Chapter Two

503 30 0
                                    

"Everyone has their own imagination, but remember not everyone used it in a good way." -Unknown

*************************

Louis's POV

Aku akan mencoba hal itu. Setelah membaca buku "After Life in Lavega", aku merasa itu tidak mungkin ada. Mungkin itu hanya imajinasi penulisnya. Aku telah mencari alamat pembuat buku tersebut untuk sedikit melakukan wawancara.

Setelah mendapat jawaban yang cukup memuaskan, aku langsung mencari bahan-bahan untuk pergi ke tempat roh tersebut. Terkadang menjadi seorang paranormal sedikit menyulitkan. Kau tidak bisa seenaknya mengusir roh. Dan kau tidak bisa membuangnya disembarang tempat.

Sebelum aku mendengar cerita penulis yang aku sebut Thomp, aku biasa menaruh roh-roh yang mengganggu ke sebuah botol dan menyimpannya di tempat tersembunyi. Tapi ternyata mereka tidak layak ditempatkan disebuah botol. Mereka seharusnya ditransfer ke Lavega. Tempat semua roh berkumpul dengan damai.

Saat aku menceritakan niatku kepada Thomp, dia mendengarkannya dengan cermat dan memberiku beberapa nasihat.

"Sebagai paranormal kau harus selalu hati-hati. Banyak sekali jenis roh disana. Jika kau menemui roh berbentuk manusia, mereka sebenarnya belum mati seutuhnya. Dan roh itu yang paling berbahaya. Mereka dapat membunuhmu dengan cepat walaupun dengan tangan kosong. Ambilah ini, kalung ini dapat membuatmu mirip seperti mereka."

"Hati-hati. Aku disini akan membantumu melihat apa yang akan terjadi" lanjut Thomp.

Aku sudah menyiapkan semuanya. Semoga ini berhasil batinku. Aku membuat lingkaran di pintu kamarku menggunakan kapur biru. Samar-samar terasa hembusan angin. Aku memejamkan mata, meyakinkan bahwa lingkaran itu akan terbuka tidak lama lagi. Aku merasa didorong oleh sesuatu dengan sekuat tenaga.

Aku membuka mata. Terlihat sebuah altar tua yang sudah usang dan berdebu. Ternyata Lavega seperti dunia biasa. Aku melihat kalung yang diberikan Thomp sedikit bersinar berwarna kebiruan. Tak lama ada sesuatu dipikiranku menyuruhku keluar dari dalam sini.

Aku mengikuti apa yang baru saja aku terima dan meyakinkan diri bahwa itu Thomp.

Didepan gereja tua itu ada sebuah danau yang cukup luas. Dan ada sebuah pohon ek tidak jauh dari tepian danau. Disebelahnya.. Tunggu dulu... Bayangan? Well aku harus memeriksanya sekarang.

Aku berjalan secepat mungkin. Perempuan dan seorang anak kecil sontak bersembunyi di balik pohon. Mereka menghilang. Tiba.tiba ada suara orang menggeram.

"Sssstt... Hei kau... Cepat sembunyi...."

Aku melihat sekeliling. Tidak ada siapa-siapa.

Pluk

Ah siapa berani melempariku batu?

Pluk

Aku menengok kebawah. Lubang?

"Hei.. Cepat kesini... Kegelapan datang.."

Aku langsung mengikuti arah suara itu, dari dalam lubang dibawah pohon. Aku bertemu dengan perempuan dan anak kecil yang tadi aku lihat.

"Mengapa kau ada disini?" tanya perempuan itu.

"Kau?" balasku.

"Jawab dulu pertanyaanku"

"Huh.. Aku hanya berkeliling"

"Benar kan apa yang aku katakan. Dia masih baru" ucap anak kecil disebelahnya.

Baru?

"Em oke. Kegelapan datang karena kau membuat suara yang terlalu keras"

"Kegelapan? Bukankah disini selalu gelap?" tanyaku asal.

"No. Bukan seperti itu. Kegelapaan adalah roh yang paling jahat disini. Pendengaran mereka sangat tajam. Suara sekecil apapun mereka bisa mendengarnya. Jadi kau harus sangat berhati-hati" lanjut perempuan itu.

"Baikah. Terima Kasih. Um.. Aku Louis. Kau?"

"Rose dan ini Casey"

Tiba-tiba ada suara seorang lelaki dengan suara berat berbicara...

"APA YANG KALIAN LAKUKAN DISINI?"

ALS || Escape (Niall Horan and Louis Tomlinson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang