END

45 7 12
                                    

To: Roselina Eve
From: -

Gadis itu mengernyit menatap siapa yang mengirimnya amplop ini. Dengan cepat ia membukanya.

Dear Eve,

Aku menunggumu di pohon bersejarah kita, sweety. Datanglah nanti malam tepat pukul 07.00 pm.

Love J.

***

Justin memasuki rumahnya. Rumah yang telah ia tinggal selama setahun. Tak banyak berubah masih sama seperti terakhir ia meninggalkan rumahnya. Sederhana namun penuh kehangatan didalamnya. Pattie and Jazzy. Dua wanita yang sangat ia rindukan.

Justin membuka pintu rumah utamanya. Di dalam sana ia melihat Pattie tengah duduk sembari merajut sebuah kain penghangat. Justin selalu ingat kegemaran wanita yang sangat ia hormati itu tiap harinya. Dengan langkah pelan justin mendekatinya.

"Mom, aku merindukanmu."

Mendengar itu Pattie memusatkan pandangannya ke depan. Tak disangka anak sulungnya berada dihadapannya saat ini, dengan segera ia menaruh perlengkapan rajutnya ke meja yang berada dekat disampingnya. Pattie bangkit dari duduknya.

Justin memeluk tubuh wanita paruh baya itu erat-erat seakan jika dia melepaskannya dia akan kehilangannya. Pattie tersenyum dan segera mengelus punggung Justin penuh kasih sayang.

Pattie melepas pelukan itu dan menatap anak pertamanya itu lekat lekat, "Terakhir aku mengetahui kabarmu kau tak pulang ke rumah Uncle, kau kemana? Teganya kau tak memberi kabar pada ibumu ini."

"Maafkan aku mom. Aku dirampok dan tak punya apa-apa untuk memberimu kabar. Maaf membuatmu khawatir."

"Tapi--"

"Ah mom aku punya kabar untukmu" ucap Justin antusias

Pattie bercak pinggang, selalu seperti ini. Justin-nya yang selalu memotong ucapan ibunya. "Benar-benar tidak berubah" batinnya.

"Aku akan melamar kekasihku" ucap Justin cepat dan penuh raut bahagianya.

Wanita paruh baya itu mematung. Pandangannya kosong. Wanita itu tahu betul gadis yang dimaksud kekasihnya adalah Eve. Gadis manis yang ia banggakan. Tapi bukan karna itu, ada hal yang belum diketahui anak sulungnya itu.

"Aku akan melamarnya di pohon Mistletoe, aku sudah merancangnya tadi sebelum kesini. Bagaimana menurutmu, mom?."

Pattie merasakan sesak didadanya. Tidak. Anaknya tak boleh merasakan sakit itu.

"Sebaiknya kau membatalkan lamaranmu itu!"

Justin menatap ibunya bingung. Tak mengerti dengan ucapan ibunya. "Kau bercanda, Mom."

"Aku serius Justin! Mom tak ingin kau sakit hati, kau harus membatalkannya. Kau harus buang jauh-jauh harapanmu padanya."

"Mom? Aku tak mengerti denganmu. Setahuku kau sangat menyayanginya. Kau bahkan tak pernah menyuruhku untuk meninggalkannya."

"Itu karna--"

"JUJUUUUUUU KAU DARI MANA SAJAAAA AKU MERINDUKANMU BIG BROOO!!"

Christmas EveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang