03

495 58 1
                                    

"Permisi.."

Hanya butuh waktu sedetik cewek didepan Melody menengok ke arahnya, sebelum akhirnya angkat bicara. "Mmm,,, iya kenapa?"

Wajah putih itu tak asing bagi Melody, melihat tinggi badannya saja ia yakin bahwa dia adalah Sahabat kecilnya. Apalagi suara lembut tadi ia tak mungkin salah.

"Rama." Melody mengeluarkan pikiran yang sedari tadi mengganggu otaknya, sedangkan Cewek di depannya malah memasang wajah bingung mendengar namanya disebut.

"Iya, lo Rama, Rahma Azizah kan?" Tanya Melody memastikan.

"Kok lo tau, kita baru aja ketemu. Dari mana lo tau panggilan gue Rama?" Kalimat itu mulus keluar dari mulut Rama, sahabat kecil Melody. Mendengar itu Melody hanya geleng-geleng kepala dalam artian maklum.

"Ini gue Ram, lo nggak ngenalin gue." Ucap Melody sambil mengguncang bahu Rama berharap Rama menyadarinya.

"Lo sia..." Kalimat itu terhenti.

"Ya ampun Rama, ini gue sahabat kecil lo. Melody Almira." Rama mengernyitkan mata menatap wajah Melody secara intens.

"Gue lupa, lo kan udah tua Ram makanya rada-rada pikun gitu." Melody berhenti bicara, tangannya lalu beralih memegang kepala Rama dengan ekspresi was-was, berusaha meneliti takut takut ada luka disana, sebelum akhirnya kembali bicara. "Atau lo kejedot papan pengumuman, terus amnesia?"

"Enak aja bilang gue amnesia, iya-iya gue inget kok lo Ody kan. Melody Almira."

"Alhamdulillah, sahabat gue nggak jadi amnesia." Melody nyengir kuda, lalu beralih mendekap sahabat kecilnya itu. Sangat lama, hingga Melody merasakan tangan Rama membalas pelukannya.

"Lo semangat banget sampe gue nggak bisa nafas."

"Hehehe, Biasa efek nggak pernah temu bertahun-tahun, biar dramatis dikit." Perlahan Melody melepaskan pelukannya lalu beralih menatap sahabat kecilnya itu.

"Bisa anterin gue ke ruang kepsek?"

*****

Disinilah Melody, mengikuti bu Risma menuju kelas barunya. Sesekali bu Risma menjelaskan setiap ruangan. Melody masih ingat pertemuan tak terduga dengan sahabat kecilnya tadi, entah mengapa Melody merasa bahwa Rama berbeda, seperti ada sesuatu yang ditutupi darinya. Bahkan sekarang pikirannya pun melayang kemana-mana.

Hingga Melody tepat berada di pintu kelas. Terlihat papan kecil bertuliskan XI MIPA 3 yang tergantung di atas pintu. Jujur saja, Melody merasa gugup tapi sebisa mungkin Melody menepis kegugupannya dengan menyunggingkan senyuman. Melody mulai melangkahkan kakinya menyejajarkan posisinya dengan bu Risma yang telah berada di depan kelas.

"Perkenalkan nama saya Melody Almira, panggil aja Ody." Sapa Melody setelah diperintah bu Risma.

"Ada yang mau di tanyakan pada Melody."

"Melody pindahan dari mana?"

"Saya murid homeschooling sejak 4 tahun terakhir. Merasa terlalu bosan dan akhirnya sekolah disini." Jawab Melody tak bertele-tele.

"Ooo" Serentak mereka membulatkan mulut mereka sambil mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Baiklah Melody, silahkan duduk. Semoga kamu bisa beradaptasi dengan baik dilingkungan yang baru ini. Sementara ibu tinggal dulu, silahkan buka buku kalian pelajari tentang sel karena hari ini pak Rudy tidak bisa masuk. Jadi saya mohon kerja sama kalian. Sekian dari saya dan sampai jumpa."

Sekarang tinggallah mereka penduduk kelas XI MIPA 3 ber-yes ria. Kelas pun mulai rama, yang cewek mulai gosip yang cowok main, entahlah main apa nggak ngerti gue.

Melody segera melangkah mencari tempat duduk. Matanya menyapu sekitar mencari bangku yang masih kosong. Pandangannya terhenti ketika melihat bangku di pojok kiri paling belakang.

"Permisi, gue boleh duduk sini kan?" Tanya Melody pada cowok yang tengah asyik membenamkan kepala pada kedua tangannya.

"Hm." Melihat cowok itu mengangguk, langsung saja Melody menaruh tas dan memposisikan diri duduk di bangku tersebut, sedangkan cowok itu tak menghiraukan kehadiran Melody. Asyik dengan dunianya.

*****

Bel berdering, menandakan waktu istirahat dimulai. Kelas yang tadinya ramai sekarang pun jadi sepi, menyisakan tiga anak salah satunya Melody dan sang cowok disampingnya. Anak-anak lain sekarang mungkin sedang sibuk memilih jajan atau menghabiskan pesanannya.

Sesekali Melody melirik sebelahnya, cowok itu sedari tadi masih membenamkan kepala pada tangannya.

Apa mungkin cowok itu sakit? Atau hanya alasan. Dasar anak cowok emang nggak pernah niat belajar. Pikir Melody.

"Mel lo mau ikut gue nggak?" Melody menengok ke arah suara.

"Kemana?" Tanya Melody bingung.

"Ke kantin, emang lo nggak laper?"

"Iya sih. Tapi."

"Oogh iya, gue Shafira Megantara. Panggil aja fira."

"Lo udah kenal gue kan? Tapi panggil aja Ody itu lebih nyaman buat gue."

"Oke Ody."

"Yaudah yuk, katanya mau ke Kantin."

*****

Melody dan Fira kini tengah duduk di meja tengah bersama anak-anak lain. Keduanya pun sudah terlihat lebih akrab dari sebelumnya. Sesekali keduanya tertawa, pura-pura sedih, teriak histeris. Biasalah cewek, ada aja yang diomongin apalagi kalo lawan bicaranya Melody Almira, si cerewet tomboy plus anak baru itu. Iya itu yang cantik, putih, tanpa polesan bedak. Alami dah pokoknya. Seratus persen alami sumpah.

"Fir, cowok yang duduk sama gue itu siapa?"

"Lo nggak kenal? udah hampir tiga jam pelajaran kalian duduk sebelahan tapi belum kenalan?" Fira histeris, sedangkan Yang mendapat pertanyaan hanya mengangguk singkat.

"Ternyata lo pemalu ya Dy." Fira terkekeh melihat wajah polos Melody.

"Hehe, gue nggak enak aja gangguin dia tidur. Emang gue keliatan kaya anak pemalu ya Fir?"

"Nggak lo kan cerewet."

"Eh Fir, tapi gue pikir pasti yang duduk disebelah gue itu anak males ya? Nakal atau semacamnya gitu." Tanya Melody antusias.

"Dy. Lo salah besar nganggep dia pemalas."

"Loh, emang gitu kan? Buktinya tadi tidur mulu pas pelajaran. Untung tadi pak Rudy tadi nggak masuk, kalo masuk kan berabe. Gue bisa ikut dihukum karena alasan tidak membangunkan teman sebelahnya ketika pelajaran di mulai."

"Lo salah besar Melody Almira." Jawab Fira menyakinkan dengan menekankan pada nama Melody.

"Nggak mungkin gue salah."

"Nyatanya lo salah Ody. Namanya Dional Mahendra, most wanted sekaligus bendahara osis disini. Dia dikenal sebagai most wanted juga dari attitude-nya, nggak hanya dari tampangnya. Dia bahkan murid cowok dengan otak ter-encer. Dan satu lagi, denger-denger dia mau di calonkan jadi ketua osis tahun ini. Gimana lo masih mau ngelak?" Fira menjelaskan panjang lebar sedangkan Melody menganga tak percaya. Itu jauh dari spekulasinya.

"Beneran?" Tanya Melody polos

"Iya, nggak percaya?" Melody mengangguk.

"Tanya sendiri sama orangnya." Jawab Fira datar menyembunyikan wajahnya yang tak kuat menahan tawa.

*****

Kasihan Melody-nya malu.
Untung aja ngomongnya cuma sama Fira,
Jadi aman, nggak dikeroyok fansnya si Dio.

LO MALU-MALUIN KALO LAGI MALU. ODY!!!

AnnoyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang