VIII - Oh Sehun

2K 294 10
                                    

Empat ratus tahun yang lalu disebuah Hutan lebat di Brazil, adalah Kim Hyunsik dan istrinya Joo Kyungjae yang menempati sebuah rumah sederhana ditengah-tengah hutan. Mereka adalah seorang Warga Negara Korea yang kemudian pindah ke Brazil untuk mengadu nasib.

Dikelilingi pohon rindang besar dan menjulang tinggi tidak membuat keluarga kecil yang beranggotakan 6 orang itu kehilangan rasa harmonis dan hangat antara satu dengan yang lainnya.  Malahan, dengan keadaan rumah mereka yang ditengah hutan seperti itu dan susahnya mencari kebutuhan pokok untuk bertahan hidup membuat mereka menjadi semakin kompak.

Sebelum malam itu datang.

Hyunsik tidak pernah berhenti menyesal sampai titik darah penghabisannya, sampai akhir hayatnya. Kenapa dia bisa membiarkan seluruh anggota keluarganya menjadi santapan sebuah kelompok makhluk bertaring dan bermata biru pekat yang kemudian berhasil menyihir mereka semua menjadi seperti sekarang, menjadi sesosok makhluk yang sama dengan kelompok terkutuk itu.

Dia harus rela kehilangan dua anak terkasihnya, yang kala itu masih berusia 5 tahun. Harus rela juga melihat sang istri yang hampir berubah menjadi sosok mengerikan tidak terkendali selama 60 tahun lamanya karna tertekan.

Beruntung dia masih memiliki kedua anak terkasihnya sampai saat ini, dua anak laki-laki berbakti yang siap sedia menopang kedua orangtuanya kala sedang mendapati keadaan terpuruk.

Lalu pada tahun ke-75 setelah kecelakaan terkutuk yang keluarga kecilnya hadapi, mereka memutuskan untuk pindah ke Hutan Brusein, Italia. Disaat Hyunsik merasa keadaan Kyungjae sudah lebih baik dari sebelumnya. Tahun itu juga mereka pindah dari Hutan terkutuk yang membawa malapetaka tersebut.

Sekarang, mereka menamai hutan itu dengan sebutan 'Sebuah-tempat-yang-tidak boleh-disebut-namanya.'

Kehidupan mereka di Brusein, sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Sang istri, Joo Kyungjae sudah kembali seperti semula meski terkadang suka menangis sendiri melihat perubahan yang signifikan pada tubuhnya.

Hyunsik sendiri melamar pekerjaan disebuah lembaga Negara yang khusus bekerja dibidang Intelijen, karna kemampuan matanya yang mendadak tajam sampai dapat melihat debu kesat mata sekalipun. Akhirnya ia diterima, lalu bekerja disana sebagai kepala tim penelitian khusus.

Pada suatu hari, ia mendapat misi dari Negara untuk menyelidiki tentang sebuah hutan terlarang yang pada saat itu sedang gencar dibahas oleh kalangan masyarakat.

Cràign Forest, begitu mereka menyebut tempat terlarang tersebut.

Bersama teman seperjuangannya, Park Jiseok, ia pergi kesana untuk menjalankan mandat Negara. Bermalam berhari-hari disana sembari berkeliling menyusuri hutan tersebut untuk mencari tahu apa yang ada didalamnya.

Tidak ditemukan apapun sampai pada hari kelima. Tapi kala fajar hari keenam hampir tiba, Hyunsik menghentikan langkah besarnya yang tengah berjalan pulang menuju tenda. Ia menatap kaget pada Jiseok yang juga memandangnya begitu.

Ini pukul 4 pagi dan,

Mereka mendengar suara tangisan bayi yang begitu nyaring dari arah timur.

"J, kau dengar itu?" seru Hyunsik, matanya mulai mengedar kesegala penjuru.

"Pukul 4 pagi dan kita mendengar suara bayi, bukankah itu bagus?" jawab Jiseok seolah menantang, tapi tak urung juga bibirnya bergetar kala berbicara.

Tanpa mengatakan apapun, Hyunsik lalu segera berlari kearah timur dengan maksud untuk mengikuti asal muasal suara. Sedangkan Jiseok ia tinggalkan dibelakang dengan bibir yang terus terbuka menyerukan nama Hyunsik.

