4# It's Hurt, But It's Okay

13 5 0
                                    

Author POV

Casandra Gabriella begitulah nama yang ia degar saat nama anggota kelompoknya disebutkan. "Yes. Semoga dengan adanya tugas kelompok ini, bisa bantu gue buat deket lagi sama Casandra." Batinnya.

Sesaat dia kembali dari lamunannya. Karena senar gitar yang sedari tadi ia petik, putus dan hangatnya darah mengalir keluar begitu saja dari jarinya yang terluka. "Ah! Segala putus, mana jari gua luka lagi." Walaupun jarinya terluka, Reza tetap melanjutkan aktivitasnya memetik gitar. Lagi dan lagi senar gitarnya terputus dari kaitannya dan melukai jari Reza yang lain.

Itu adalah gitar tua yang menjadi kenangan satu-satunya bersama ayahnya dulu, sebelum muncul kejamnya dunia yang memaksa ayahnya harus mementingkan pekerjaan diatas segalanya. Tidak jauh beda dengan wanita yang ia sebut 'ibu' itu juga sama-sama penggila kerja baginya.

Ditaruhnya kembali gitar yang melukainya tadi sambil berkata "Baik-baik ya lu disini, nanti abis pulang sekolah gue bakalan ajak lu ke tempat service." Reza berbicara kepada gitar kesayangannya itu seakan gitar itu bisa membalas perkataan yang Reza lontarkan. Reza selalu seperti itu ketika ia sudah nyaman akan suatu hal. Kelamnya dunia nyata telah mendorong dirinya untuk membuat dunianya sendiri dan menghadirkan imajinasi yang tak terbatas.

Kriiiieeet..

Decit pintu atap sekolah sontak membuat Reza mendongakkan kepalanya ke arah sumber suara itu. Ia terperangah kaget karena netranya menangkap sesosok siswi yang tengah berjalan ke arah mata angin yang berbeda dengannya.

Casandra POV

Setelah selesai makan di kantin gue memutuskan untuk langsung ke kelas duluan. Saat gue tengah berjalan gue dapet notifikasi pesan, pas gue liat ternyata ada pesan dari ibu gue yang bermaksud untuk mengancam jikalau gue ga dapet peringkat. Muak rasanya selalu mendapat pesan berisi ancaman. Dan parahnya lagi, itu dari orang tua gue sendiri.

Iri, itu yang selalu gue rasain saat mendengar teman gue bercerita tentang segala rasa kasih sayang yang orang tua mereka berikan. Dibeliin barang baru, dituruti segala keinginan, dan hidup tanpa kekangan itulah yang sangat ingin gue rasain sampai saat ini.

DAMN! *menyisir kasar rambut ke belakang dan menghempaskan tangan dengan bebasnya

Racauan gue menggema disepanjang koridor. Kenapa pikiran gue selalu kacau gini sih. Masalah gue muncul tanpa henti. Ini hidup tenang dikit bisa ga sih!

Ga lama setelah gue berkata kasar, gue keinget di sekolah ini ada rooftopnya. Rasa penasaran mulai nguasain pikiran gue. Gue mutusin untuk melangkah ke tangga yang mengarah ke atas dan sampai diujung gue nemuin pintu yang ternyata ga terkunci. Dengan sedikit keraguan, pintu itu pun terbuka. Gue juga sedikit ngeliat ke sekitar, tapi untungnya ga ada orang. Entah kenapa gue seneng, tapi yang pasti gue udah nemuin tempat sekaligus obat penenang diri gue untuk saat ini.

Hai Readers,

Setelah sekian lama aku balik nih// ya elah baru seminggu thor-_-, tapi maaf ya aku ngga bisa update sekaligus dua chapter untuk kali ini, karena masih banyak yang harus di perbaiki.

Dan untuk requestnya, maaf banget ga bisa ngerevisi banyak-banyak karena sepulangnya aku dari kampung keadaanku sempet ga fit.

Do not forget to Vomment ya guys ^^

Love Is Not Over [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang