"Ghia, pliss, balikin gak hp gue!" Gadis berperawakan tinggi dan berkulit kuning langsat itu terus mencoba meraih handphone miliknya yang dibawa oleh Ghia. Ghia yang tidak mau Luna merebut Hp yang ia bawa juga terus menahan kedua tangan luna dengan satu tangannya dan mengunci tubuh gadis itu diantara tubuhnya dan juga tembok.
"Enggak mau! Eitss gak bisa..."
Ghia menunjukkan tawa evilnya.
Lalu mulai mengetikkan sebuah nama pada pencarian id dengan satu tangannya.@Dirgantptra
Klik..
"Nih ambil!" Kata Ghia melemparkan Hp yang tadi ia bawa lalu dengan cepat melarikan diri keluar dari kamarnya.
Ini pasti ada yang gak beres. Fikir Luna. Lalu segera meraih Hp-nya dan melihat jejak apa yang baru saja di lakukan sahabatnya itu sampai ia dengan cepat melarikan diri. Luna melebarkan pupil matanya setelah meihat layar persegi panjang itu.
"Anjuu! Tai ya lo, chili-chili ping!!!!" Teriaknya kesal.
Mau di taruh man harga dirinya setelah ini. Mati-matian ia tidak mau memulai duluan. Dan sekarang, ya ampun! Benar-benar rese sahabatnya itu.
﹏🍁﹏
"Gak mau! Eh gue lagi marah ya sama lo!" Ucap Luna mengingatkan Ghia yang terus saja memohon untuk di buatkan sebuah thriler dari novel yang ia buat pada salah satu aplikasi novel elektronik di ponselnya.
"Ayolah, Lun. Reader gue pada nagih janji nih. Lo gak kesian sama gue? Gue minta maaf deh, gue ngaku gue salah. Plisss!" Ucap Ghia masih terus memohon.
"Bomat ya, Ghi. Bodo amat!" Kata Luna datar lalu terus melanjutkan langkahnya menyusuri koridor kelas 12 yang terlihat ramai.
Setelah sampai di kelasnya, Luna segera mendudukkan bokongnya di bangku paling depan tepat di hadapan meja guru.
"Luna! Nih lihat gue bawa apa?" Ghia tiba-tiba datang dan duduk di bangku sampingnya lalu menyodorkan sebuah paper bag berukuran sedang kearahnya.
Luna mengambil paper bag itu lalu melihat apa yang ada di dalamnya.
"Serius? Udah nerbitin seri ke tiga? Omaygat, omaygat! Buat gue boleh?" Luna menampakkan wajah memelasnya ke hadapan Ghia.
Novel dari penulis kondang Phidie Baiq dengan tajuk Dia adalah Dilan ku, memang sudah membuat Luna jatuh cinta. Dengan membaca dua seri sebelumnya saja hampir membuat Luna gila, gila karena bermimpi bisa dapat pacar seperti Dilan. Gilanya Dilan adalah hal yang membuat Luna tertarik untuk terus dan terus membaca kelanjutan kisahnya yang dia nilai sedikit menggantung. Menggantungkan perasaannya maksudnya.
"Boleh. Tapi maafin gue dulu, terus nanti buatin thriler yak?"
"Oke deh." Jawab Luna tanpa menunggu lama. Senyumannya mengembang dan dengan tanpa basa-basi gadis itu menyobek plastic wrap yang membalut novel tersebut.
"Makasih, Ghia, lo emang the beast deh pokonya." Kata Luna.
"Apa tadi lo bilang? The beast? Sini novel gue balikin!"
"Eh, maaf thypho dikit elah..."
"The best maksud gue."﹏🍁﹏
Sinar matahari yang sangat menyengat siang ini membuat laki-laki bergigi gingsul itu menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah toko kelontong yang menjual bermacam-macam makanan dan minuman.
"Pinten?" (Baca : berapa)
Ucap cowok itu sambil menyodorkan minuman kaleng yang ia ambil dari refigerator toko kelontong tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA
Teen FictionCover from : Pinterest Edited by : Picsart and Phonto "Aku janji, gak akan ninggalin kamu lagi." Luna memalingkan wajahnya dan tersenyum kecut mendengar ucapan Dirga. "Apa bedanya janjimu yang ini dengan janjimu yang telah lalu, Ga?" ****** Dirga...