Telapak tangannya meregang lalu mengepal.
"Hidup dan mati kupertaruhkan di sini." Ia membuang jubah cokelatnya ke bawah karena di rasa benda itu hanya membatasi geraknya dari tadi.
Kamui tersenyum, berubah menjadi monster mengerikan. Larinya semula pelan berubah makin cepat. Umibozu menarik napas panjang, membiarkan oksigen memenuhi paru-paru. Tinju Kamui mendekati wajahnya....
Seketika ia merundukkan badan, memusatkan hantaman ke bagian perut. Pemuda itu mendelik sengit, bola matanya mengikuti gerakan tangan lawan. Degup jantung Umibozu berdetak dua kali lebih cepat, melotot setelah Kamui tiba-tiba lenyap dari pandangan.
"Kau terlalu lambat." Suara Kamui terdengar dari belakang.
Apa ini?! Aku bahkan hampir tidak melihatnya!
Belum sempat menoleh, Kamui melempar tubuhnya cukup keras dengan sekali tendangan.
Brak!...
Umibozu terjun bebas menghantam atap berwarna merah bata di lantai dua, berguling beberapa kali lalu mendarat di lantai dasar dengan tubuh tertelungkup. Manik kebiruan Kamui menangkap punggung Umibozu bergerak perlahan. Siapa sangka pria tua itu masih mampu bangkit berdiri?
Sudut bibirnya terangkat. "Boleh juga!"
Umibozu tersengal, ia membalikkan badan, mendongak menatap Kamui di atas sana. Perbedaan kekuatan mereka cukup jauh, seperti saat ini. Kamui berada di level teratas, sedangkan ia yang sudah mendapat julukan Pemburu Penjahat Paling Menakutkan, justru berada dibawahnya.
.
.
.
Okita Taicho, jika sejak awal kau memang berniat menghancurkan Shinsengumi. Mengapa kau masih membiarkanku hidup sewaktu aku berhasil membongkar rencana yang kau buat bersama orang-orang Kiheitai? Dan juga Hijikata-san. Kau menginginkan posisinya sekarang, mengapa kau tidak membunuhnya saja waktu itu?
Pikiran Yamazaki berputar-putar mengingat rentetan kejadian yang ia alami sembari memperhatikan Hijikata yang sudah luka parah.
Hijikata menggertakan gigi. Yamazaki hendak bergerak maju menolong wakil komandannya yang sudah kepayahan. Namun sekali lagi, keinginan anak buahnya membantu justru segera ditolak mentah-mentah. Dia tidak ingin melibatkan orang lain dalam pertarungan ini.
"Kau!... sialan..." Dia menopang tubuhnya dengan pedang yang tertumpu di tanah.
"Hijikata-san, jika ada pesan terakhir, segera beritahukan padaku. Setidaknya saat ini aku masih tetap bagian dari Shinsengumi."
"Daripada memikirkan hal seperti itu, mengapa kau tidak pikirkan dirimu sendiri bocah sadis? Meskipun aku mati, kau tidak akan bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini."
Sougo menatap sekelilingnya. Ada ancaman lain yang harus ia waspadai. Meski anggota Shinsengumi tidak sebanyak perkiraan awal, tetapi itu cukup membantu disaat keadaan terdesak. Dia melawan orang sebanyak ini? Pikirkan saja apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sunyi sepi meliputi pertarungan Sougo dan Hijikata. Hanya terdengar denting pedang saling beradu. Pandangan mereka yang menyaksikannya seringkali menyiratkan kekhawatiran pada sang wakil komandan. Si pengkhianat berhasil membuat lawan jatuh bangun, pemuda itu menunjukkan seringainya saat Hijikata benar-benar tumbang. Tanpa diduga, Saitou langsung maju. Ia menghunuskan pedangnya berkali-kali, meski Sougo selalu berhasil menghindar, namun kali ini ia terkecoh. Darah segar menyembur dari kimononya.
Saitou menarik pedang yang berhasil menembus perut Okita Sougo. Kapten divisi satu itu melotot sambil membungkuk kesakitan. Darah segar turut keluar lewat mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (REVISI)
FanfictionSebuah misi perlindungan yang diberikan untuk Yorozuya, menuntun pemimpinnya, Sakata Gintoki pada sebuah pertarungan besar hingga meluas dan melibatkan pemerintahan Edo.