Menjelang makan siang, ruang kantin dipenuhi keributan kecil. Pemandangan seperti ini sudah sering terjadi di antara anggota Shinsengumi. Istirahat merupakan waktu paling menyenangkan dimana semua bisa berkumpul sambil bercerita di sela – sela saat menyantap makanan mereka.Okita Sougo duduk ditengah – tengah anak buahnya dari divisi satu. Mereka membungkuk hormat sembari bergeser, memberi ruang untuknya.
"Taicho! Aku dengar kau sudah pernah bertemu putri Umibozu, bagaimana orangnya? Katanya dia cantik." Pria berkepala plontos disampingnya penasaran.
Sougo mengerutkan kening. "Siapa yang memberitahumu?"
"Tentu saja wakil komandan."
Dalam khayalannya tergambar wajah sumringah Hijikata sambil berpose "peace" dengan kedua jarinya.
"Hah, sekarang dia berubah jadi tukang gosip." Sougo mulai menyantap makan siangnya. "Lalu apa lagi yang dia katakan padamu?"
"Hmm... Tidak ada, hanya itu saja."
Bagus, berarti kejadian di sungai waktu itu hanya mereka bertiga... Tidak! Mungkin cuma Hijikata dan dia saja yang tahu.
"Tidak ada yang spesial. Dia sama seperti gadis - gadis lainnya, kurus dan juga berdada rata." Jawabnya enteng.
"Okita Taicho, gaya bicaramu jadi semakin sadis sepulang dari kediaman Yagyuu. Apa kau bertemu orang bengis disana?" Pemuda yang duduk dihadapannya ikut menimpali.
Bengis? Hanya satu orang yang terlintas dikepalanya. Sakata Gintoki.
"Tidak ada. Mereka semua memperlakukanku dengan baik."
"Oi! Yamazaki-san!"
Sougo berpaling ke arah pintu masuk, anak buahnya juga ikut mengalihkan tatapan mereka. Yamazaki Sagaru, mata – mata nomor satu Shinsengumi memasuki ruangan lalu duduk agak jauh dari meja makan Sougo.
"Hei, kenapa matamu merah begitu? Tubuhmu juga semakin kurus saja." Salah seorang rekannya memperhatikan tampang kusut Yamazaki.
"Aku sedang banyak pekerjaan akhir – akhir ini. Waktu tidurku juga semakin berkurang."
"Ha? Yang benar?!"
"Hmmmm..." Yamazaki asal – asalan memasukan makanan ke mulutnya sambil menahan kantuk.
"Oh, tunggu sebentar!" Perban yang melilit di tangan nampak menyembul keluar menarik perhatian rekannya. "Kenapa dengan tanganmu?"
"Ini hanya luka kecil. Beberapa hari yang lalu aku hampir terjatuh dari ketinggian, dan sebatang pohon tua yang patah justru menggores kulitku."
Sougo terkesiap. Diluar rumah Yagyuu seingatnya ada sebuah pohon besar yang dahannya memang patah karena sudah lapuk dimakan usia.
"Tapi tenang saja, tidak akan infeksi. Setelah kejadian itu aku langsung mengobatinya."
Orang yang duduk dihadapannya menimpali. "Kupikir kau bukan sedang menjalankan misi, tapi sedang mengintip wanita yang mandi 'kan?"
Semua yang berada satu meja dengannya tertawa geli.
"Memangnya aku kakek – kakek mesum?!"
Sougo membanting kasar sumpitnya ke atas meja. Anak buah dan anggota yang sedang makan di meja lainnya menatap ke arah Sougo.
"Taicho, ada apa?"
"Tidak apa – apa. Aku mau keluar sebentar."
"Eh? Tapi kau belum selesai makan...."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (REVISI)
FanfictionSebuah misi perlindungan yang diberikan untuk Yorozuya, menuntun pemimpinnya, Sakata Gintoki pada sebuah pertarungan besar hingga meluas dan melibatkan pemerintahan Edo.