The Headlines

84 10 3
                                    

"Kau akan pergi wamil bukan bulan depan?"

Kwanghee tersentak. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya.

"Berita itu sudah tersebar di media sosial, tahu?! Yah, walaupun belum ada yang tahu pasti tanggalnya." Jawab Sunhwa sambil menyilangkan kedua tangannya.

Oh, benar saja! Kwanghee membenarkan dugaannya beberapa menit lalu bahwa Sunhwa mungkin saja sudah tahu. Ia pun hanya bisa terdiam. Ia bukan takut pada Sunhwa yang sekarang tengah mendeliknya sinis, namun ia hanya tak bisa berkata apa-apa sekaligus malu. Dengan terpaksa Kwanghee lalu membuka suara, "Kupikir kau mungkin tidak tahu," dan lagi ucapan yang bertentangan dengan pikirannya.

"Apa itu alasan kau mengajakku bertemu?" Sunhwa mengabaikan ucapan Kwanghee barusan.

"Mm itu.."

"Baiklah, tidak perlu dijawab! Karena ini bukan pertemuan terakhir, jadi kau bisa menjawabnya nanti. Lagipula aku pun sudah tahu jawabannya." Sunhwa buru-buru menyergah Kwanghee sambil mengangkat kedua tangannya dan mengambil tasnya.

"Tapi a-"

"Ayo kita pulang!"

**

Pagi itu, suasana kota tak semuram kemarin. Meski hawa dingin masih terasa menyergap, namun intipan kecil mentari di ufuknya seolah memberi sedikit kehangatan bagi setiap orang yang beraktivitas di hari libur itu. Jam sudah menunjukan pukul 10.25 KST ketika Sunhwa masih terbaring kusut di tempat tidurnya. Ia tak tahu bahwa ponselnya terus bergetar berulangkali. Ada nama Manajer Lee tertera di sana dengan 36 panggilan tak terjawab. Ia tampaknya menghubungi Sunhwa sejak pagi buta, namun wanita itu tak kunjung terbangun saking pulasnya. Ia sampai di apartemen miliknya semalam pukul setengah sebelas dan merasa benar-benar lelah dikejar tatapan orang-orang yang seolah menguntitnya hampir sepanjang hari.

Ia lalu terbangun ketika menindih ponselnya yang kembali bergetar. "Aduh," ringisnya sembari menarik ponsel di balik punggungnya. Ia lalu mendudukan diri, mengucek-ngucek kedua matanya. Sunhwa kemudian memeriksa isi ponselnya dan terkejut dengan panggilan dari manajernya. Ada apa tiba-tiba ia meneleponku sebanyak ini? tanya Sunhwa dalam hatinya. Tak berapa lama bel apartemennya terdengar berbunyi.

"Itu pasti bujang-nim! (Manajer)" Sunhwa panik seketika. Tepat saat itu juga sang manajer kembali meneleponnya.

"Aduh, bagaimana ini?!! Ia pasti sudah sangat marah." Ia pun memilih langsung menemui manajernya dengan terbirit-birit. Bunyi beep pintu terdengar begitu jelas ketika Sunhwa membukanya dan benar saja, ia mendapati Manajer Lee yang menatapnya tajam.

"Kemana saja kau semalaman sampai bisa kesiangan begini?!" Lee Jae-hun menerobos masuk dan bertanya dengan nada membentak, lalu mendudukan dirinya di sofa. Sunhwa hanya mengikutinya dan ikut duduk di sofa dengan rambut yang sedikit berantakan. Ia tampak gugup, takut kalau-kalau ia salah menjawab.

"Anu.. aku.."

"Apa kau bersama Kwanghee sepanjang hari?"

"Tidak! Eh, ya! Tapi kita hanya pergi makan bersama. Tidak lebih dari itu, oppa!" Sunhwa menggeleng-gelengkan kepalanya seraya membuat tanda silang di dada. Mendengarnya, Jae-hun menarik napas panjang dan menyandarkan punggungnya ke sofa. "Kalau begitu benar, itu pasti kau."

"Benar apa? Apanya yang pasti?" Sunhwa mengangkat kedua alisnya.

"Aku tidak peduli apa saja yang kalian lakukan. Sekarang ada hal yang lebih penting. Buka SNS-mu dan periksa apa yang terjadi." Katanya datar menanggapi ekspresi Sunhwa.

"SNS?" Sunhwa segera membuka ponselnya dengan tanda tanya yang memenuhi kepalanya seketika. Tidak ada notifikasi apapun. Ia lalu melihat trending topic di situs berita online dan menahan napas ketika menemukan sebuah judul utama: Kwanghee Terlihat Berkencan dengan Seorang Artis? Ia lalu mengklik judul tersebut dan mendapati dua photo yang entah bagaimana bisa diambil, tapi ia ingat sekali bahwa orang di dalam photo itu adalah dirinya dan Kwanghee yang sedang berdiri di samping mobil. Ia memeriksa setiap kalimat di dalam berita dan mendapatkan sedikit ketenangan setelah menyadari bahwa namanya tidak disebut.

(Can) We Got Married?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang