengar apa – apa."
"Nona Kyubei sedang sibuk menerima tamu, karena itu tidak banyak pelayan yang berada di sini." Tojo Ayumu, kaki tangan Kyubei tiba – tiba muncul dalam pembicaraan mereka.
"Tamu?" Tanya Gintoki.
"Ya, ada tuan Matsudaira serta beberapa orang anggota Shinsengumi. Nampaknya mereka membicarakan sesuatu yang penting."
.
.
.
Sejumlah orang yang ikut dalam pertemuan tadi keluar dari ruangan. Mereka berjalan beriringan, Kondo Isao yang berjalan di samping Kyubei mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Tempat ini benar – benar luas, ada banyak ruangan, dan entah ruangan apa saja.
"Apa kau tidak keberatan kalau aku menyalakan rokok?" Matsudaira meminta ijin kepada tuan rumah Yagyuu Koshinori.
"Tidak masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (REVISI)
FanfictionSebuah misi perlindungan yang diberikan untuk Yorozuya, menuntun pemimpinnya, Sakata Gintoki pada sebuah pertarungan besar hingga meluas dan melibatkan pemerintahan Edo.