Chapter 9 "What The Fuck!"

74 16 9
                                    

"Inginku berbagi asa denganmu, namun bagaimana dapat terwujud, jika kau tak menyadari kehadirannku? "

-Riandi Revano

💔💔💔

[Shaca Pov]

"Huffft selesai juga"
Aku menghela nafas lega saat telah berada di luar ruang guru setelah mengumpulkan semua tugas murid 11 IPA-2 di meja Bu Endang.

Aku mulai menyusuri koridor dasar dengan santai, badanku sangat lelah membawa tumpukan buku tulis sebanyak itu.

"Ya ampun nasib jadi ketua kelas gini amat ya?, nyesel gue dulu nyalonin diri, dasar si Diky rese semua tugas gue yang ngelaksanain, wakil macem ape coba kayak begitu?, gue juga kan---lah bukannya itu Gisel sama Rian mereka ngapain? "
Umpatanku berhenti saat melihat kedua sahabatku berada tak jauh dari tempatku berdiri.

"Kenapa mereka bisa barengan?, bukannya Gisel lagi di hukum sama Arlando dan Riankan tadi di suruh ngembaliin buku ke perpus, lahhhhh tangan si Rian kenapa? "
Semua pertanyaan dalam kepalaku seketika hilang saat melihat lengan kiri Rian dipenuhi dengan darah segar bahkan beberapa darahnya hingga menetes kelantai.

Lalu aku langsung berlari ke arah mereka berdua.
"Gisel, Rian hah huh lo hah kalian huh hah kenapah, hah?"
Saat telah berada di belakang mereka akupun bertanya dengan nafas yang tidak teratur akibat lari tergesa-gesa menghampiri mereka.

"Lo kenapa Cha? Udah ambil nafas dulu woy!" kata Gisella dengan wajah panik.

Aku mengambil nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan untuk bertanya. "Kalian kok bisa barengan? Dan lagi lengan lo kenapa Rian? " Jawabku panik seraya melihat kearah lengan Rian.

"Panjang urusannya Cha sekarang gue mau anterin Rian ke UKS dulu ya Cha, bye" Kata Gisella sambil menarik lengan Rian yang satu lagi menjauh dari tempat kami berdiri.

Aku yang ditinggal sendiri di koridor sepi terus termenung memikirkan apa yang terjadi diantara mereka, terlebih lagi kenapa Rian harus di gandeng oleh Gisel?! Kenapa tidak Arlando saja yang mengantarnya?! Sebenarnya terbesit sebuah kekecewaan dalam hatiku namun langsung ku tampar semua dengan teringat kembali lengan Rian yang bersimpah darah.

"STOPP CHA! lo mikirin apaan sih mereka itu lagi kesusahan bukan lagi berduaan, lo harus yakin. Lo harus yakin kalo mereka gak ada hubungan apa-apa! "Kataku mencoba menenangkan pikiranku.

Aku sangat ingin mengantar mereka berdua, namun aku harus segera kembali ke kelas karena pelajaran masih berlangsung. Aku hanya termenung di sepanjang perjalanan kembali.

Gisella dan aku adalah seorang sahabat bahkan aku merasa ikatan kami melebihi dari itu, kita memang baru bertemu saat kami menduduki kelas IX. Awal kedekatan kami adalah pada saat kami terbentuk dalam sebuah kelompok belajar yang terdiri dari empat orang.

Hatiku menghangat, kekecewaan yang dulu pernah datang kian menjauh karena kedatanganya, mengembalikan sisi kosong berdebu yang sudah lama sengaja aku kosongkan agar tak mendapatkan perihnya hati kembali. Kedatangannya bagai sebuah cahaya di dalam gelap dan sunyinya masa laluku dengan sebuah senyum hangat yang menawan hati dengan lembut dia menuntun aku kearah jalan keluar yang membuatku bisa kembali merasakan kembali apa itu namanya sebuah persahabatan dan kasih sayang seseorang.

ARLA [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang