Sadaharu—begitu seringkali Shinpachi memanggilnya— melewati hutan pinus secepat mungkin. Si kuda putih bersurai panjang berpacu melalui jalanan terjal berliku. Karena sudah terlatih, ia lekas mengerti jika situasi berubah genting.Guncangan hebat setidaknya membuat Kagura sudah mulai sadar, dia terbangun setelah pingsan berjam-jam akibat Gintoki memukul tengkuknya sebelum mereka membawanya pergi. Namun sedikit demi sedikit ia mulai menyadari sesuatu.
Ia berada di atas kuda yang sedang berlari....
Kagura menengok, wajah Shinpachi tepat diatas kepalanya.
"Shinpachi!?" Dahi Kagura berkerut memandangi jalanan gelap ditengah hutan yang terbungkus kabut tipis. "Hei, kita mau kemana?"
Pemuda itu diam saja. Jika pikirannya buyar atau lengah sedikit saja bisa-bisa mereka celaka. Sesekali pemuda berkacamata menoleh ke belakang. Kagura menatap pemuda itu cemas. Firasatnya berkata ada yang tidak beres.
Tidak ada siapa pun yang mengejar mereka! Bagus! Si kuda putih makin mempercepat larinya sesuai arahan dari penunggang. Barisan pohon mulai terlihat jarang, itu artinya mereka hampir keluar dari jalan pintas.
Syukurlah, tinggal sedikit lagi!
Ditengah hutan rimbun, matanya menangkap sekelebat bayangan dari arah samping mengikuti mereka. Tali kekang dalam genggaman ditarik sekuat tenaga. Tiga anak panah melesat, dua melewati kaki, satu lagi melewati depan wajah si kuda. Tidak ada satupun yang berhasil mengenai, tetapi si kuda yang terkejut, lantas menjatuhkan kedua penunggangnya dijalanan berbatu.
"Kau tidak apa-apa?" Shinpachi langsung berlari menghampiri Kagura. Gadis itu bangun susah payah setelah dibantu berdiri. Tidak ada yang terluka, cuma lututnya sedikit lecet dan pakaian bagian bawahnya sobek. Sementara kuda putih tunggangan mereka berdiri agak jauh seraya menggelengkan kepalanya.
"Aku harap kau punya sedikit penyesalan karena tidak membiarkanku membawanya."
Okita Sougo datang dari balik kegelapan hutan. Tiga orang lainnya juga ikut menampakkan diri. Sontak Shinpachi menyembunyikan Kagura dibalik punggung seraya mencabut pedang.
Sougo terkekeh. "Kau mau berduel denganku?... Dengan benda itu?..." Arah pandangnya menunjuk pada katana warisan dari sang ayah.
Ekspresi Sougo yang datar membuat Kagura semakin kebingungan.
"Shinpachi?..." Si gadis Yato memanggil namanya, meminta penjelasan soal apa yang sedang terjadi.
Ia berpikir beberapa saat. Angin mengembus membawa hawa dingin menembus kulit berbalut kimono putih biru, namun bulir keringat yang turun dari dahi Shinpachi nyatanya tidak membuat tubuhnya membeku.
"Okita-san, dia mendapat perintah langsung dari Kamui untuk membunuhmu." Shinpachi menyelesaikan ucapannya tanpa melepaskan pandangan awas dari pemuda sadis itu.
"Aku?...."
Kagura terdiam sesaat.
Ia menatap dua bola mata merah kecokelatan milik Sougo, yang membawanya menuju kilasan balik dari pertemuan pertama kali mereka di sungai sampai rentetan kejadian di rumah Yagyuu.
"Kau ternyata menipuku!"
"Kau bilang kemarin, kau adalah komplotan penjahat. Bagaimana bisa seorang penjahat memakai seragam Shinsengumi?"
"Soal yang kukatakan waktu itu aku tidak bohong, memang itulah kenyataannya."
Semua ingatan itu tertutupi samar berwarna putih. Senyuman di wajah Sougo seketika berubah dan berhasil mengembalikannya ke dunia nyata. Pedang panjang milik salah satu pengikut Sougo mengarah tepat hampir didepan wajahnya. Reflek Shinpachi yang membuat benda itu terhenti lalu menepis sekuat tenaga, mementalkan si pengguna pedang hingga terjungkal ke tanah bebatuan beberapa meter jauhnya. Selama sepersekian detik Kagura terpaku pada sosok Okita Sougo.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (REVISI)
FanfictionSebuah misi perlindungan yang diberikan untuk Yorozuya, menuntun pemimpinnya, Sakata Gintoki pada sebuah pertarungan besar hingga meluas dan melibatkan pemerintahan Edo.