Bab 8

76 5 0
                                    

Hari Minggu, larut malam pak Aryo petugas pos pengawas duduk gelisah di kursi reyot dalam kantornya. Menurut Zamzam yang jadi pimpinan pendaki yang berangkat hari Kamis lalu, dia dan teman temannya akan kembali paling lambat sore hari Minggu. Sekarang sudah malam, Zamzam beserta rombongan belum juga turun. Ini yang membuat pak Aryo semakin gelisah.

Sabtu siang, ada kontak lewat radio dari rombongan Zamzam. Ini terjadi pada pukul 13.20. Menurut laporan mereka bersiap siap turun dari puncak gunung. Sesuai petunjuk sebelumnya mereka akan menempuh jalan yang sama sewaktu naik.

Di suatu tempat, gerak turun terhambat karena adanya hujan lebat. Sepanjang sore dan malam hari pak Aryo berusaha mengadakan kontak dengan rombongan melalui radio, namun tak ada jawaban baik dari Zamzam ataupun rombongan.

Hari Senin sebenarnya pak Aryo tidak giliran jaga. Yang bertugas di pos adalah wakilnya, seorang anak muda bernama Arifin. Tapi pagi pagi sekali pak Aryo sudah muncul. Tentu saja membuat sang wakil terheran heran.

"Loh.. Kok datang pak?" Tanya Arifin.

"Malam tadi saya tidak bisa tidur. Saya khawatir anak anak MAN Nusantara itu, apa nak Arifin sudah coba mengontak?"

"Sudah tiga kali pak. Tapi tidak ada jawaban"

"Coba sekali lagi, saya mau dengar."

"MAN Nusantara, MAN Nusantara. Silahkan masuk. Disini pos satu memanggil"

Hening, di radio hanya ada suara kresek kresek. Arifin mengulangi panggilan. Namun tetap tidak ada jawaban.

"Kita tunggu saja pak. Mungkin mereka dalam perjalanan, bisa saja baterai hate yang mereka bawa soak. Mudah mudahan tidak terjadi apa apa."

"Ya, memang begitu harapan saya. Tapi terus terang, saya ini entah mengapa kok merasa khawatir. Sore kemarin di gunung hujan lebat sampai malam komunikasi juga terputus. Tadi malam saya saya juga bermimpi tidak enak."

"Bapak mimpi apa?." Tanya Arifin.

"Saya bermimpi puncak gunung terbakar."

"Puncak gunung terbakar?" Tanya Arifin tampak tengah mengingat sesuatu.

"Tiga tahun yang lalu, saya bermimpi yang sama. Beberapa hari kemudian di ketahui rombongan mahasiswa dari Bandung mengalami musibah. Dari enam orang pendaki lima meninggal dunia. Setahun kemudian saya bermimpi yang sama, menyusul kabar empat anak SMK tewas. Saya khawatir kalau kalau musibah yang sama terulang lagi."

"Kita memohon saja kepada yang kuasa pak, semoga Allah melindungi anak anak itu"

"Nak Arifin, saya pulang dulu. Saya dan ibu ada urusan ke Sukabumi. Nanti sore saya kembali ke sini. Kalau ada apa apa, atau ada berita penting lekas beritahu saya kerumah"

"Baik pak."

Pak Aryo pun meninggalkan pos menuju ke rumahnya. Sementara Arifin masih berusaha mengontak rombongan Zamzam.

Assalamualaikum sahabat semua...
Terimakasih udah mampir..
Sampai jumpa di postingan berikutnya ya... 🤣🤣🤣🤣🤣

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang