Rendy menatap surat itu. Ia bingung, sebenarnya apa yang dulu terjadi? Mengapa sangat sulit untuknya mengingat masa itu? Mungkin karena waktu itu ia masih sangat kecil. Tapi apa maksud dari kata 'terimakasih telah menemukanku dengannya'. Menurut Rendy itu teka-teki.
"Apaan tuh, Kak?" Tanya Maudy seraya meminum air.
"Bukan apa-apa," jawab Rendy dengan ekspresi yang justru membuat Maudy curiga.
"Bukan apa-apa tapi mukanya nunjukin kenapa-napa. Mungkin lo bisa boong sama Zahra, tapi lo gak bisa boong sama gue." Rendy hanya melirik adiknya itu sekilas. Jika Maudy tau, maka semuanya akan lebih berantakan. Tau sendiri kan gimana Maudy?
"Jadi, lo kenapa si? Atau yang lo pegang itu surat cinta ya? Seorang Kak Rendy dapet surat? Dems apa? Bilangin Ustad Rizal ah biar sekalian lo dikecengin." Rendy membulatkan matanya. Ustad Rizal adalah salah satu rekan yang menjadi ustad dipesantren itu.
"Eh, jangan dong. Ini tuh surat dari umi," ucap Rendy membuat Maudy langsung menatapnya meminta penjelasan. "Maksudnya dari Umi Rida gitu."
Maudy menatap Rendy lalu berkata, "Seperti apa yang gue bilang tadi. Lo ga bisa boong sama gue, Kak. Itu dari umi kan? Iya kan?"
Rendy menghela nafasnya kasar. Apa yang harus iya lalukan selain jujur kepada Maudy?
"Iya ini dari umi," ucap Rendy. Maudy langsung merebut surat yang sudah menjadi dua itu. Lalu ia satukan dan ia baca.
"Apa maksud dari surat itu, Kak? Kenapa hati gue malah nambah sakit? Harusnya gue seneng. Ternyata umi pikirin gue," Maudy menatap surat itu. "Umi udah punya keluarga baru kan? Dan kita cuma jadi masa lalu umi."
"Ngga. Kamu salah. Kita itu masa depannya umi. Kita masa depan umi dan abi masa lalu umi." Maudy menatap Rendy lalu beralih kesurat itu.
"Apa maksud lo, Kak? Lo nyembunyiin ini dari gue, adek lo sendiri? Mau lo apa si, hah? Rahasia sebesar ini lo umpetin. Lo aneh, Kak."
"Kakak baru tau ini kemaren. Dan kakak cuma gak mau kamu lebih membenci abi." Maudy tertawa hambar saat penuturan itu ia dengar.
"Tanpa adanya surat ini. Gue akan terus benci abi," ucap Maudy meninggalkan Rendy.
"Ada apa Kak? Kak Maudy kenapa marah-marah gitu?" Rendy menggeleng saat tiba-tiba Zahra keluar dari kamarnya.
***
Maudy POV
Gue bener-bener gak ngerti lagi. Maksud surat itu apaan coba? Jadi, abi sengaja temuin umi sama keluarganya sekarang? Apa maksudnya? Harusnya dalam keadaan apapun, yang namanya cinta harus tetep diperjuangin.
"Weh, malaikat Maud! Kenapa ngelamun? Lagi sedih? Wih hebat bisa sedih."
Racun curut abis. Dan dia lembali menghantui gue dengan kata maud.
"Berisik lo, Ci!"
"Salah mulu deh gue. Ikutin Naya sama Lian, gue merasa jadi nyamuk. Ngikutin lo, gue dibilang berisik."
Males gue ngedenger omelan ni anak yang gak ada faedahnya.
"Maka dari itu jangan berisik!"
"Gue berisik karena gue bisa ngomong. Gue bisa ngomong karena gue punya mulut. Jadi, kalo gue gak berisik, guna mulut buat apa? Pajangan doang gitu."
Iya. Mulut adalah patung pajangan-_
"Setidaknya lo harus bisa irit, jangan boros! Inget surah Al-A'raf, Allah tidak suka sesuatu yang berlebihan!"
"Lo alim banget sih!"
Gue ketawa hambar. Alim tapi penampilan dzalim. Menurut orang awam gue alim, gimana kalo orang itu liat Zahra yang lebih alim dari gue?

KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Kyai
RandomPinter tajwid, khatam al-qur'an, hafal hadist, semua mengikuti kriteria "Anak Kyai" tapi perawakan dan sifatnya berbeda. Meskipun mengerti hukum islam, tapi Maudy tetaplah Maudy. Dia mengamalkan dengan perawakan yang gaul abis. Alasannya hanya satu...