Delapan, guys!

4.8K 378 15
                                    

"Kadang kita terlalu sibuk mendengarkan ucapan orang lain tentang kekurangan kita. Sampai kita gak sadar bahwa kekurangan yang kita miliki adalah hal yang bahkan ingin dimiliki orang lain untuk kelebihannya." -TFGP

«»

Semua pandangan tertuju kepada lelaki yang tengah berjalan sangat terburu-buru, mungkin bisa dibilang lelaki itu berlari. Namun, lelaki itu sepertinya tidak peduli, ia terus berlari menuju tempat parkir di mana ada motornya di sana.

Lelaki itu, Riko.

Beberapa menit yang lalu Mamanya menelepon memberitahu bahwa Bulan telah sadarkan diri. Saat itu Riko bersyukur karena waktu kelas sudah berakhir, tanpa babibu lagi Riko segera mengambil tasnya lalu keluar dari kelas untuk ke rumah sakit.

Padahal, perut Riko udah laper banget. Ah, bodoamat, yang penting Riko mau ketemu Bulan.

Sekitar kurang lebih 10 menit Riko telah sampai di tempat tujuannya. Jalanan tadi sangat lenggang, cukup menjadi kesempatan Riko untuk mempercepat laju motornya.

Riko memakirkan motornya di posisi yang nyaman setelah mengambil kartu parkir, lalu ia membuka helm dan turun dari motor.

Dengan tergesa-gesa Riko berjalan ke lift menuju lantai empat. Tak lama, lift berbunyi 'ting' dengan pintunya terbuka, ia melangkahkan kaki keluar dari dalam lift. Lalu, Riko berjalan sebentar sampai ia ada divdepan pintu ruang inap Bulan.

"Ayah bener-bener kecewa sama kamu, Bulan."

Samar-samar telinga Riko mendengar suara Ayah Bulan. Riko mendekat, lalu melihat Ayah dan Bunda Bulan, Mamanya dan Bulan yang sedang duduk bersender dengan kepala yang menunduk.

Riko menyalimi tangan Mamanya.

"Yang namanya diet itu ngatur pola makan, bukannya gak makan kaya kamu gini," Ayah Bulan masih tetap mengeluarkan suara amarahnya walau tidak sampai berteriak, "coba kalo maag kamu sampai ke tahan kronis. Kamu mau operasi?"

"Yah!"Bunda Bulan yang di samping Ayah menegur suaminya itu secara halus.

"Biarin Bun," ujar Ayah, "ini yang paling Ayah gak suka kalo kamu diet-dietan gini. Kamu tuh bukan diet, Lan, tapi nyiksa diri sendiri. Ayah gak suka liat anak Ayah nahan-nahan keinginannya untuk makan sesuatu cuma karena berat badan,"

"Setelah kejadian ini, Ayah bener-bener gak bakal ngijinin kamu buat diet, kecuali kalo kamu janji dan bisa ngebuktiin kalo dietnya gak bakal kayak gini lagi. Kamu ngerti, Lan?" Bulan hanya mengangguk sambil menunduk dalam.

Setelah itu, Ayah keluar karena permintaan Bunda. Mungkin Bunda tidak ingin suaminya itu semakin memarahi putri sulungnnya itu, jadi ia mengajak suaminya keluar ruangan agar emosinya sedikit mereda.

Riko berjalan mendekat ke arah brankar. Melihat Bulan yang masih belum juga mendongakkan kepalanya.

"Riko," panggil Mama yang memboat Riko menengok, "Mama pulang dulu ya. Kasian adik kamu di rumah sendiri."

Riko menganggukkan kepalanya, lalu tangannya terulur untuk menyalimi tangan mamanya. Mama berjalan mendekat ke arah Bulan dan melakukan hal yang sama. Setelah itu Mama keluar dari ruangan.

Sekarang, Riko hanya berdua dengan Bulan. Kaki lelaki itu melangkah mendekati Bulan, tangan Riko terulur menyibakkan rambut panjang Bulan yang terurai di depan, ke belakang.

Bulan langsung mendekap tubuh Riko, lalu gadis itu menangis di dada pacarnya. Riko membalas pelukan Bulan, satu tangannya mengelus lembut rambut gadis itu.

The Fat Girl Problems [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang