Muse \ˈmyüz\ a woman, or a force personified as a woman, who is the source of inspiration for a creative artist. Synonyms: inspiration, creative influence, stimulus, formal afflatus
Namaku Park Sooyoung dan aku punya pacar bernama Lee Taeyong.
Berpacaran dengan salah satu visual terbaik di industri musik Korea? Iya, itu yang sedang aku lakoni. Bohong kalau aku bilang hubungan kami selalu baik-baik saja, tapi toh nyatanya hubungan ini sudah berjalan hampir satu tahun. Angka yang cukup fantastis mengingat kami sama-sama seorang rookie dengan segudang fans remaja yang labil.
Bukannya aku pamer, loh.
Tapi aku tidak akan menceritakan Taeyong yang cemburu dengan Sungjae (mungkin lain kali), Taeyong yang cerewet soal pakaianku (tahu lah, tipikal rok-kamu-pendek-banget-sih) atau Taeyong yang menghabiskan malam di dorm Red Velvet (jangan berpikir yang aneh-aneh). Kali ini, aku akan menceritakan salah satu kebiasaan kekasihku.
Taeyong menobatkan aku sebagai muse-nya. Semacam sumber inspirasinya dalam segala hal.
Sesuatu yang manis sekali, betul? Dia suka mendadak mengirimiku foto, lagu dan gambar, yang katanya ia buat berdasarkan aku. Bahkan salah satu lagu di album NCT di dedikasikannya untukku seorang (aku nggak bakal bilang yang mana, itu rahasia).
Manis sekali, eh?
Memang romantis, tapi pada waktu-waktu tertentu, bisa sangat amat teramat menyebalkan.
Lupakan imejnya yang dingin dan kaku, di hadapanku, Lee Taeyong cuman bocah lima tahun yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Jadi, seperti yang aku bilang tadi, aku adalah sumber inspirasi Taeyong. Akibatnya, dia memiliki kebiasaan (buruk), yakni setiap kali dia memiliki masalah dalam membuat lagu, dia akan langsung menghubungiku.
Langsung dalam artian sesegera mungkin, tidak peduli kapan dan di mana, bahkan bila kami berada di belahan negara yang berbeda sekalipun.
Singkatnya, otaknya yang mencapai jalan buntu akan langsung mengirim sinyal my-Joyie-will-definitely-help!
Dan dia akan langsung meraih ponsel dan menekan speed dial nomor satu.
Yang sejujurnya tidak masalah bagiku (aku senang mendengar suaranya, seksi), kalau saja sekarang bukan jam 2 pagi.
"Joy -"
"Sekadar informasi, Yong, sekarang jam 2 pagi di Korea. Itu lho, waktunya orang-orang normal, termasuk aku, untuk tidur."
" -kirimi aku foto selca kamu, sekarang. Aku butuh inspirasi untuk lagu yang sedang kubuat tapi -"
"Tahu tidak apa yang dilakukan matahari pada jam 2 pagi? Dia tidur, Yong. Yang artinya sekarang gelap gulita. Hitam. Tidak kelihatan apa-apa. Begitu pula wajahku."
" -liriknya mendadak hilang dari otakku dan hanya kamu -"
"Demi Tuhan, wajahku sedang jelek, ih! Kamu pakai saja selca kita minggu lalu bisa, kan? Atau cari di google. Sudah ya, aku -"
"Kamu tidak pernah jelek Youngie, jadi cepat kirimi aku selca ya? Pleaseeee."
Ugh.
Maksud hati ingin berkata kasar, tapi dipuji begitu aku luluh juga.
Memang sih, dia bilang begitu cuman untuk lirik lagu barunya, pun nadanya jauh dari kata romantis (malah lebih ke arah desperate). Tapi ya namanya juga perempuan, termasuk aku, diberi pujian sedikit, langsung, deh, tersentuh. Apalagi dia mengatakannya dengan santai, seolah-olah hanya mengungkapkan fakta matahari terbit dari timur.
Seakan aku, Park Sooyoung, tidak pernah jelek, adalah suatu kenyataan tak terbantahkan.
Usai berkata demikian, Taeyong langsung menutup telepon. Aku? Menguap, bangkit menyalakan lampu tidur, dan mengambil selca.
Menyusahkan (banget, malah), bikin repot, ada-ada saja, rasanya itu gambaran yang tepat untuk kebiasaan childish Taeyong. Namun tatkala dia menelepon kembali dengan begitu sumringah (itu loh, dengan suara mendadak naik beberapa oktaf karena excited), mau tak mau aku tersenyum juga.
Well, Lee Taeyong mungkin punya kebiasaan paling menyebalkan sedunia, tapi dia adalah Taeyong-pemilik-kebiasaan-menyebalkan milik Park Sooyoung seorang.
-fin
***
I lowkey ship TaeyongXJoy as you may notice di Hermes Girl HEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
moment(s)
Historia CortaMari menghimpun kisah pendek dengan tokoh utama Park Sooyoung. // a oneshot collection //