Chapter One

937 38 0
                                    

Niall's POV

Aku merindukan Rose. Sejak kecelakaan yang menimpanya dua tahun yang lalu, aku merasa separuh jiwa ku menghilang. Aku belum bisa menggantikan kehadirannya di sisiku. Dia wanita yang paling cantik yang pernah aku temui. Rambut coklatnya, bibirnya yang merah dan tawanya yang sangat aku rindukan. Aku rindu saat kami berdua menonton film horror yang selalu berhasil membuatnya takut dan bersembunyi dibelakang punggungku. Saat kami menanam biji pohon ek yang sekarang sedikit layu seperti jiwaku. Aku benci saat aku mengingat semua kenangan itu. Tapi hanya itu yang bisa aku miliki dari Rose.

TOK TOK..

Aku menghapus air mata yang mengering di bawah mataku. Aku menghembuskan nafas perlahan. Semoga mereka tidak menanyakan apapun tentang Rose.

Saat aku membuka pintu, terlihat seorang lelaki mengenakan tuxedo. Kira-kira sekitar 40 tahun. Aku menatapnya bingung.

"Selamat pagi Tuan Horan" ucapnya sopan sambil membungkukan badannya.

"Ya?"

"Saya Will, kepala pelayan kerajaan. Ratu mengutus saya untuk menemui anda. Bolehkah saya masuk?"

Aku mencerna kata-katanya. Tapi mengapa ratu mengutus Will untuk menemuiku? Apakah aku melakukan kesalahan?  Sebelum menemukan jawabannya, pikiranku terhenti oleh dehaman Will.

"Permisi Tuan Horan. Maksud saya datang kesini adalah ratu meminta anda menjadi detektif di kerajaan. Mungkin anda bingung tetapi ratu telah membaca semua artikel tentang anda dan itu menarik perhatian beliau untuk menjadikan anda kepala detektif di kerajaan. Jika pekerjaan itu membuat anda tertarik, anda bisa menandatangani surat ini. Saya akan kembali kesini besok. Anda memiliki satu hari untuk menimbangnya." jelas Will.

"Baiklah, Saya permisi dulu Tuan Horan. Saya harap anda memikirnya dengan matang." lanjutnya sambil menutup pintu.

Aku memikirkan kata-katanya. Sudah lama aku tidak berkecimpung dalam dunia itu lagi. Sejak kematian Rose, aku tidak terlalu bersemangat untuk melakukan itu.Sampai saat ini aku juga belum menemukan pembunuhnya, dan itu sedikit membuatku terdorong untuk menerima pekerjaan ini. Mungkin aku akan menemukannya. Lagipula, aku juga membutuhkan uang. Baiklah aku akan menerima ini.

*************************

Rose's POV

Tempat ini terlihat semakin menakutkan setiap kali aku menghembuskan nafas. Sudah berpuluh-puluh roh yang aku lihat berkeliaran disekitar sini. Aku masih takut untuk keluar dari tempat persembunyianku. Aku sudah beberapa kali mengajak "mereka" berbicara. Tetapi sebagian besar dari mereka membalasnya dengan diam ataupun tatapan dingin. Satu-satunya makhluk yang aku kenal disini hanyalah Casey.

Anak kecil berumur 9 tahun yang meninggal karena kelaparan. Saat pertama kali aku bertemu Casey, wajahnya terlihat sangat pucat. Aku mengajaknya berbicara. Tapi ia baru menjawab saat aku melontarkan beberapa pertanyaan seperti 'Bagaimana keadaanmu?' atau 'Apa kau senang berada disini?'.

Casey juga memberitahuku beberapa hal yang sebelumnya aku enggan menanyakannya. Aku mempunyai janji untuk bertemu dengannya di bawah sebuah pohon ek di dekat danau, tempat dimana aku menemukannya pertama kali.

Aku berjalan perlahan. Melihat sekeliling dengan cermat. Kadang-kadang roh bisa menjadi sangat liar. Syukurlah, aku tidak menemukan satupun roh yang mungkin akan menggangguku. Aku melihat dibawah pohon ek, terdapat anak perempuan kecil memakai gaun putih yang sudah sedikit kotor.

Ternyata Casey sudah menungguku.

"Hi Casey. Bagaimana kabarmu?" tanyaku lembut.

"Uh.. Um.. Seperti biasa, aku selalu lapar" jawabnya pelan.

"Ada apa kau mengajakku ke sini? Ada yang ingin kau bicarakan?"

"Tadi aku melihat seseorang. Aku yakin, orang itu masih baru"

"Apa kau yakin?" tanyaku penasaran.

"Ya. Ayo ikut aku, Rose. Aku akan menunjukkanmu" jawabnya sambil berjalan menuju ke tempat yang ia maksud.

Aku mengikutinya dari belakang. Tempat yang ia maksud adalah sebuah gereja kecil tua yang berada tidak jauh dari danau. Aku mengamati dengan seksama. Bangunan gereja itu sepertinya sudah cukup lama berada disitu. Saat aku masih mengamati, Casey memanggilku.

"Itu dia" ucapnya sambil menunjuk ke depan pintu gereja.

ALS || Escape (Niall Horan and Louis Tomlinson)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang