Memory

5.8K 666 27
                                    

Taeyong segera menumpuk dokumen yang ada di mejanya dengan sembarangan. Ia ingin cepat-cepat pulang. Ia sudah seharian tidak bertemu Jisoo.

"Aishh... dokumen apa lagi ini. Banyak sekali," keluh Taeyong.

Ceklek.

Pintu kantor Taeyong terbuka. Johnny masuk tanpa permisi. Wajahnya terlihat tegang. Dengan gugup ia duduk di kursi di depan meja Taeyong.

"Taeyong. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," kata Johnny pelan. Ia memegang map tipis di tangannya.

Taeyong yang awalnya sibuk dengan dokumennya menghentikan kegiatannya. Ia memandang Johnny dengan bingung. Melihat ekspresi serius di wajah Johnny, ia yakin ini hal penting.

"Oke. Ada apa?"

Johnny sedikit bimbang. Berita yang ia bawa bukan berita bagus. Melihat Taeyong yang sekarang benar-benar melegakan dan membahagiakan bagi Johnny. Teman baiknya itu sudah kembali menjadi Taeyong yang dulu. Bukan pemarah dan emosian seperti dulu. Kehadiran Jisoo benar-benar membawa hal positif bagi kehidupan Taeyong. Dan ia takut berita yang ia bawa akan menggoyahkan kebahagiaan itu.

"Umm."

"Katakan saja. Aku ingin segera pulang." Taeyong mulai tak sabar. Semakin ia menunda kepulangannya, ia takut Jisoo sudah tidur.

"Aku memeriksa beberapa CCTV di apartemenmu dan gedung Lee Corporation."

Taeyong mengangguk. Ia mengerti karena Johnny adalah manager security nya. "Ada penyusup atau apa?"

"Ada seorang wanita yang bolak-balik mendatangi Lee Corporation dan apartemenmu. Ia hanya menanyakanmu pada resepsionis sebelum pergi. Itu terjadi setiap hari selama dua minggu ini. Resepsionis mengatakan padaku kalau wanita itu pergi begitu tahu kau tidak datang ke kantor. Lalu.."

Taeyong tak berkomentar saat Johnny menghentikan penjelasannya. Ia yakin Johnny akan melanjutkannya. Yang ada dalam pikirannya hanya 'siapa wanita itu?'

"Wanita ini mulai datang ke apartemenmu dua hari yang lalu. Aku yakin tidak lama lagi dia akan mengetuk pintu apartemenmu."

"Siapa wanita itu?" tanya Taeyong cepat.

"Jang Hyerin."

Deg

Jantung Taeyong terasa berhenti berdetak. Ia menatap Johnny tak berkedip seolah memastikan ia tak salah dengar. Flashback kenangan buruk yang sudah ia kubur memaksa keluar.

Pertunangan.

Kebohongan.

Pemakaman.

"Wanita itu," geram Taeyong dengan nada rendah. Amarah mulai naik perlahan ke otaknya. Dendam yang selalu ia kubur demi ibunya mencuat begitu saja.

Prang! Tangannya membanting cangkir kopi di dekatnya dengan cepat.

"Taeyong." Johnny segera berdiri. Ia takut kalau Taeyong berbuat bodoh seperti tiga tahun lalu. Ia ingat bagaimana teman baiknya itu benar-benar marah besar hingga hilang kendali. Membuatnya hampir mati dalam kecelakaan. Lalu temannya itu hancur saat dia tahu ayahnya meninggal di tangan-

"Untuk apa dia mencariku lagi. Kalau bukan karena eomma, aku sudah membunuh wanita sialan itu." Taeyong mencengkeram meja dengan kuat. Amarahnya benar-benar memuncak. Dendamnya memang belum terbalaskan. Ia berusaha melupakan. Tapi kedatangan wanita itu benar-benar menyulut kebenciannya. Wanita penipu yang menghancurkan keluarganya. Wanita culas yang membuatnya hampir mati. Wanita tak berperasaan yang menjadi penyebab utama kematian ayahnya.

"Sial." Taeyong menunduk dalam. Ingatan tentang ayahnya membuatnya sakit. Wanita itu memang penyebab utama ayahnya terkena serangan jantung. Tapi Taeyong tahu ayahnya kecewa padanya. Ia lah penyebab utama ayahnya terkena serangan jantung. Ayahnya yang terus mengkhawatirkannya. Ayahnya yang merupakan dunianya dan dunia ibunya.

"Hei, hentikan. Kau akan membuat ajumma khawatir. Tenangkan pikiranmu," bisik Johnny. Ia menepuk pundak Taeyong. Ia tidak ingin temannya ini kembali jadi pemabuk demi menghilangkan lukanya.

Drtt.

Handphone Taeyong bergetar.

Johnny mengambilnya dan menerima panggilan itu. Ia memberikan waktu pada Taeyong untuk berusaha menenangkan diri.

Yuta.

"Ada apa, Yut?" tanya Johnny.

"Kenapa kau yang angkat John? Ah lupakan. Ini lebih penting. Suruh Taeyong cepat pulang. Nenek sihir itu ada di apartemennya. Aku tidak bisa menahannya lebih lama. Demi Tuhan, bisakah kau diam Jisoo-ssi?"

Taeyong yang mendengar nama Jisoo langsung menyambar hp dari tangan Johnny.

"Jangan bukakan pintu. Jangan biarkan Jisoo menemuinya. Apapun caranya," perintah Taeyong cepat.

"Ok, bos. Bisa kau cepat pulang. Aku sudah capet memijat kaki Jisoo. Dia cerewet sekali. Rose dan Jaehyun ia usir agar mereka bisa kencan. Dan aku jadi korbannya, Tae," oceh Yuta.

Taeyong tersenyum kecil. "That's my Jisoo."
©


"Kau harus ingat kalau kau akan menjadi seorang ayah," kata Johnny tiba-tiba. Sejak tadi ia memang memperhatikan Taeyong yang sedang menyetir. Temannya itu diam. Tapi ia bisa melihat diamnya itu untuk menahan marah dan sedih.

"Lalu?" Taeyong tak mengerti maksud perkataan Johnny yang tiba-tiba.

"Fokus mu itu Jisoo dan anakmu. Itu saja. Sebentar lagi anakmu lahir. Jadi abaikan saja wanita itu."

Taeyong diam saja. Ia tidak mengelak. Pikirannya memang tertuju pada Jang Hyerin. Tentang bagaimana cara menghancurkan wanita itu.

"Hmmm. Aku mengerti, oppa."

Johnny menepuk bahu Taeyong keras-keras. Temannya itu sudah kumat. "Diam kau, bodoh."

Taeyong tertawa kecil sebelum membelokkan mobil memasuki parkiran. Ia berusaha keras menenangkan dirinya. Jantungnya berdebar semakin ia dekat dengan apartemennya.

Ceklek.

"Kau bodoh Yuta. Seharusnya kau memotong buahnya memanjang. Bukan sekecil ini. Aku susah memakannya."

Johnny melihat Taeyong tersenyum. Temannya itu benar-benar mencintai Jisoo. Bagaimana bisa Taeyonh tersenyum hanya mendengar suara Jisoo?

"Kau sudah bertekuk lutut di hadapan Jisoo ya. Aku tak pernah membayangkannya," komentar Johnny.

Taeyong melirik Johnny sekilas sebelum sibuk melepas sepatunya. "She is my light."

"Aku senang bisa melihat Taeyong yang dulu kembali."

Taeyong membeku sebelum tersenyum simpul. "Nah, aku bukan kembali tapi terlahir lagi."

"Taeyong!" seru Jisoo. Ia berjalan dengan mangkuk di tangan kiri dan garpu di tangan kanannya. Wajahnya merekah bahagia. "Kau terlambat. Kau lihat apa yang dilakukan Yuta pada manggaku?"

Taeyong tersenyum lagi. Ia tidak pernah bosan dengan kecerewetan Jisoo. Ia tidak pernah berhenti tersenyum hanya mendengar Jisoo berbicara. Yes. He is so whipped.

"Oya, Yongtae, tadi ada wanita yang mencarimu. Siapa namanya tadi, Yuta? Jang Hye. Hyera. Ah Jang Hyerin."

Senyum Taeyong langsung menghilang. Ia mendekati Jisoo dengan cepat. Ia segera memeluk wanitanya erat-erat.

"Let me," bisik Taeyong pelan.

Dan saat itu Jisoo tahu ada yang salah dengan nama itu.

One Mistake 💝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang