PART 8 - JUST FRIEND

575 21 7
                                    

hai temen-temen semuaaa, kalian uda ngga sabar kan yaa baca part 8 ini? bilang iya, please. hahaha

maapkan aku yang telat banget updatenya. padahal pas part 7 kelar itu, part 8 nya juga ada. tp emang aku hold sambil nungguin komen dari kalian. dan trnyata cukup positif.

pas aku mau update hr minggu, ga taunya watty aku error. dan setelah 3 hari baru bener. hehehe.

oh iya, part ini dedicated to lenalistiarini (teman-jauh-disana-yang-uda-mintain-part8-di-saat-selesai-baca-part-7.thankyou uda baca cerita g.hahaah.baik kan len part ini ada nama lu nya. smoga suka ya, lenong* panggilan-sayang-adek-g-buat-lu-) :p

 

 

okeoke aku klamaann ya ngomongnyaa. muup2.

kalo gitu langsung aja yaa. happy reading !

PART 8 - JUST FRIEND

“Hai Bel. Gue punya kabar bahagia nih.” Dua sosok itu mendekat padaku, seraya menampakkan wajah bahagia. Aku sendiri, bingung entah harus menjawab apa. Missy yang masih berada di sampingku, berusaha memberi kekuatan dengan menepuk pelan bahuku. Lo pasti bisa, begitu kira-kira yang bisa kubaca dari gerakan bibirnya.

“Eh, hai Lev. Uhm-hei, Nat.” Aku sedikit terbata-bata ketika mengucapkan dua nama itu.

“Lo harusnya ucapin selamat dong ke kita. Lo orang pertama yang kita kasih tau kabar bahagia ini.” Ucap Levin. Sementara Natasha yang berada di sampingnya hanya tersenyum malu-malu.

“Ehm. Kabar apa ya emangnya?” Aku sengaja bertanya, ingin mendengar langsung dari mulut Levin apakah ia benar....

“Gue uda jadian sama Natasha, Bel. Lo denger, Bel. JADIAN!” Levin bersorak kegirangan seakan melihat klub bola favoritnya, Manchester United menang melawan Manchester City. “Jadi, lo harus congrats-in kita berdua dong, soalnya kan lo juga turut berperan dalam hubungan kita.” Kulihat, Levin mempererat genggaman tangannya pada Natasha.

Aku, yang harusnya berada di sisimu, Lev. Bukan dia. Kataku pedih. Nggak seharusnya kamu bersama dia. Tapi aku. Aku yang selalu ada di sampingmu. Mendengar keluh kesahmu, tawamu. Tak pernahkah kau lihat itu?

Tentu saja aku tidak mengungkapkan apa yang ada dalam hatiku. Aku memang ingin melihatnya tersenyum bahagia. Namun, bukan berarti melihatnya dengan orang lain. Hatiku teramat sakit.

“Congrats ya Lev, Nat. Semoga kalian longlast.” Aku akhirnya mengucapkannya perlahan, dan Levin langsung memelukku begitu saja.

“Thanks, Bel. Selama ini lo udah jadi sahabat terbaik gue. I owe you.” Katanya sambil mengacak pelan rambutku. “Sama-sama, Lev.” Jawabku, kemudian ia melepaskan pelukannya. Rasa pelukannya akan selalu kuingat. Mungkin ini yang terakhir kalinya ia akan memelukku, karena sudah ada orang lain yang akan mengisi hari-harinya.

“Bel, thanks juga ya lo uda ngejagain Levin buat gue. Levin emang beruntung banget punya sahabat kayak lo.” Kata Natasha sambil tersenyum manis sekaligus kelihatan sinis di saat yang bersamaan.

“Ya uda, Bel. Gue anter Natasha balik dulu ke kelasnya.” Levin merangkul Natasha, mengajaknya pergi, setelah sebelumnya melambai ke arahku.

YOU AREN'T MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang