Born

6.6K 668 24
                                    

Taeyong berjalan mondar mandir tak karuan di depan ruang persalinan.  Pikirannya kacau. Jisoo terpaksa melahirkan sekarang,  4 minggu sebelum waktunya. Pendarahan dan air ketubannya sudah pecah.

"Jisoo, " bisik Taeyong pada dirinya sendiri. Tangannya terus bergetar sejak tadi. Ia cemas. Ia tidak boleh masuk ke ruang persalinan.  Jisoo mengusirnya. Padahal ia ingin menenami Jisoo.

"Taeyong,  bagaimana Jisoo? Ini lebih cepat,  apa yang terjadi? " seru ibu Taeyong yang baru datang.

Taeyong menggeleng pelan sebelum sibuk mondar mandir di depan pintu.  Ibunya menatap kesal pada putranya sebelum mengalihkan perhatiannya pada Yuta yang sepertinya siap menjawab.

"Ajumma, " kata Yuta pelan sebelum menggiring ibu Taeyong menjauh.

Ibu Taeyong semakin bingung.  Ia merasa ada sesuatu yang terjadi.  "Apa yang terjadi? "

"Ajumma, beri waktu Taeyong sedikit. Dia sedang stress. Ada hal buruk yang terjadi. Dia sempat hilang kendali tadi, " jelas Yuta.

Ibu Taeyong langsung waspada. "Ada apa?  Apa mereka bertengkar? "

Yuta nampak ragu sebelum berbisik pada ibu Taeyong.  "Jang Hyerin datang ke apartemen Taeyong,  ajumma.  Wanita itu berhasil membuat Taeyong terpancing emosinya."

Hati ibu Taeyong serasa tertusuk. Nyeri mengingat kenangan masa lalu yang ingin ia kubur.  Kenangan pahit yang membuatnya sempat stress. Kehilangan suami dan nyaris kehilangan anak satu-satunya. Semua karena satu wanita gila harta.

"Wanita itu," geram ibu Taeyong.  Dengan tergesa ia mengeluarkan hp nya.

Yuta bingung melihat ibu Taeyong tapi memilih diam tak berkomentar. Ia mengalihkan pandangannya pada Taeyong yang masih sibuk mondar mandir.  Ia ingat sekali bagaimana temannya itu panik melihat darah Jisoo.  Ia tidak melepaskan Jisoo dari pelukannya sepanjang perjalanan ke rumah sakit. Nyaris saja pria itu berdebat ingin masuk ruang persalinan. Tapi Jisoo melarangnya. Jisoo bilang tidak ingin membuat Taeyong trauma karena teriakan Jisoo.

"Jaehyun,  cari dimana Jang Hyerin. Antar aku ke tempatnya secepatnya, " seru Ibu Taeyong.

"Ajumma. "

"Eomma. "

Percakapan ibu Taeyong yang cukup keras membuat Taeyong dan Yuta mendengarnya. Jangan tanya dimana Johnny.  Dia ditugaskan untuk menjemput orang tua Jisoo oleh Taeyong.

Ibu Taeyong mendesah keras sebelum memeluk putra semata wayangnya erat-erat.  "Maafkan eomma,  Taeyong.  Harusnya eomma membiarkanmu menghancurkan wanita itu.  Eomma kira wanita itu akan menyerah. Tapi wanita itu terlalu gila harta hingga uang yang eomma berikan tidak cukup."

"Apa? Eomma memberinya uang? " seru Taeyong kaget. Ia tak menyangka kalau ibunya sudah memberi uang pada Hyerin. Ia tak menyangka wanita yang sempat ia cintai bisa segila itu.

"Maafkan eomma. Eomma akan menyelesaikan masalah ini.  Bukan kamu saja yang bisa kejam.  Eomma bisa membuat wanita itu tak pernah kembali lagi. Eomma janji. Eomma akan membuat wanita itu menyesal kembali kesini."
©

Jang Hyerin duduk dengan gugup dan ketakutan.  Ia tak menyangka siapa yang ia temui setelah membuka pintu kamar sewa kecil yang ia tempati selama sebulan ini.

Ibu Taeyong adalah wanita yang tidak ingin ia temui.  Wanita itu menakutkan.  Ia memilih menemui Taeyong karena mengira Taeyong masih selembut dulu.  Tapi semua berubah.  Taeyong sama menakutkan seperti ibunya.

"Hmm kau hanya mampu menyewa kamar sekecil ini dengan yang sebanyak itu, " kata ibu Taeyong dengan nada datar.  Wajahnya mengeras dan tak menunjukkan ekspresi apapun.

