Satu

14.8K 890 15
                                    

'Penyesalan memang selalu datang terlambat.'

Sasuke tidak pernah tahu bahwa akhirnya akan seperti ini. Keputusannya untuk mengikuti keinginan orang tuanya untuk meninggalkan orang yang dicintainya berujung pada penyesalan. Jika tahu akan seperti ini.

Seandainya dia tidak menuruti keinginan kedua orang tuanya. Seandainya dia lebih memilih memperjuangkan cintanya. Seandainya. Selalu muncul kata seandainya jika seseorang pernah mengalami yang namanya penyesalan.

.
.

ooOoo


For

Disclaimer : Naruto @Masashi Kishimoto

Pairing : Sasuke U. x Naruto U.
(SasuNaru), Other Pairs.

Genre : Yaoi, Hurt, Drama, Romance, tidak sesuai EYD, Aneh, Mpreg.

Don't Like, Don't Read

ooOoo

.
.


"Tousan. Bisakah kau menganggapku ada?" pintanya sekali lagi. Mata hitamnya nampak berkaca-kaca menatap pria di depannya.

"Apa untungnya bagiku jika menganggapmu ada? Tidak ada kan. Jadi jangan pernah berharap aku akan menganggapmu ada." desisnya dengan nada tajam menusuk.

"To-tousan." bisiknya. Air matanya berlinang seketika mendengar penolakan sang ayah.
Selalu seperti ini.

"Sasuke! Kenapa kau berbicara seperti itu! Sarada itu puterimu!" bentak Fugaku marah. Matanya menatap tajam putra bungsunya yang sudah menyakiti cucu kesayangannya dengan kata-kata kejam. Putra bungsunya sudah sangat berubah.

Bahkan dia pun sampai tidak mengenali perangai putra bungsunya tersebut. Bahkan dia sampai mengatakan kata-kata kejam untuk puterinya sendiri. Yang bisa saja menyakiti hati cucu kesayangannya. Dasar tidak punya hati, rutuknya dalam hati.

"Kenapa kau marah? Aku benar 'kan, Tousan?" desisnya. Di langkahkan kakinya menuju ke hadapan Fugaku. Dia ingin tinggal di rumah ini dengan tenang. Tapi kenapa ayahnya selalu mengungkit-ungkit masalah anak itu. Anak yang membuatnya muak jika berada di tempat ini.

"Dengar, Tousan. Semua yang ku lakukan tidak sebanding dengan perbuatan kalian."

"Apa?"

Keterkejutan nampak diwajah pria paruh baya tersebut. Dia tidak menyangka jika putera bungsunya akan mengungkit masalah ini. Masalah yang sudah berusaha ia tutup-tutupi. Masalah yang merupakan aib bagi keluarganya.

"Kenapa? Kau terkejut?"

"S-sasuke kau?" cicitnya. Fugaku sampai tak berkutik. Saat mengetahui semua hal yang coba ia isembunyikan terbongkar. Bahkan puteranya itu tidak gentar menatap wajah ayahnya. Bahkan tatapannyapun sangat dingin. Berbeda dengan Sasuke yang dia kenal. Jangan katakan!

"Ya, aku sudah tahu semunya."

Prang

Hancur sudah pertahanan Fugaku. Dia tidak menyangka apa yang dia coba sembunyikan akan cepat diketahui oleh putra bungsunya. Karena bangkai yang sudah lama kau sembunyikan pun akan tercium juga busuknya.
"Dan akan ku pastikan kau tidak menghalangi niatku." desisnya.

Dilangkahkan kakinya meninggalkan tempat terkutuk tersebut. Dia muak berada di tempat ini. Jika bukan karena ibunya. Mana mau dia ada di tempat yang tidak seharusnya. Di tempat terkutuk yang membuatnya kehilangan orang yang dicintainya. Belahan jiwanya.

'Maafkan aku ibu. Aku hanya ingin bahagia. Apa itu salah?'

"Tousan! Tousan! Jangan tinggalkan Sarada." teriaknya sambil berlari berusaha mengejar sang ayah. Bahkan ayahnyapun enggan untuk menengok dirinya saat dia terjatuh. Menatap pun tak sudi. Seakan dia sebuah parasit.

Bruk

"Hiks, Tousan. Jangan tinggalkan Sara, hiks." jeritnya dengan tangisan yang menyayat hati saat ayahnya telah pergi dengan mengendarai mobilnya. Membuat yang melihat menjadi iba. Mereka tidak menyangka jika tuan mudanya akan seperti ini. Bahkan dengan teganya menelantarkan putrinya sendiri. Putri kandungnya.

"Sst, sudah. Tenangkan dirimu nak." ditenangkannya cucunya tersebut. Yang masih menangis. Meratapi nasibnya yang kejam.

Fugaku sudah tua dan tidak muda lagi. Dia hanya ingin kebagiaan untuk keluarganya. Apa itu salah? Jika seorang ayah hanya ingin puteranya hidup dengan bahagia dengan istri dan anaknya.

Bahkan dia dengan teganya menghancurkan hubungan puteranya tersebut agar puteranya bisa menikah dengan calon menantu pilihannya Apakah itu salah?

'Sasuke.'

Air matanya berjatuhan. Melihat cucunya menangis, membuatnya ikut bersedih. Fugaku hanya bisa menenangkan cucunya. Berusaha menguatkan cucunya tersebut.

"Sudah, nak. Sudah." bisiknya lembut. Diusapnya air mata yang masih mengalir di mata indah cucunya.

"Apa salahku, Kek. Hiks apa salahku?" isak Sarada pelan.

Matanya masih menatap nanar wajah cucunya. Pertanyaan cucunya membuatnya tertohok.

"Tidak ada yang salah, Nak." Dipeluknya dengan erat Sarada agar cepat tenang. Walau itu tidak dapat sepenuhnya membantu.

'Kenapa seperti ini, Mikoto.'


.
.
.

Apakah dengan memaksakan kehendakmu bisa membuat orang yang kau sayangi bahagia?

Apakah hal tersebut akan menjadi jaminan?

Seharusnya jika kau benar-benar menyanyanginya.

Biarkan dia memilih apa yang menjadi pilihannya.

Karena sekali kau memaksakan kehendakmu.

Maka hal terebut akan membuatnya hancur.

Dengan sendirinya.

.
.
.

TBC

Baru pertama kali buat ff Sasunaru di Wattpad. Maaf ya kalau ada typo dan agak gaje ffnya 😁😁.

ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang