CHAPTER 2 : FLASHBACK

112 11 3
                                    

"Lu udah ngabarin Lisa soal beritanya?" ujar Ari sambil makan bakwan di kantin. "Udah, dia lagi otw kesini. Santai," balas Eka.

"Mau gimana santai, ada pembunuhan lagi. Bisa jadi ini berhubungan sama..."

"Gak semuanya berhubungan sama kita , Ri. Kita gaperlu geer dulu," potong Eka.

Lisa bersama seorang temannya, Meli, terlihat mendekat ke meja Eka dan Ari berada.

"Gua udah denger kabarnya. Pendapat kalian berdua gimana?" kata Lisa sambil duduk di kursi dekat meja. "Ari merasa pembunuhan ini berhubungan dengan pembunuhan yang dilakukan Vega dan Ivan." kata Eka.

"Oiya kenalin, ini teman gua, Meli. Maaf lupa ngenalin ke lu pada." kata Lisa. "Hai, gua Meli gua...." "Lu anak padus UNGAR, ya?" potong Ari. "Iya, makasih udah ngenalin muka gua. Haha" jawab Meli sambil tertawa.

"Lu udah hubungin temen polisi lu?" tanya Lisa. "Udah, kita bertiga bisa ketemu dia nanti di Mall GR." ujar Eka.

Lukas datang sambil membawa makanan yang dia beli di kantin, nasi goreng. "Woy, lu pada gamakan?" ujar dia. "Kenalin, Lisa Meli, ini Lukas. Lukas, ini Lisa dan Meli," kata Eka mengenalkan teman-temannya satu sama lain.

"Hai, cewek-cewek. Jarang-jarang gamer kenalan sama cewek. Lu berdua main Dota 2?" canda Lukas.

"Oke dia mau ketemu sama kita nanti jam 5," lanjut Eka memberitahu jam pertemuan dengan teman polisinya ini.

Teman polisinya ini yang membantu dia mengalahkan dua pembunuh sebelumnya, yaitu Bima. Setelah kejadian itu, Eka berteman dengan Bima karena mereka sering diundang bersama-sama masuk dalam talkshow di stasiun-stasiun televisi.

Mereka bertiga pun bertemu dengan Bima di sebuah restoran di Mall GR. "Dateng juga kalian," kata Bima menyambut ketiganya.

"Bim, tolong bilang ini gak ada hubungannya dengan kita kan?" kata Ari memulai pembicaraan.

"Kabar buruk, kami ,tim polisi, menggeledah rumah tersebut dan kami menemukan....hal-hal menjijikan. Dimulai dari tembok-tembok yang berlumuran darah hingga badan-badan yang termutilasi." cerita Eka sambil dia membayangkan apa yang dia bersama timnya temukan pagi ini.

"Kita menemukan ini dari kamera CCTV, dan sebuah tulisan di tembok yang ditulis dengan darah."

Bima mengeluarkan foto gambar seorang bertopeng serigala yang menggunakan trenchcoat, dan membawa sebuah pisau. Tulisan berdarah yang di tembok tersebut adalah "AKU KEMBALI".

"Kita gak berhubungan ama zombie atau sejenisnya kan?" kata Ari.

"Mudah-mudahan tidak. Pak Tegar sedang melakukan investigasi lebih lanjut. Di rumah tersebut," ujar Bima "Dan, ya ini bisa menyangkut kita lagi."

"Pertanyaannya adalah, mengapa pembunuhnya membunuh mereka berdua kalau kita yang diincar?" tanya Lisa.

"Mungkin mereka berdua hanya pesan." kata Eka. "Pesan kalau ini akan lebih gila dari sebelumnya."

"Itu juga menandakan bahwa kali ini adalah Tomi Hansen. Dapat kita lihat dari pesan dia, yaitu "aku kembali" apalagi artinya?" kata Eka.

"Bisa juga itu untuk mengalihkan identitas asli dari pembunuhnya. Mereka menggunakan legenda Tomi Hansen lagi," ujar Ari.

"Oke mungkin itu aja yang bisa saya kasih tau ke kalian malam ini. Nanti saya bisa dicari Tegar kalau terlalu lama pergi. Kalau ada perkembangan lainnya, akan saya kasih tau," ujar Bima meninggalkan restoran.

"Makasih, Bima." kata Eka, menutup perjumpaan dengan Bima.

***

Malam ini, Eka tidak langsung pulang. Dia ikut acara UKM yang sudah dirapatkan sejak semester lalu.

"Eh, ada pahlawan! Masuk, bos." sambut Julian, ketua UKM yang diikuti Eka yang juga adalah teman dekat Eka.

Acara UKM ini hanya pameran kesenian yang telah mereka buat sejauh ini. Eka juga melihat ada beberapa tamu undangan seperti alumni , beberapa dosen dan wakil rektor, Pak Andre.

"Ka, ada yang nyari lu tadi nih." kata Julian sambil menuntun Eka kepada Pak Andre. "Selamat malam , pak senang bisa bertemu dengan bapak." salam Eka kepada Pak Andre.

"Saya selalu ingin bertemu dengan kamu, Eka. Jarang UNGAR punya mahasiswa yang terkenal seperti kamu. Saya baru bisa bertemu sekarang, kemarin-kemarin saya ada urusan bisnis ke luar negeri. Biasalah, harus ada pengawasan orang dewasa." ujar Pak Andre sambil tertawa.

"Kalau gitu saya liat-liat dulu, ya Eka," ucap Pak Andre sambil berjalan melihat karya seni menjauhi Eka dan Julian.

"Lu jadi kan besok seleksi basket UNGAR?" kata Julian.

"Jadi, Jul. Lu pasti ikut kan?"

"Iyalah, gua yang ngajak elu kan." kata Julian sambil menepuk punggung Eka.

Pameran berlangsung sampai pukul 9 malam. Meskipun pengunjung tak sebanyak yang diharapkan, tetapi jumlah pengunjung juga sudah cukup banyak.

Eka kembali ke rumah. Rumahnya kembali kosong, ayah dan ibunya ada bisnis di Mexico. Itu sudah hal biasa bagi Eka. Dia juga tak punya saudara terdekat lagi disini, sejak Herni dan David pindah ke Bogor untuk menempati rumah warisan ayah David.

Jadi, mau tidak mau, dia menikmati kesendirian dirumah.

Kan WKߊȧ 

The Howling Night IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang