Regret

9.3K 917 39
                                    

Taeyong terbangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa lelah. Lengannya kram seolah ada yang menimpanya. Dengan mata menyipit ia melihat ke arah sinar mentari yang menerobos dari balik tirai jendelanya.

Deg
Hatinya berdesir aneh saat wangi strawberry menggelitik hidungnya. Ia mencari sumber wangi yang manis itu. Matanya jatuh pada sosok asing yang ternyata tertidur dalam pelukannya. Kepala sosok itu bersandar pada lengannya dan menghadap dada nya. Hembusan nafasnya terasa menggelitik dada telanjangnya. Tunggu.

Taeyong segera melihat kondisi tubuhnya dengan gerakan sepelan mungkin. Ia tidak ingin sosok cantik ini terbangun. Matanya mendapati bahwa selimut hanya menutupi sampai ke pinggangnya. Dan ia yakin ia benar-benar dalam keadaan telanjang bulat. Karena dari sudut matanya, ia bisa melihat baju-baju berserakan di lantai kamarnya. Dan kenyataan ini membuat matanya tertuju pada sosok cantik di pelukannya.

Ya Tuhan. Apa yang aku lakukan? Taeyong mengumpat dalam hati saat dada telanjang wanita itu tertangkap matanya. Ingatan-ingatan tadi malam menubruk otaknya. Setiap detail nya seakan menggoda Taeyong. Umpatan kedua kembali ia telan. Hanya mengingat love making nya tadi malam sudah bisa membuatnya horny.

Taeyong bergerak pelan untuk mengangkat kepala Jisoo dan meletakkannya ke atas bantal dengan lembut. Sejenak ia mengamati wajah cantik yang nampak innocent itu. Ah, Taeyong ingin mengutuk dirinya sendiri. Tadi malam ia telah merusak Jisoo. Tapi ia tidak menyesalinya. Percintaannya tadi malam benar-benar terbaik dalam hidupnya. Selain Jisoo yang masih virgin, juga rasa yang menelusup dalam hatinya. Rasa nyaman saat ia menyatu dengan Jisoo.

Gerakan pelan Jisoo membuyarkan lamunan Taeyong. Matanya secara naluriah terpaku pada dada Jisoo. Bekas-bekas kemerahan masih terlihat jelas disana. Bibirnya gatal untuk mengecupnya lagi. Buru-buru Taeyong membuang pandangannya dari dada Jisoo dan langsung bertatap mata dengan Jisoo. Senyum langsung tersemat di wajahnya begitu melihat ekspresi kaget di wajah Jisoo.

"Good morning," sapa Taeyong.

Jisoo terdiam. Ia masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia terbangun dari tidur nyenyaknya karena sinar matahari yang menelusup dari tirai jendela. Saat membuka matanya, ia menemukan kepala hitam yang tiba-tiba bergerak. Saat bertatap mata dengan Taeyong, ingin rasanya ia berteriak atas keberadaan pria tampan itu. Tapi ingatan kejadian semalam menyerangnya lebih dulu. Bagaimana mereka bergelut di ranjang. Bagaimana Taeyong menyentuhnya. Ingatannya samar-samar, tapi tubuhnya masih mengingatnya. Gelenyar hangat menelusup dalam dirinya.

"Oh my God," bisik Jisoo pelan seraya menutup wajahnya yang memerah. Ia tidak percaya kalau ia akan kehilangan keperawanannya pada orang yang tidak ia kenal. Rasa kecewa dan self-esteem nya benar-benar mendorongnya menjadi wanita liar. Jisoo malu sekali.

"Hei, kenapa?" tanya Taeyong bingung.

"Aku malu sekali. Pasti aku benar-benar buruk tadi malam. Tubuhku pasti buruk. Aku gemuk bukan? Aku... Oh God," kata Jisoo histeris. Selama ini ia berusaha menjaga pola makannya karena Bobby selalu mengatakan ia gemuk.

Taeyong terdiam. Wanita di hadapannya ini benar-benar buta pada kecantikannya sendiri. "Hei, Jisoo. Dengar aku."

Taeyong memaksa Jisoo membuka tangan yang menutupi wajahnya. Wanita itu sudah akan menangis. Taeyonh tidak tahu pasti kisah hidupnya. Tapi Taeyong yakin siapapun mantan pacar Jisoo adalah pria brengsek yang membuat Jisoo tidak percaya diri. Ia berkewajiban menyakinkan Jisoo. Ia mungkin adalah pria pertams yang melihat tubuh Jisoo secara langsung. Dan ia sebagai lelaki normal bisa menilai kalau Jisoo itu cantik dan memiliki tubuh indah.