Hyerin hanya diam tak mampu menjawab. Ia tahu uang yang ia terima tiga tahun lalu dari ibu Taeyong bisa membuatnya hidup tenang selama 5 tahun lebih. Tapi dengan kebiasaannya menghamburkan uang membuat hal itu tak mungkin.  Ditambah dengan kekasihnya yang suka berjudi. Ia tidak pusing tentang anak hasil hubungan gelapnya selama bertunangan dengan Taeyong. Ia meninggalkan anaknya dirumah ibunya.

"Apalagi anakmu sudah kau buang ke orang tuamu. Ahh apa ini karena pacar penjudi mu itu? "

Hyerin membelalakkan matanya.  Kaget. Yang ada dalam pikirannya hanya 'bagaimana ibu Taeyong tahu tentang itu'.

"Kaget? Jangan begitu.  Kau lupa siapa aku dan siapa orang tuaku."

Hyerin seperti tertampar keras oleh kesadaran.  Ia lupa jika orang tua ibu Taeyong adalah pemilik perusahaan teknologi di Jepang. Ia hanya tahu orang tua ibu Taeyong meninggal dan perusahaan itu diwariskan ke adik ibu Taeyong.

"Sebaiknya kau pergi sebelum aku menjebloskanmu ke penjara. Kau tentu ingat laki-laki yang kau tabrak saat di Jeju. Kau tahu kalau dia mati. Dan polisi akan mengetuk pintumu kalau kau tak segera pergi dari hidup Taeyong. "

Hyerin masih diam tak berkutik. Ia baru membuka mulutnya saat ibu Taeyong sudah berdiri di pintu kamar.

"Anda terlalu yakin. Mungkin calon cucu anda itu hasil perselingkuhan juga. Anak anda memang sial dan akan terus sial dan dikhianati."

Ibu Taeyong berhenti bernafas sedetik sebelum bergerak cepak menjambak rambut panjang Hyerin.

Plak!

Sebuah tamparan keras menghampiri pipi Hyerin.  Sampai wanita itu kaget dan memegangi pipinya.

"Jaga mulutmu nona Jang. Aku sudah menyelidiki calon menantuku baik-baik.  Aku tak akan mengulangi kebodohanku mempercayai kekasih putraku begitu saja. Kau saja sudah cukup.  Kau harus sadar mulutmu ini bisa membunuhmu suatu saat nanti."

Brak.

Ibu Taeyong membanting pintu dan segera meninggalkan kamar sewa Hyerin.  Jaehyun yang menunggu di luar dan mendengar semuanya, dengan sigap mengikuti ibu Taeyong.

"Tolong awasi dia,  Jaehyun.  Pastikan wanita itu tidak mendekat," pesan ibu Taeyong.

"Baik ajumma. Mungkin kita seharusnya menyingkirkannya jauh-jauh dari Seoul. Afrika mungkin," balas Jaehyun.

Ibu Taeyong tertawa.  "Ide bagus. Biar dia mendapatkan tan yang bagus."

"Kita kembali ke rumah sakit? "

"Ya,  aku tidak sabar ingin menggendong cucuku."
©

Sementara itu....

Hyerin masih terduduk di lantai dengan tangan memegangi pipinya. Rencananya kacau.  Pikiran singkat dan nekatnya berujung pada masalah lebih berbahaya.

"Aku harus pergi sebelum nenek tua itu menjebloskanku ke penjara.  Bagaimana dia bisa tahu kalau aku pernah melakukan tindakan kriminal," bisik Hyerin dengan suara gemetar.
©


Jennie,  Lisa,  Rose  dan Johnny  sampai di rumah sakit bersamaan dengan ibu Taeyong dan Jaehyun.  Mereka disuguhi pemandangan suram di depan ruang persalinan.

Taeyong yang menangis di depan pintu sambil berlutut. Tangannya sesekali memukul lantai sebelum menutup wajahnya yang bersimbah air mata.

Ibu Jisoo yang nampak menangis di pelukan ayah Jisoo.

Yuta yang nampak bingung harus berbuat apa. Wajah yang selalu nyengir itu terlihat pucat dan shock.

"Ada apa? " tanya Jennie takut.

"Laki-laki. Cucuku laki-laki, " bisik Ayah Jisoo pelan.  Wajah bijaknya nampak sedih.

"Lalu kenapa kalian menangis? " tanya Rose pelan. Perasaannya tak enak.

"Jisoo.........."

One Mistake 💝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang