Dolphy, gedung edukasi yang baru saja jadi. Gedung edukasi ini ditujukan untuk anak-anak agar mereka bisa menentukan cita-cita mereka dan belajar. Lambangnya adalah lumba-lumba yang terlihat senang. Walaupun, didalamnya mungkin sesuatu yang tidak menyenangkan sedang menanti. Satu lagi, ternyata ini adalah proyek ayahnya Marcel.
Eka masuk kedalam lewat gerbang depan seperti biasa. Bangunan yang cukup unik, berbentuk kastil yang tentunya menjadi landmark baru bagi Gading Ruah.
Didalam, barang-barang masih tertutup plastik. Tapi ada beberapa yang sudah dibuka plastiknya. Catnya sangat cerah, membuat anak-anak akan senang.
"Halo, Eka! Selamat datang!" suara tak dikenal itu kembali terdengar dan tampaknya keluar dari speaker-speaker di atas ruangan.
Saat Eka terkejut, Mad Wolf keluar dari sudut ruangan dan dia mengejar Eka. Eka berlari ke suatu ruangan yang bertuliskan di pintunya "Negeri Dongeng". Eka melihat disana ada diorama-diorama mengenai dongeng-dongeng seperti pinokio. Ada juga dongeng dari Indonesia seperti bawang merah dan bawang putih.
Eka terus berlari dan Mad Wolf mengikuti dia, Eka mengambil tutup tempat sampah didekatnya dan dia melemparkannya ke arah wajah Mad Wolf dan langsung terjatuh. Saat dia berlari, dia melihat diorama mengenai dongeng 3 babi yang mencoba bertahan dari serigala besar. Dan dia melihat tulisan "Big Bad Wolf" dirusak dengan B pada "Bad" diganti dengan M.
Eka langsung berlari keluar ke ruangan tempat dia pertama kali bertemu Mad Wolf dan dia bertemu dengan Marcel disitu. "Marcel, lu ngapain disini?" kata Eka kebingungan. "Gua ditelepon juga disuruh kesini! Nomor gak dikenal!" ujar Marcel sedikit panik.
Mereka melihat Mad Wolf keluar dari pintu masuk dan langsung mengejar Marcel dan Eka. "Gua tau tempat sembunyi yang bagus! Kita ke theater anak!" kata Marcel. Mereka berdua berlari ke dalam theater dan mengunci pintunya.
"Kita keluar lewat belakang panggung, ada pintu darurat disana," kata Marcel. Baru mereka menaiki panggung, Marcel mengeluarkan pisau dan menyabet perut Eka. Eka terjatuh dan dia tidak kuat berdiri lagi.
"Halo, halo, halo Eka!" teriak Marcel dengan girangnya sambil menggunakan voice changer yang menghasilkan suara yang sama di telepon. "Marcel... lu Mad Wolf?" ujar Eka kesakitan memegang perutnya.
***
"Betul sekali, seratus buat lu bos!" ujar Marcel sambil tertawa kegilaan. "Ke-kenapa? Lu suka sama Vega atau lu saudara Ivan?" tanya Eka.
"Hmm gimana bilangnya ya, gua udah dari pertama bergabung dengan Ivan dan Vega. Oh, bukan bergabung, gua yang rekrut Ivan dan Vega buat melakukan pembunuhan ini!" kata Marcel sambil jongkok.
"Rencana awalnya, kita mau ngebunuh Ratih dan Kornelius, abis itu Tedjo, Peter, Wendy, Randy, Leo terus Elis! Tapi semua mesti berubah setelah ada bocah idiot yang gak sengaja ngeliat Ivan ngebunuh Peter! Dan bangsatnya lagi, dia cerita ke polisi!" teriak Marcel sambil mengacungkan pisaunya kepada Eka.
"Pekerjaan yang belum selesai mereka adalah pekerjaan dari lu." jawab Eka.
"Jadi, rencananya, gua, Ivan dan Vega pengen ngeberesin lu di rumah gua, tapi, lu malah menang dan berhasil bunuh Ivan dan Vega. Gua sendirian sekarang dan target masih ada banyak! Jadi gua akhirnya gak melanjutkan rencana lagi dan gua melakukan sedikit "remake" pada rencana!" ujar Marcel sambil tertawa.
"Satu lagi, saat paling menyenangkan dari semua ini adalah ketika lu menggunakan target lu untuk mencapai tujuan lu sebelum akhirnya mereka lu bunuh. Ding ding Joni dan Randy!" ujar Marcel.
"Kenapa lu mau bunuh mereka semua?" ujar Eka sedikit tercengang atas apa yang Marcel katakan.
"Karena apa ya? Gak ada yang mau bunuh mereka? Jadi mesti kita bunuh! Mereka menjengkelkan,mereka bodoh dan mereka mesti pergi." kata Marcel.
"Kita?" ujar Eka menyadari ada dua pembunuh.
Mad Wolf keluar sambil menodongkan pistol ke arah orang yang dia bawa. Lukas. Orang yang dia bawa itu Lukas. Lukas lalu didorong dia jatuh dan ditembak di punggungnya. Eka langsung merangkak menghampiri Lukas. "Lukas! Lukas jangan pergi!" teriak Eka.
"Tenang, Ka, gamer gak mati, kita respawn." ujar Lukas sebelum dia meninggal.
"Lalu siapa orang yang dibalik topeng ini? Yang gua rekrut karena dia benci lu? Mungkin Anna yang pake baju otot lelaki?" ujar Marcel.
Mad Wolf membuka topengnya dan ternyata itu adalah Julian. Senior dan ketua UKM yang Eka anggap sebagai kakak sendiri selama ini.
"Halo, Eka! Kaget? Tercengang? gua yakin lu sama kagetnya kayak gua pas gua tau Vega udah mati!" teriak Julian sambil menodongkan pistolnya ke dahi Eka. Eka terdiam sejenak, seperti kehabisan kata-kata.
"Kenapa Jul? Lu suka Vega? Lu saudara Vega?" kata Eka.
"Dua-duanya! Yah, bukan saudara kandung,t etapi satu panti asuhan bisa dibilang masih saudara kan?" ujar Julian sambil menyeringai gila.
"Gua hampir bunuh diri waktu gua ditinggal di panti asuhan sama bapak gua gara-gara dia berantem sama nyokab. Tapi, Vega datang ngasih gua motivasi kalau hidup gua belum berakhir. Dia bilang dia punya cara agar emosi gua bisa teredam, dan sejak saat itu kita mulai melampiaskan kekerasan pada hewan-hewan dekat panti asuhan! Kucing lewat, burung dan sebagainya!" ujar Julian.
"Dan, akhirnya gua dan Vega berpisah karena kita berdua diadopsi. Tapi, kita masih sering kirim-kirim pesan dan gua akhirnya satu kampus sama dia! Walaupun gua masuk lebih dulu karena dia masih lebih muda dari gua." lanjut Julian.
"Lu bagaikan kakak buat gua, Jul. Semua itu untuk bunuh gua?" ujar Julian.
"Oh, enggak, itu buat bikin lu hancur! Kita gak bunuh lu dulu, kenapa? Gua pengen lu menderita dengan melihat teman-teman terdekat lu mati! Gak ada yang aman saat mereka dekat lu!" lanjut Julian.
"Gua dan Marcel capek-capek selama enam bulan bikin rencana yang pas. Dimana target gua terpenuhi dan target dia juga terpenuhi. " ujar Julian.
"Selain itu , gua juga bikin lu gagal basket. Senang banget gua ngeliatnya! Tetapi Randy si mulut ember malah bercerita. Gua hanya ngetes dia cerita apa enggak. Ternyata, iya." lanjut Julian.
"Oke cukup ceritanya. Jadi, Eka adalah Mad Wolfnya, kita adalah dua orang yang dipancing disini kita adalah korbannya. Lukas adalah partner Eka. Kita melawan dan kita berhasil membunuh Eka dan Lukas." potong Marcel sambil menunjuk kepada Eka dan Lukas dengan pisaunya.
uh �K�r0�
KAMU SEDANG MEMBACA
The Howling Night II
Mystery / Thriller6 bulan telah berlalu setelah kejadian di The Howling Night. Eka, Lisa dan Ari menjalani kehidupan baru setelah berhasil mengalahkan dua pembunuh yang menggunakan identitas Mad Wolf. Meskipun begitu, pembunuh baru muncul untuk mengambil posisi yang...