Jisoo menatap ragu ke arah Taeyong. Pria tampan itu menatapnya dengan lembut. Jemari panjangnya mengelus pipinya. Senyum kecil menghiasi wajah tampan itu. Membuatnya sedikit tenang.

"Kau cantik, Jisoo. Jangan biarkan orang lain mengatakan hal lain. Tubuhmu indah, seksi dan aku menyukainya."

Jisoo hanya menunduk malu. Wajahnya sudah merah padam. Apalagi Taeyong justru tertawa melihat tingkah malu-malu Jisoo.

"Ini tidak lucu, jangan tertawa," protes Jisoo.

Taeyong mengabaikannya dan semakin tertawa lebih keras.

©

Jisoo menatap cermin dengan kening berkerut. Kemeja hitam yang kebesaran dan boxer pendek menutupi tubuhnya. Salahkan Taeyong yang memaksanya berganti baju. Kemeja Taeyong hampir menutupi boxer yang ia kenakan.

"Kau cantik," sahut Taeyong dari pintu kamar.

Jisoo hanya memanyunkan bibirnya. Cups. Tiba-tiba saja Taeyong sudah mengecup bibirnya. Jisoo menatap kaget ke arah Taeyong yang nampak frustasi.

"Ku mohon jangan memanyunkan bibirmu apalagi menggigit bibirmu. Kau membuatku tidak tahan," kata Taeyong dengan nafas menderu.

Jisoo menghela nafas pendek. "Seharusnya ini menjadi one night stand. Tapi kenapa-"

"Shh. Kau tidak bisa mengingkari kalau kita punya chemistry untuk urusan ini," potong Taeyong. Ia memainkan jemarinya ke bibir Jisoo. Mengusapnya lembut.

"Tapi aku -"

"Shh... aku tahu ini berat. Tapi bayangkan jika kita-"

"Friends with benefits?" Todong Jisoo. Ia menatap kesal ke arah Taeyong. Pria ini mesum sekali. "Aku bukan wanita seperti itu, Taeyong."

Taeyong menahan kalimat yang hampir ia utarakan. Jisoo benar dan ia merasa bersalah. Ia adalah lelaki pertama Jisoo. Wanita seperti Jisoo tidak familiar dengan istilah friends with benefits atau fuck-budy. Salahkan dia yang terlalu lama mengecap hidup di luar negeri.

"Maafkan aku. Ah.. ayo kita sarapan."

©

"Sosisnya gosong, Tae," keluh Jisoo dari meja makan yang dekat dengan pantry.

Taeyong menggumam kesal. "Iya, iya nyonya besar."

Ting tong.
Bel di apartemen Taeyong berbunyi nyaring.

"Bisakah kau lihat ada siapa di depan, Jisoo?"

"Okey."

Taeyong kembali sibuk dengan telur dadarnya. Di sudut otaknya ia mengira-ngira siapa yang ada di pintu depan. 'Mungkin Jaehyun atau Yuta."

Jisoo masih mengumbar senyum manisnya saat membuka pintu. Disana, ia langsung bertatap muka dengan seorang wanita setengah baya yang masih terlihat segar dan cantik.

"Kau siapa?" seru wanita itu.

Jisoo bingung harus menjawab apa. Ia hampir mengatakan kalau dia teman Taeyong, tapi seruan kaget di belakangnya menghentikannya.

"Eomma?"

Jadi wanita ini ibu Taeyong. Pantas Taeyong tampan. Tak heran jika melihat ibunya yang cantik.

"Ahhh, Tatae. Apa ini kekasihmu? Ini calon menantuku?" Seru ibu Taeyong dengan semangat.

Taeyong dan Jisoo hanya saling pandang. Bingung harus menjawab apa.

"Ah, tunggu, eomma. Jisoo bukan-"

"Namamu Jisoo? Nama yang cantik untuk gadis secantik kamu," kata Ibu Taeyong sambil memeluk Jisoo dengan erat.

Jisoo memandang bingung ke arah Taeyong yang nampak membeku di tempat.

"Ah, tunggu-"

"Jadi kapan kalian menikah? Kalian sudah tinggal bersama. Aduh, eomma tidak sabar untuk menimang cucu."

"Apa?"

Menikah? Tinggal bersama? Cucu?

Ya Tuhan.
Jisoo ingin pingsan.
Taeyong ingin ditenggelamkan di laut.

©redkimchichu

One Mistake 💝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang