10 - 5 = 5

53 8 1
                                    

Mulai dari Aldi yang udah bikin gue kemakan harapan palsu, Cosup dengan tingkahnya yang udah bikin gue ngerasa jadi makhluk paling cantik se-supermarket (padahal enggak), dan Faisal yang bikin gue over baper gara-gara SMS yang dikirimin ke gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mulai dari Aldi yang udah bikin gue kemakan harapan palsu, Cosup dengan tingkahnya yang udah bikin gue ngerasa jadi makhluk paling cantik se-supermarket (padahal enggak), dan Faisal yang bikin gue over baper gara-gara SMS yang dikirimin ke gue. Lo tau, itu semua ... semuanya ... bikin gue kapok untuk yang namanya mencoba lagi.

Yang namanya kepedean itu memang manusiawi, ya, Kawan. Lo-lo pada nggak bisa menyalahkan gue atas apa yang gue rasain selama ini. Entahlah, mungkin aja gue istimewa atau biasa-biasa aja, semua itu bisa kejadian bukan karena maunya gue.

Dan sekarang, udah cukup rasanya gue mengingat masa lalu yang gelap bersama bayang-bayang mereka. Seenggaknya gue bisa berbagi pengalaman, bersama kalian yang sekarang mungkin udah nuduh gue sok kecantikan. Ileh.

Pada saat ini, gue lagi duduk di atas kasur. Laptop di depan gue masih nyala, dan tangan gue dengan setianya masih ngetik paragraf demi paragraf di cerita ini.

Gue cuma, yah, enggak ada kerjaan lain. Gue lagi menikmati hari-hari terakhir liburan gue, sebelum akhirnya gue balik ke sekolah untuk menikmati jenjang baru, kelas dua belas yang akan gue hadapi.

Libur itu kasihan, dia yang paling dibutuhkan saat kita jenuh, tapi kita bisa bosen sama dia kalau dianya kelamaan menampakkan diri. Serba enggak adil.

Seperti yang gue bilang pada chapter pertama, lo beneran percaya nggak, sih, kalau libur itu sayang sama kita? Ya, gue kayak berasa disayang aja sama libur. Misal nih, pada malam harinya lo pengen nonton film yang lo tunggu-tunggu, dan itu larut malam banget, otomatis hati lo bakal menjerit, "Gawat kalau kemalaman nonton! Gawat! Besok sekolah! Besok Senin!"

Lo khawatir sama jadwal sekolah. Tapi, coba lo bayangin kalau di saat lo mau nonton film, dan besoknya itu libur. Hati lo akan damai, lo nggak akan dibuat khawatir sama jadwal sekolah, lo akan tetap merasakan ketenangan selama kata libur itu ada buat hari esok. Libur itu membantu, sebenarnya.

Oh iya, pada kenyataannya gue mau cerita tentang kejadian sepuluh menit yang lalu. Gue pengen cerita hal ini ke kalian itu gara-gara Surati, ya, lo inget kan temen kelas gue yang satu ini? Dia tiba-tiba ngirimin pesan-pesan Line yang rada-rada bikin gue bingung gitu.

Ratih Surfana: Lik, Lik, gue mau cerita. Diem dulu ya lo!

Ratih Surfana: Lo tau anak kelas sebelah yang namanya Dani? Itu loh, yang mainnya sama Ripal mulu di sekolah. Dia nelepon gue tengah malem, Anj!

Ratih Surfana: Gue emang hari-hari kemarin nggak buka sosmed kan, jadinya dengan terpaksa dia nelepon gue, sebelumnya dia SMS cuma nggak gue bales, ongkosnya mahal, kasian pulsa gue.

Ratih Surfana: Lo tau enggak apa pembahasan dia setelah susah-susah SMS gue dan nggak gue bales, terus akhirnya nelepon?

Alika: Enggak tau dong, Pinter!

Ratih Surfana: Dia kayak minta nomer lo gitu, sama gue. Atau kalau enggak, minta ID Line, pin BBM, dan berbagai macam hal yang pokoknya bisa bikin dia berhasil buat konek sama lo. Aneh nggak, sih?

Ratih Surfana: Beberapa kali dia mohon ke gue. Hehehehe.

Alika: So?

Ratih Surfana: Gue kasih.

Alika: Apaan?

Ratih Surfana: Line. :)

Alika: Ih.

Ratih Surfana: Sok ih, ih, padahal gembira.

Dan buat kalian yang baca history chat gue bersama Surati, pikiran kalian pasti sama dengan chat terakhir Surati yang tentang 'sok ih, ih' itu. Jujur, gue ... gue enggak sok ih, ih!

Gue bener-bener cuma kaget aja. Dan balesan gue ke Surati itu merupakan spontanitas gue karena, ya, lo tau kan? Ahelah, susah banget ngejelasinnya.

Gue tau Dani, seperti apa yang Surati maksud. Dani yang gue kenal adalah tetangga kelas gue, yang sering terlihat nongkrong bersama Ripal di mana pun mereka mau. Ripal itu pacarnya Surati, omong-omong. Dulu, duluuuu banget ... waktu awal-awal kelas sepuluh, gue pernah menghabiskan waktu seharian bersama Dani. Karena pihak sekolah pernah mengadakan study tour Bandung khusus anak-anak kelas sepuluh, dan kita semua ikut.

Saat itu, gue sama Dani sempat nyasar di Bandung karena ketinggalan bus sekolah, yang sialnya, anak-anak lain beserta supirnya enggak tau sama sekali kalau gue sama Dani izin keluar bus buat beli minum.

Alhasil, kita berdua tertinggal dan bener-bener nyasar. Merajut asa di kota orang. Nggak ada sisa duit, nggak ada handphone, dan nggak ada tas karena semua itu ada di dalam bus.

Oke, lupakan tentang semua itu, karena dua menit yang lalu, gue baru dapat pesan lagi dari Surati yang berkata kalau Dani sebentar lagi bakal nge-chat gue.

Gue bales:

Alika: Ah, basi, palingan cuma mau nanyain kapan sekolah.

Ratih Surfana: Lho, apa sih? Nggak nyumbang.

Ratih Surfana: Nyambung. Muhehehehe.

Eh, kok gue jadi inget Faisal, ya? Hmmm ....

Alika: Ngga papa, salah kirim gue.

Dan beberapa menit kemudian ....

Dani Febrianto added you as a friend.

Dani Febrianto: Eh, ini Alika, kedelai hitam yang saya besarkan sepenuh hati, seperti anak sendiri. :)

***

A/n

Eh, eh, Alika di cerita ini bukan gue lho, ya!

Hari Libur dan AlikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang