Day's 9 Extra Part 01

419 38 12
                                    

Tak disangka, waktu berjalan dengan cepatnya kini Michelle memutuskan untuk menikah dengan pria yang ia cintai itu. Ia tidak perlu mengkhawatirkan kepribadiannya yang lain, semuanya sudah ia atasi sendiri. Dengan gaun putih dan tak lupa kedua tangannya menggenggam erat buket bunga, ia tahu calon suaminya sudah menunggu di atas meja altar.

"Pengatin wanita telah memasuki ruangan." Ucap seseorang yang memimpin berlangsungnya acara tersebut. Ia sudah dapat melihat semua orang yang menghadiri acara pernikahannya dan juga calon suaminya sudah berdiri di sana, kini matanya hanya terfokus pada calon suaminya tidak peduli mata lain menatapnya yang terpenting tak lama lagi pria itu akan menjadi suaminya yang sah.

Setelah menghantarkan pengantin wanita, Liam segera mengundurkan diri lalu duduk di bangku khusus tamu undangan. Diantara mereka berdua, sang Pastor berdiri ia terlebih dahulu menatap ke arah Yukio. "Kepada Saudara Asanuma Yukio, bersediakah anda untuk selalu mencintai saudari Michelle Visigoths dalam suka dan duka sakit maupun sehat?"

"Ya, saya bersedia." Setelah Yukio menjawab pertanyaan tersebut, kini sang Pastor menghadap ke arah Michelle.

"Kepada Saudari Michelle Visigoths, bersediakah anda untuk selalu mencintai saudara Asanuma Yukio dalam suka dan duka sakit maupun sehat?"

"Ya, saya bersedia." Ucap Michelle diakhiri sumpahnya, sambil tersenyum menatap suaminya itu.

"Dengan ini kalian sudah sah menjadi suami dan istri semoga Tuhan memberkati pasangan Asanuma Yukio dan Michelle Visigoths." Semua orang yang menghadiri acara pernikahan tersebut berdiri dan bertepuk tangan dengan meriah menyambut pasangan baru mereka. Untuk menambah kehebohan, Yukio sempat mencium kening istrinya.

Malamnya, acara masih dilanjutkan. Kini keluarga besar dari Yukio datang, sementara itu Michelle termenung karena mengingat ayah dan ibunya telah beristirahat dengan tenang. Terutama kakaknya, ia ingin sekali kakaknya menghadiri acara pernikahannya. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Yukio yang baru saja sah menjadi suaminya.

"Aku hanya merindukan mereka. Tapi, aku baik-baik saja." Michelle tersenyum dan tangannya masih melingkar setia pada lengan Yukio.

"Tenanglah, aku yakin mereka melihat ini semua dan mereka akan bahagia." Ucap Yukio sebelum kembali menyambar bibir istrinya itu. Itu tidak masalah bukan? Lagipula Michelle sudah menjadi istrinya. "Sepertinya, keluargaku menunggu kita. Mari temui mereka." Ajak Yukio diikuti oleh anggukan Michelle. Keduanya turun dan menghampiri keluarga barunya.

"Ah, sepertinya aku harus memanggilmu kak Michelle." Goda Liam ketika kakaknya dan pasangannya menghampiri mereka.

"Ya. Kau harus." Ucap Yukio dengan nada khasnya yang dingin seperti biasanya, membuat adiknya tidak berani menggoda istirnya lagi. Sementara itu, Michelle terkekeh geli melihat suaminya yang baru saja memarahi Liam. Mereka berdua masih terlihat seperti anak kecil.

"Sudahlah. Tidak perlu memaksanya." Michelle mencoba untuk menenangkan emosi suaminya agar tidak meledak-ledak karena ulah Liam.

"Sesekali berkunjunglah, dan kau Michelle. Tidak perlu sungkan dengan kami, anggaplah kami seperti kedua orangtuamu. Aku yakin mereka juga akan senang, bukan begitu sweety?" Tanya ibunya Yukio. Ia hanya mengangguk walaupun ia sedikit canggung dengan keluarga suaminya, kecuali Liam. Yukio yang menyadarinya pun langsung segera menenangkan istrinya, ia tahu betul bagaimana caranya bisa menenangkan istrinya.

"Tenanglah, tidak perlu canggung. Semuanya akan baik-baik saja." Bisik Yukio setelah mengisyaratkan bahwa mereka akan pergi. "Kau berkeringat. Apa kau masih takut dengan keramaian?" Tanya Yukio sambil mengelus pelan rambutnya.

"Mungkin... Apa bisa kita keluar seben-" kalimat Michelle terpaksa harus terhenti karena salah satu teman kenalan Yukio menghampirinya dan mengajaknya berbicara, "kalian berbicaralah aku akan pergi sendiri."

My Alterego [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang