Bab 3

162 14 3
                                    

Waktu menuju kamar Zamzam di tingkat atas rumahnya. Di ruang tengah ayah Zamzam sedang asyik membaca surat kabar. Hanya mengenakan singlet dan sehelai kain sarung. Laki laki ini turunkan koran yang di bacanya. Di balik kaca mata tebalnya matanya berputar memperhatikan siapa yang bersama anaknya. Merasa di perhatikan Ronny merasa tidak enak, cepat ia mengangguk sambil memberi salam.

"Assalammualaikum.. Siang oom"

Ayah Zamzam tidak menyahut, hanya mulutnya bergerak sedikit dan mendehem. Ketika menaiki tangga menuju ke lantai atas Ronny berbisik.

"Zam, bokap lu makin angker aja!"

Belum habis ucapannya tak sengaja kaki Ronny tersandung. Kalau tidak cepat ia memangut pegangan tangga kayu di tambah bantuan Zamzam yang mencekal baju oblongnya, bukan mustahil Ronny akan jatuh ke bawah.

Di lantai atas, di dalam kamar Ronny edarkan pandangannya berkeliling. Ia melihat berbagai perlengkapan mendaki gunung memenuhi kamar. Mulai dari tali sampai jaket, tingkat, ransel, juga ada Kompas, dan kotak obat, dan perlengkapan untuk berkemah termasuk kompor gas kecil.

"Hebat Zam, perlengkapan anak UI aja kayaknya nggak selengkap ini"

"Kau lihat ini ron" ujar Zamzam "hate ini, frekuensi nya di samakan dengan frekuensi radio yang ada di pos pengawasan. Jadi soal ke amanan gak usah di ragukan lagi" ujar zamzam bangga.

"Kalau begitu aku ikut mendaftar deh zam."

"Buat lu sih beres aja. Kau jadi komandan bagian ransum merangkap juru masak".

"Sialan. Masakannya aku campur garam Inggris biar mencret semua"

Waktu turun ke bawah, ayah zamzam masih duduk di tempat tadi ia membaca.

"Nak Ronny." sapa ayah zamzam ketika Ronny melintas di depannya.

"I..ia oom.." Ronny tergagap.

"Pasti mau ikutan mendaki ya?"

Ronny kaget. Matanya yang belok melirik pada zamzam.
"Kok bokapnya zamzam tau ya? Wahhh bener bener bocor nih!" gumam Ronny dalam hati. Ronny anggukkan kepala. "Ia. Betul om" Ronny merasa sedikit tenang. Ternyata ayah zamzam ramah juga. Namun ia sontak terbelalak ketika ayah zamzam meneruskan ucapannya.

"Boro boro naik gunung. Naik tangga saja belum becus. Hahahaha!"

Ronny tersenyum walau kecut. Sampai di luar ia menyikut zamzam.

"Zam, bokapmu bukan cuma angker. Tapi ngomongnya juga antik"

Tiba tiba ada orang dan suara di belakangnya.

"Apa kau kira saya ini sama dengan barang antik di pasar pagi hah.!!"

Ronny tersirap. Wajahnya pucat. Leher terasa kaku sewaktu ia menoleh ke belakang. Ia tahu matanya besar belok. Namun saat itu ia melihat dua mata ayah zamzam jauh lebih besar dan belok dari matanya.

"Maaf oom.. Sa.. Saya.. Saya.." Ronny tergagap. Zamzam hanya nyengir melihat tingkah sahabatnya itu. Cepat cepat Ronny naik ke atas motornya. Langsung tancap gas. Satu kepala berwajah peot tua berkacamata nongol di balik pagar rumah sebelah.

"Hoii bangke idup! Mau ngerasain guyuran air kencing ya?!"
"Be, maaf be!! Ujar Ronny di kejauhan.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang