Chapter 6 "Hot"

92 35 15
                                    

"Kesempatan tidak datang dua kali, maka dari itu aku harus mengambil kesempatan dalam kesempitan."

-Arlando Givero

👿👿👿

[Arlando Pov]

"Ekhem... Lala masih marah sama aku?"

Aku menyenggol lengannya dengan sikutku tapi gadis yang berada di sebelahku masih tak bergeming.

Bahkan dia masih tak mau menjawab pertanyaanku berbicara sepatah kata pun tidak.

Saat ini kami sedang berdiri di bawah teriknya matahari, padahal masih pagi tapi mataharinya terasa begitu panas sekali.

Sesekali aku mencuri pandang ke arah kiriku melihat bagaimana keadaan Gisella takut dan khawatir perasaankku campur aduk saat melihat wajah cantiknya yang telah di penuhi bulir-bulir keringat, ingin rasanya aku menghapusnya, namun ku urungkan niatku karena mengingat kalau Gisella masih marah denganku.

Yah... memang karena salahku lah kami berdua jadi di hukum berdiri di lapangan sampai bel istirahat berbunyi.

Saat aku kembali mencuri pandang ke arahnya, Gisella tampak menutupi sinar matahari yang menyilaukan matanya dengan kedua tangan yang berada dikening.

Melihat itu aku langsung melangkah ke depan tubuh gadisku agar dia terlindung oleh bayanganku.

"Setidaknya aku masih bisa melindunginya walau dengan perbuatan kecilku"-batinku meringis karena tak bisa berbuat apa-apa untuk gadisku.

Bulir-bulir keringat sedari tadi telah meluncur kebawah dengan bebas.

"Sabodo amat yang penting Gisella enggak kepanasan"-batinku tak acuh.

Sudah 1 jam kami berdiri disini ingin sekali aku mencuri pandang ke arahnya memastikan bagaimana keadaannya sekarang.

Rambutku saja sudah lepek lengkap dengan baju seragam yang setengahnya basah.

Tak perduli dengan keadaanku sekarang aku lebih menghawatirkan gadis yang berada di belakangku.

"Apa Lala masih kuat ya? "-batinku berulang kali menanyakan itu.

Saat aku mencoba mencuri pandang kebelakang melalui ekor mataku tanpa di duga seseorang menarik tubuhku hingga berhadapan dengannya, orang itu tak lain adalah Gisella.

Senyum tipis mengembang di wajahku saat mengetahui gadisku baik-baik saja bahkan bulir keringatnya tidak sebanyak yang tadi meski agak susah melihatnya karena dia menunduk.

"Kenapa La?"
Dia hanya menggeleng.

"Kamu masih kuat? "
Dia hanya mengangguk.

Aku hanya tersenyum kecut sambil terus menatap puncak kepalanya.

"Huffftt..  Lala benar-benar marah padaku bicara sepatah katapun dia tidak mau"-batinku meringis melihatnya.

Saat tau keadaan Gisella baik-baik saja aku memutuskan untuk berbalik kembali daripada melihat dia seperti ini hatiku terasa perih.

ARLA [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang