Sudah dua malam Luna mengurung diri di kamar kosannya. Dan sudah dua kali pula ia meliburkan diri menajadi guru les privat untuk anak SD. Bukannya tanpa alasan. Ini memang ia lakukan guna menyelesaikan deadline novel yang sedang ia garap karena sudah di tagih oleh editor dari penerbit yang sudah ia gandeng.
Selain menyanyi di Bonjour Cafe, Luna juga bekerja sebagai guru les privat. Setiap habis maghrib ia akan datang ke rumah muridnya. Dan selesai pada pukul delapan malam. Itu di lakukannya setiap hari senin sampai rabu. Dengan bayaran yang cukup lumayan per bulannya.
Pulang sekolah jam setengah empat sore, lalu belajar sambil menunggu waktu maghrib datang. Ia akan memaksimalkan waktunya sebaik mungkin.
Masa muda adalah masa emas.
Bukan karena itu, tapi karena Luna benar-benar harus menghidupi dirinya sendiri.
Is it just our bodies?
Are we both losing our mind
Is the only reason you're holding me tonight
'Cause we're scared to be lonely?Dering ponsel dengan nada sepenggal lagu 'Scared to be lonely' mengalun menandakan ada seseorang yang menghubunginya.
"Iya, Mas. Besok saya kirim."
"......"
"Iya, iya, Mas tenang aja,"
"....."
"Oke, sekarang saya mau ngelanjut nyelesein ini dulu,"
"......."
"Iya, oke..."
"......"
"Makasih, iya wa'alaikumsalam"
Klik...
Oke, Lun. Konsen! Bentar lagi selesai. Fighting!!
Ujarnya dalam hati. Menyemangati dirinya sendiri. Karena motivasi yang paling membangun adalah, motivasi yang berasal dari diri sendiri bukan.
﹏🍁﹏
Hampir satu jam lebih gadis berseragam putih abu-abu itu duduk di antara laki-laki yang rata-rata seusia dengannya di salah satu warkop dekat sekolahnya.
Sesekali ia menyeruput teh hangat yang ia pesan sambil mengotak-atik laptop di hadapannya.
Janjinya kepada mas editor kemarin malam akan segera lunas.
Wifi gratis.
Itu lah alasan Luna dengan berani mendatangi warkop yang kebanyakan di sambangi oleh anak cowok.
Cewek gak modal.
Bukan! Jangan katakan hal itu lagi. Bukannya Luna gak bermodal, ini demi menghemat. Tahu sendiri kan Luna itu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
"Boleh gabung?" Luna mendongak, lalu menatap seseorang yang entah sejak kapan sudah duduk di depannya.
Perasaanya membuncah saat menatap laki-laki itu.
Apa sih gue? Baperan banget dah.
"Ya lo udah duduk gitu, emang bisa gue bilang gak boleh? Gak bisa kan, udah terlanjur juga."
"Hihi...." laki-laki itu terkekeh pelan. Membuat matanya tinggal segaris.
"Iya, juga," lanjutnya."Kamu kok berani banget sih, Lun. Dateng ke warkop kaya gini. Ini kan isinya cowok semua. Apa kamu gak takut?"
Sontak saja pertanyaan Gaga itu membuat luna tertegun sebentar.
Gue ada alasan kenapa gue berani dateng ke sarang penyamun kaya gini.
"Cewek gak ber modal ya gini, haha..." untuk sesaat, Gaga terperangah menyaksikan wajah gadis di depannya. Bidadari dari mana yang duduk di depannya saat ini? Kenapa dia sangat cantik? Kenapa tawa dari hal jayus seperti itu mampu membuat aliran darahnya berdesis. Sedangkan si gadis memilih terus berkutat dengan layar laptop di hadapannya.
"Eh...ehmm.... Aku tadi lihat kamu satu-satunya cewek di sini. Makanya Aku samperin kamu. Aku takut kamu di gangguin sama curut-curut itu."
Baper lagi yess.
Perhatian kecil seperti ini yang gak pernah Luna dapatkan. Gaga telah sedikit membuka pintu hatinya. Gaga. Cowok itu memang gak se sempurna Manu Rioz atau James Reid, salah satu aktor yang masing-masing berasal dari negara Spanyol dan Philipin itu. Tapi, ia cowok yang hadir dengan pesonanya sendiri. Siapapun tak mampu menolak kehadiran Gaga di sampingnya. Cowok yang terkenal se antero sekolah itu menjabat sebagai wakil ketua osis dan juga pemimpin redaksi jurnalistik. Maka dari itu, Gaga sangat friendly kepada siapapun. Sikapnya yang asik dan hangat membuat semua orang betah berdampingan dengannya.
"Aku temani kamu sampai selesai ya." Ungkapan yang keluar dari mulut Gaga sekita membuat aktivitas luna terhenti selama beberapa detik.
Fix, gue udah hanyut ke alam baper.
﹏🍁﹏
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA
Teen FictionCover from : Pinterest Edited by : Picsart and Phonto "Aku janji, gak akan ninggalin kamu lagi." Luna memalingkan wajahnya dan tersenyum kecut mendengar ucapan Dirga. "Apa bedanya janjimu yang ini dengan janjimu yang telah lalu, Ga?" ****** Dirga...