"Hyung! Jangan tinggalkan aku!" seru Jiseok kencang setelah itu kakinya bergerak cepat untuk menyusul Hyunsik yang sudah jauh didepan.

Jiseok berhenti berlari kala melihat Hyunsik mematung didepan sebuah batu besar lembab dengan corak cipratan cairan merah kental. Dahinya mengerut semakin kebingungan seiring dengan suara tangisan bayi yang juga semakin kencang.

Dia maju satu langkah, "Hyung--"

Lalu matanya kian terbuka lebar melihat hal menyeramkan didepannya.

"T-tolongghh.. T-t-tolonghh a-aku.."

Harus diakui, Jiseok memang sudah mendapatkan pelatihan militer selama 6 tahun. Tapi untuk melihat seseorang yang terluka parah dengan seorang bayi digendongannya, ini yang pertama bagi Jiseok.

"H-hyung.." lirihnya, sementara tangan sudah mengguncang bahu Hyunsik yang ada disebelahnya.

Keterpakuan Hyunsik tentu saja bukan tanpa alasan. Sebab tidak mungkin ia mendiamkan seseorang yang tengah terluka seperti itu, apalagi berada langsung didepannya.

Semua itu karna sepasang iris jernih yang mengalirkan cairan asin keatas kulit wajahnya. Sepasang mata berwarna biru pekat yang tengah menatap Hyunsik dalam dan hal itu seolah membawa Hyunsik tenggelam kembali pada masa lalunya yang kelam.

Ia tersadar kala Jiseok terus berteriak kencang didepan telinganya. Mengguncang bahu sampai menginjak kakinya penuh emosi, barulah Hyunsik tersadar dan langsung bersimpuh didekat korban luka itu.

"Kau tak apa, nyonya?" tanya Hyunsik.

"T-tolong.. T-tolong s'lamatkan bayi ini." serunya lemah.

Lalu mata Hyunsik langsung tertuju pada si bayi laki-laki yang berada didalam dekapan. Entah kenapa hatinya menghangat melihat wajah mungil pucat milik si bayi, apalagi kala retina biru jernih milik si bayi ikut menatapnya-- seolah-olah ia tengah meminta belas kasih dari Hyunsik, dan berkata 'Kita ini sama, satu spesies.'

"Apa yang terjadi Nyonya? Apa sesuatu telah menimpa anda?" tanya Hyunsik lagi, sedang Jiseok sudah mengambil alih si bayi dari tangan korban wanita tersebut.

Si wanita hanya terdiam, bahunya naik-turun seiring dengan nafasnya yang mulai memburu dan seolah akan habis. Hyunsik semakin panik, ia sempat mentitah Jiseok untuk mengambil obat-obatan yang ada didalam tenda mereka, tetapi langkahnya tertahan kala si Wanita kembali berseru;

"N-namanya Sehun, Oh Sehun."

Dan setelahnya, tubuh si wanita tergulai lemah diatas tanah, dengan suara hembusan nafas panjang, yang menjadi nafas terakhirnya.






















































Senin, 23 Juli 2018, 8.00 a.m
at Seoul, Korea Selatan

Sebuah suara ketukan sepatu seorang wanita masuk kedalam pendengaran si lelaki pucat yang kala itu tengah berada di ruangan kebesarannya. Menatap sendu kearah luar dinding kaca sebelum sang sekertaris masuk dan membuyarkan segala hal yang ada didalam pikirannya sekarang.

"Sajangnim, rapat akan segera dimulai." ucap si sekertaris.

Lantas lelaki pucat itu mendengus, sebelum sedikit mengeram marah karna waktu tenangnya telah diganggu. Tapi  walau begitu, dia tetap berusaha untuk menahan emosinya, dengan memasang wajah datar tanpa ekspresi kala menoleh dan menatap si sekertaris.

"Semua berkas sudah siap?" tanyanya singkat, bernada dingin.

"Sudah sajangnim, semua sudah siap." jawab Sekertarisnya dengan tubuh yang tertunduk sedikit untuk menunjukan rasa hormat kepada sang atasan.

"Hm."

Lalu mereka pergi keluar, meninggalkan ruang kebesaran si pemilik perusahaan yang kosong karna ditinggal oleh pemiliknya.

#tbc

[3] Desire (ft. Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang