Hospital Drama

6.8K 735 27
                                    

Taeyong menggenggam erat tangan Jisoo. Ia tidak melepaskannya sedikitpun sejak masuk ke ambulance. Bahkan saat Jisoo dibawa ke UGD ia tetap menggenggamnya sampai perawat mengusirnya.

Kacau. Pikiran Taeyong benar-benar kacau. Melihat wajah pucat Jisoo serasa menohok hatinya. Ia berusaha keras menenangkan Jisoo, tapi wanita nya itu terus menangis dan mengatakan kalau dia bukan ibu yang baik. Ahh, kalau ia bisa, ia akan membungkam bibir itu. Ia tidak mungkin melakukannya di ambulance sementara calon mertuanya ada. Ia hanya bisa berbisik pada Jisoo untuk tenang.

"Taeyong."

Taeyong langsung menghentikan tingkahnya yang mondar-mandir di depan UGD. Ia melihat ayah Jisoo mendekat.

"Aku ingin bicara denganmu."

Taeyong ragu. Ia tidak ingin meninggalkan Jisoo.

"Tidak apa-apa. Ada eomma. Sebentar lagi ibumu dan Doyoung akan datang," sahut ibu Jisoo dengan lembut. Ia menepuk punggung Taeyong.

Taeyong masih berat tapi menuruti ibu Jisoo. Ibu calon istrinya itu memaksanya memanggilnya eomma.

"Maafkan paman," kata ayah Jisoo membuka pembicaraan.

Taeyong hanya mengangguk. Bingung harus menjawab apa. Aura ayah Jisoo berubah. Ia tidak bisa menimbangnya. Apa ini aura baik atau buruk.

"Jisoo itu anakku satu-satunya."

Taeyong melirik ayah Jisoo yang nampak fokus memandang ke depan. Ia bisa melihat gurat lelah dan cemas menghiasi wajah ayah Jisoo.

"Bobby sudah menghancurkannya, membuatnya tidak percaya diri dan terus menyalahkan dirinya."

Taeyong menggeram dalam hati. Ia benci pria bernama Bobby itu. Hutang pria itu banyak. Itulah alasan utama pria itu menipu ayah Jisoo dan melukai Jisoo nya. Ia sudah menangkap pria itu dan mengurungnya di tempat Johnny. Tinggal menunggu waktu untuk mengunjungi pria itu.

"Aku tidak rela melepas Jisoo. Tapi melihat bagaimana bocah itu memandangmu. Aku tidak bisa menahannya. Aku harap kau bisa menjaganya. Dia terlihat kuat tapi dia lemah."

Taeyong tersenyum. "Ajussi jangan khawatir. Meski Jisoo menjadi milikku, dia tetap anak paman. Itu tidak akan berubah."

Ayah Jisoo tertawa. "Ah, aku terlalu menyayangi bocah itu sampai aku menjadi kekanakkan."

"Itu normal, ajussi. Aku akan seperti itu pada anak perempuanku nanti."

"Kau jaga baik-baik putriku, calon menantu."

Taeyong terdiam. Ia tidak menyangka panggilan itu keluar dari mulut ayah Jisoo.

"Iya, ajussi."

"Kau tidak boleh melukai Jisoo. Kau harus membuatnya bahagia. Kau tidak boleh membuatnya menangis. Kau tidak boleh meninggalkannya demi wanita lain. Aku akan menghajarmu jika itu terjadi."

"Iya, ajussi. Aku terlalu mencintainya untuk melirik wanita lain." Taeyong tersenyum. Hatinya terasa hangat saat mengatakan itu.

"Nah, kau harus mengatakan itu pada putriku. Dia kadang bodoh untuk urusan cinta."
©

Buagh.

Pukulan langsung menghantam wajah Taeyong begitu ia tiba di depan ruangan UGD setelah perbincangan singkatnya dengan ayah Jisoo.

"Doyoung!"

Taeyong tak sempat mengelak saat pukulan kedua mengenai pipinya. Kemejanya ditarik dan pukulan ketiga mengenai pipi bawahnya. Taeyong memilih tak melawan setelah tahu siapa yang memukulnya.

One Mistake 💝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang