Bab 9

75 5 0
                                    

Sehabis mandi, Aisyah duduk di belakang rumahnya sambil berjemur. Matanya menatap ke arah kolam renang kecil yang ada di halaman belakang rumahnya. Mbok Siti datang membawa secangkir teh manis hangat dan dua potong roti panggang berlapis mentega dengan selai cokelat kesukaannya. Biasanya Aisyah langsung menyantap nya.

"Non Aisyah nggak lapar?" Tegur mbok Siti, Aisyah tidak menjawab. "Non kok kayak melamun? Ngelamunin pacar ya?" Gurau mbok Siti.

"Mbok, sekarang hari apa?" Tanya Aisyah tiba tiba.

"Aneh non ini. Anak sekolah kok nggak tau hari, mungkin kelamaan libur ya? Sekarang hari Selasa non"

Sontak perkataan mbok Siti membuat Aisyah membelalakkan matanya.

"Mbok ambilin telfon. Tolong mbok, cepetan"

Tergopoh-gopoh mbok Siti masuk kedalam rumah. Sesaat kemudian ia muncul lagi membawa telpon wireless. Dengan cepat Aisyah menekan tombol tombol angka pada headset lalu mendekatkan gagang telepon ke telinganya.

"Sambil menelfon rotinya dimakan dong non, sudah siang belum sarapan nanti non sakit" ujar mbok Siti lalu masuk kedalam.

Aisyah menunggu, namun tidak ada jawaban dari orang yang di hubunginya.

"Tut Tut Tut melulu. Masak sih nggak ada orang di rumahnya?" Aisyah menunggu lagi, namun masih sama tidak ada jawaban. "Ah.. mungkin aku salah mencet" pikirnya. Aisyah mengulangi nomor yang tadi, namun tetap tidak ada jawaban. "Ria, Ria dimana kamu? Ayo angkat dong" tetap tidak ada jawaban di seberang sana. "Mungkin rusak" ia memandang telfon wireless yang di pegangnya. "Hatiku , mengapa mendadak tidak enak?!" Aisyah mencoba mengingat ingat nomor telepon temannya yang lain.
"Ronny.. kalau mereka sudah pulang mudah mudahan anak itu ada di rumah"

Aisyah menelfon rumah Ronny. Cukup lama hingga akhirnya di angkat oleh PRT yang bekerja di rumah Ronny.

"Halo assalamualaikum. Saya Aisyah temannya Ronny. Ronny nya ada?"

"Wa'alaikum salam. Rumahnya kosong neng, semua orang pada pergi"

"Jadi Ronny belum pulang dari gunung gede bi??"

"Justru itu neng, ayah sama ibunya den Ronny juga saudara saudaranya semua pada menyusul ke gunung gede. Katanya ada kecelakaan neng."

"Kecelakaan? Kecelakaan apa? Siapa yang celaka?" Serbu Aisyah, hatinya tambah tidak enak.

"Rombongan den Ronny, anak anak itu hilang di gunung gede. Polisi katanya juga udah kesana." Aisyah semakin menegang mendengar penjelasan sang pembantu.

"Bibi tau dari mana?"

"Ibu yang bilang sebelum pergi"

"Ibu taunya dari siapa?"

"Ada teman den Ronny yang menelfon kesini, bibi lupa siapa namanya"

"Laki laki atau perempuan?"

"Perempuan"

"Polisi.. polisi.. anak perempuan.." Aisyah mondar mandir sembari mengingat ingat. "Zahra bukan bi?"

"Ia betul neng, neng Zahra yang telfon"

"Bibi tau nomor telepon nya?"

"Nggak tau neng"

"Disitu ada catatan nomor telepon?"

"Ada non. Tapi bibi nggak bisa baca"

Aisyah memijat keningnya sendiri. Dadanya terasa sesak. Ia mengingat ingat siapa lagi yang harus di hubunginya. Mendadak telfon berdering membuat Aisyah berjengit kaget. Dengan segera ia mengangkatnya.

"Halo assalamualaikum, bisa bicara dengan Aisyah?"

"Ia wa'alaikum salam. Dengan saya sendiri. Ini siapa ya?"

"Syah, ini gue Putri."

"Tumben nelfon, nggak biasanya ada apa?" Tanya Aisyah.

"Kau sudah dengar berita belum?"

"Berita apa?" Tanya Aisyah dengan jantung yang berdebar kencang. Firasatnya mulai tidak enak.

"Zamzam sama temen temen nya yang naik gunung. Mereka semua hilang. Nggak di ketahui bagaimana nasibnya. Kalau hari ini mereka nggak di temukan juga, katanya tim SAR akan di turunkan, sekarang sudah ada tim kepolisian Sukabumi yang naik"

"Kau tahu dari mana Put?"

"Dari Zahra. Siang ini anak anak kelas 1 sampai 4 semua mau kumpul di sekolah. Sebelum jam dua belas langsung ke Sukabumi"

"Put.." suara Aisyah bergetar. "Kau punya nomor teleponnya Zamzam?"

"Di rumahnya nggak ada telfon. Lagian ku rasa keluarga dan saudaranya pasti sudah ke Sukabumi. Syah, udah dulu ya. Aku mau kesekolah. Kau ikut?"

"Ia ya.. harus" ujar Aisyah pahit.

"Kalau kau punya mobil Van atau semacamnya teman teman banyak yang ingin ikut. Kendaraan kita kurang."

"Ia.. ia!"

Apa yang terjadi pada Zamzam dan keenam temannya yang lain? Hati Aisyah membatin.

"Yaa Allah.. tolong mereka.. lindungi teman teman saya"

Assalamualaikum sahabat Fillah...
Maaf baru sempat update lagi...
Tinggalkan jejak yaaa
Terimakasih yang sudah mampir...

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang