Seperti yang orang lain bilang: "Libur adalah momentum terindah untuk ngorok seharian."
Tapi, libur semester kali ini benar-benar kepanjangan, membuat Alika jadi tambah berkarat bagaikan besi yang mengalami korosi karena adanya kontak dengan udara d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pada malam harinya, seperti biasa ya gue biasa-biasa aja. Karena pada saat masa-masa Aldi, gue belum kenal sama sekali dengan yang namanya drama Korea. Gue nggak over baper, khayalan gue nggak aneh-aneh, halusinasi gue nggak ketinggian, kalau ada cowok yang ngedeketin gue, gue enggak, enggak, dan enggak separah waktu sama Faisal.
Tapi, yang namanya cewek kodratnya emang semua sama. Kalau dapat pesan mendadak dari cowok, pasti langsung ngebet banget pengen baca apa isinya. Sama seperti gue, setelah perdebatan gue dan Pak Samir di pagi hari, malamnya Aldi langsung nge-chat gue lewat Line.
Kan, jadinya gue langsung buka tuh aplikasinya.
Aldi Mahendra: Lik, udah akur belum sama Samir? Wkwkwkwkwk.
Gue tertegun sejenak. Sumpah demi lubang hidung neneknya Song Joong Ki, gue biasa, kayak, iya, lo dapet pesan dari temen lo, udah gitu aja. Meski pada pagi harinya gue sempat kesem-sem sama dia, tapi itu semua cuma sekadar 'ah, keren banget dia bisa belain gue'. Enggak sama bapernya pas gue dapat SMS dari Faisal, padahal isinya cuma nanyain kapan mulai sekolah. Duh.
Alika: Wah, gila, gila, hahahahaha!
Aldi Mahendra: Apanya yang gila, sih? Hahahaha.
Sejak saat itu, gue mulai deket sama Aldi. Mulai dari dia yang suka nanyain gue udah makan apa belum, sampe dia yang suka nyuruh gue mandi supaya enggak bau. Aldi yang suka ngerjain PR Matematika gue, Aldi yang suka nge-chat gue tengah malem, dan Aldi yang ... banyak ah pokoknya.
Alika: Lo tau nggak, camping itu nggak semuanya tentang seru-seruan. Ada beberapa hal yang bakal ngebuat lo nyesel karena ikut camping. Jadi, Di, gue saranin lo kalau mau camping sama temen-temen OSIS yang lain, jangan lupa melengkapi seluruh keperluan yang ada, supaya nggak nyesel kan kalau ada yang ketinggalan.
Itu pesan gue ke Aldi yang dikirim melalui perantara Line. Pada saat gue lagi deket-deketnya sama Aldi, saat gua yang waktu itu bisa dibilang ... ehm, calon pacar Aldi.
Aldi Mahendra: Iya, Lik.
Dan balasan Aldi itu, adalah pertama kalinya gue menyadari bahwa Aldi tiba-tiba berubah. Setiap pesan yang dia kirim, itu bener-bener irit kata. Semacam, mager mau ngetik kali, ya?
Alika: Di, gue paling males sama orang yang kalau gue udah ngomong panjang-panjang tapi dia cuma bilang iya, haha, hmm, dsb.
Aldi Mahendra: Marah ya lo? Jangan marah atuh, Lik. Gue cuma, ya, lo tau kan, gue lagi packing.
Alika: Oh, ngomong dong. Supaya gue juga nggak bersumbu pendek gini. Gue udah kayak nulis novel gini, lo nya malah cuma asal tak-tik-tak-tik langsung kirim. Gue cewek tau, bawel.
Aldi Mahendra: Hm, iya.
Asem kan, emang tuh cowok!
Itulah history chat gue sama Aldi, sebelum akhirnya gue memutuskan untuk bener-bener berhenti suka sama cowok itu. Waktu itu, gue masih sabar, gue masih terlena sama iming-iming Aldi yang pernah bilang gue ini penting buat dia. Lalu, seminggu kemudian, gue udah melalaikan Aldi. Gue melupakan seluruh janji palsunya, gue udah jarang kontek-kontekan sama dia, apalagi ngobrol langsung.
Itulah juga kenapa gue bisa rada-rada trauma kalau mau kirim pesan panjang-panjang ke cowok. Makanya, waktu sama Faisal, gue menerapkan pengalaman ini dan akhirnya bales SMS Faisal dengan singkat tak terdeteksi.
Dan pada suatu hari, pagi-pagi saat gue baru masuk ke kelas, temen sekelas gue, Surati, langsung memberitahu gue satu hal.
Dia bilang, "Gila, ya, lapangan rame banget."
"Kenapa sih?"
"Anak kelas sepuluh yang baru masuk aja udah dapet pacar."
"Apa sih?"
"Itu, Nita anak kelas 10-B, ditembak sama Aldi di lapangan. Jadi pada rame semua, kan? Hadeh."
