1. He's not a bastard

479 18 6
                                    

Temaram lampu yang menerangi jalanan sudah mulai meredup dan akan mati. Suara knalpot kendaraan mulai beradu dalam indera pendengaran siapapun yang ada disana. Tak terkecuali Luna. Gadis yang dua minggu lagi akan berulang tahun ke 18, dan itu bertepatan pada hari Jum'at.

Pagi ini-pukul 05.00- langit masih berselimut awan. Matahari sudah mulai menampakkan sinarnya. Dan memberikan secercah harapan baru pada Luna untuk kembali berjuang mempertahankan cintanya.

Lima meter di depannya, laki-laki berperawakan tinggi dan berkulit coklat tembaga tengah berlari mengitari jalanan-olahraga pagi- dengan telinga tersumpal earphone yang terhubung langsung dengan ponsel di saku joger pant adidas yang ia kenakan. Shape of you dengan suara merdu Ed sheeran semakin membuat semangat Laki-laki itu saat berlari.

Merasa diperhatikan, laki-laki itu menoleh kebelakang, dan tidak mendapati seorangpun di belakangnya. Hanya ada semak dan pohon besar di samping trotoar.

Ia berlari dan terus berlari. Tidak sadar, langkahnya membawanya menuju taman di kotanya. Ia kembali berlari, sampai ada sebuah pohon yang di bawahnya terdapat bangku yang terbuat dari besi dan ber cat putih, ia berhenti berlari, dan duduk di bangku tersebut. Pas sekali untuk istirahat.

Ia memejamkan mata sejenak. Lalu menetralkan degub jantung yang bertambah dua kali lipat saat berlari. Tapi, sebuah benda cair yang tiba-tiba membasahi punggung tangannya membuat ia kembali membuka mata.

Ia melihat punggung tangannya yang basah oleh cairan bening.
Dan menggumam pelan, ber monolog tentang berasal dari mana cairan bening tersebut. Lalu, dari arah samping, tiba-tiba tangan kanannya melayang di udara dan dipaksa menggenggam sebuah benda berbentuk tabung, yang tak lain adalah botol berisi air.

"Capek?" Gumam seseorang yang memberikannya botol berisi air.

Laki-laki itu, Dirga. Tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

"Thanks..." ujarnya.

"Okay..."

Lalu diam. Tidak ada yang melanjutkan kembali obrolan. Tidak menyia-nyiakan waktu. Dirga segera meneguk setengah dari air yang Samantha berikan padanya guna melicinkan kembali tengorokannya yang terasa kering. Dan Samantha hanya menatap sekelilingnya yang dipenuhi tumbuhan hijau dalam diam.

"Kamu dari mana?"

Sontak Samantha menoleh dan menatap Dirga dengan mata berbinar. Dirga perhatian padanya. Dirga telah menujukkan perhatiannya. Dan itu hal yang luar biasa.

"Tadi kebetulan Aku di minimarket, terus Aku lihat Kamu di sisni. Kamu habis olah raga, kan? Makannya aku belikan kamu minuman."

"Ow..."

Tak jauh dari tempat kedua orang tersebut. Seseorang yang sedari tadi mengikuti kemanapun Dirga melangkah hanya mampu menghela nafas pelan. Dia bukan siapa-siap lelaki itu. Dia hanya Luna, Si Bumi, yang jauh dengan Dirga, Si Matahari.

"Gue cinta sama Lo, dan sampe saat ini gue masih sabar nungguin Lo walaupun Lo gak pernah ngerespon gue. Walaupun Lo nyakitin Gue. Walaupun Lo nganggep gue sampah. Gue tetep stay kan! Kenapa? Ya karena gue sayang. Kalo gak sayang, yang namanya nunggu dan bertahan gak akan pernah gue lakuin."

﹏🍁﹏

Semangkuk mie instan dengan asap yang mengepul ke udara membuat suhu tubuh Luna sedikit menghangat saat di luar sedang hujan deras. Di depan jendela. Ia memperhatikan pemandangan bumi di guyur air sebanyak itu dari awan. Sambil menyantap semangkuk mie yang ia pegang, ia terus memperhatikan keadaan di luar. Kembali ia termenung. Kilasan peristiwa di masa lalu pun sudah mulai terlintas.

NIKAH MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang