Yang Tersisa
Lily menatap kepergian Finn bertepatan dengan kembalinya dia dari ingatan masa lalunya. Finn sudah berpamitan untuk pergi meninggalakan kedua perempuan ini. Sementara Anastasya menyadari kalau Lily sedang melamun, spontan saja dia melambaikan tangannya tepat di wajah Lily.
"Oh, siapa pun setan yang sedang merasuki Lily, gue minta balikin dia sekarang!" Perintah Anastasya yang kontan membuat Lily mengerutkan keningnya tak senang.
"Lo pikir gue kesurupan?" Sembur Lily.
"Ya kali, lo tuh yah, doyan banget melamun, entar kesambet setan beneran juga." Omel Anastasya balik, "Apa lo lagi ada gebetan yang lagi di bayangin, ya?"
Pertanyaan itu membuat ingatan Lily mau tak mau mengingat kembali pertemuannya lagi dengan James, "Ya, sebenernya gue baru-baru ini ketemu James dan adiknya." Jawab Lily yang spontan hampir membuat Anastasya menyemburkan kue red velvetnya kearah Lily, namun dia berusaha menelannya dengan susah payah.
Setelah berhasil membuat kuenya itu masuk keperutnya dia segera membuka mulut, "James ada di New York?" Tanya Anastasya penasaran, "Terus? Terus kalian ngobrol apaan?"
"Ya, ngobrol seadanya aja, sepertinya James nggak peduli peduli amat ketemu gue lagi, soalnya dia ngejawab seadanya gitu, malahan gue lebih banyak ngobrol dengan adiknya." Jelas Lily membuat Anastasya tampak berpikir.
"Ya kalau gitu, lo sama adeknya aja," Jawab Anstasya.
"Ada gilee! Gue nggak suka brondong kali Nas, Gila lo yah!" Umpat Lily, membuat Anastasya cengengesan.
"Kalau gue sih mau mau aja," Jawab Anastaya, "Emangnya adeknya ganteng ya Li?"
"Lo yah, gue laporin Vi~" Lagi-lagi Lily tak di biarkan menyebutkan nama itu oleh Anastasya.
"Li, gue bilang jangan bahas dia lagi! Males gue." Omel Anastasya membuat kali ini Lily yang cengar-cengir.
***
Anastasya dan Lily sekarang sudah keluar dari café tersebut bertepatan dengan malam yang sudah menjelang. Mereka berdua selalu tanpa sadar mengabiskan waktu sangat lama ketika sudah bertemu, meski sudah tak sesering dulu karena sekarang mereka harus menekuni pekerjaan masing-masing.
Anastasya melihat Lily akan memberhentikan taksi namun dengan cepat dia mencegatnya, "Hey," Anastasya mencegat tangan Lily, "Lo nggak bawa mobil, ya?"
Lily menggelengkan kepalanya dengan polos, "Lagi males gue, capek." Ucap Lily.
Anastasya mendengus, "Ya ampun, makanya cari dong yang bisa anter-jemput," Ujar Anastasya, "Lagian gue bawa mobil kok Li, ikut gue aja sini,"
"Ugh, lo tadi yang bilang sendiri kalau lo habis banyak kerjaan, udah nggak usah belaga baik hati, biasanya juga ngomel nggak jelas," Jelas Lily.
"Sudah nggak usah banyak omong dulu, pertama kita masuk ke mobil dan bertengkar disana karena disini dingin tau tidak." Sembur Anastasya menarik Lily menuju mobilnya, membukakan Lily pintu dan memaksanya masuk, lalu kemudian dirinya juga masuk kedalam mobil.
Anastasya menstarter mobilnya dan mulai menjalankannya dengan kecepatan sedang. Menelusuri jalanan kota New York yang masih saja ramai. Belum terlalu jauh dari tempat asal mereka Anastasya langsung membuka mulut.
"Back to the topic, kapan gue ngomel kalau masalah bantuin lo, huh?" Tanya Anastasya tak senang.
"Ya ampun, lo lupa ya, waktu gue mintain tolong buat make up-in gue lo nggak mau gue beliin kue cubit doang dan sampe ngancem bakalan ancurin make up gue lagi," Ujar Lily ketus, "Belum lagi pas lo bawa pulangin tas gue, lo ngomel-ngomel nggak jelas pas udah gue bukain pintu."
Lily terlihat menaik-turunkan alisnya saat Anastasya mengalihkan perhatiannya dari jalanan, "Kasus Pertama, waktu gue make up in lo, itu gue lagi khilaf aja karena dengan seenak jidat lo, lo hanya nawarin gue kue cubit setelah mati-matian buat nyeimbangin alis kiri dan kanan lo. Kedua, pas gue anterin tas lo, gue lagi bete soal manusia freaking-jerk itu, so semuanya itu beralasan."
"Ya, ya, terserahlah, awas ya, kalau sampai aja lo kecapean gue bakalan ngurung lo di apartement lo, terus gue bakalan bilangin ke Viktor buat temenin lo seharian." Ancam Lily.
"Argghhh, LIlY!" Omel Anastasya, yang hanya di balas oleh kekehan puas Lily.
***
Lily menutup pintu mobil Anastasya setelah keluar dari sana lalu mebungkuk sejajar jendela pintu mobil, dia mengetuknya membuat Anastasya menurunkan kaca jendelanya.
"Jangan lama-lama ngambeknya Nas, entar diambil orang lagi." Goda Lily kesekian kalinya.
"Udahlah Li, kalau jodoh nggak bakal kemana juga," Jawab Anastasya, "Kayak lo, kan sekarang lo dipertemukan kembali dengan James, kalau bukan jodoh, apalagi coba?"
Kali ini Anastasya cengengesan melihat wajah kaget sahabatnya karena diingatkan masalah James, "Udah ah, gue pulang dulu, Night, night." Ujar Anastasya.
"Ya, Night, Sleep tight." Jawab Lily yang di jawab oleh anggukan oleh Anastasya. Lily menegakkan tubuhnya sementara Anastasya kembali menaikan kaca mobilnya lalu meninggalkan Lily yang masih berdiri menatap kepergian Anastasya.
***
Kedua perempuan itu sama-sama mengenang sesuatu yang senantiasa menguras batin mereka. Yang satu mengingat betapa ironisnya dirinya karena harus mencitai begitu dalam pada lelaki yang bahkan belum bisa meyakinkan hatinya bahwa lelaki itu juga mencintanya. Sementara yang lainnya, mengingat kembali tragedi cinta penuh dramanya itu dengan cara yang begitu menyakitkan.
********-*********
Iya, pendek, saya tau. Tolong jangan timpuk saya dulu, next chapter ASAP, by ASAP I mean right after this chapter is publish.
Mohon maaf karena Ane keterlaluan banget updatenya. Sungguh saya sendiri udah keenakan liburan, setelah berjuang untuk menghadapi ulangan kenaikan kelas baru baru ini. Stress? Iya, cukup stress apalagi ulangan fisikanya. Allahuakbar! Tapi syukur alhamdulillah saya bisa menjawab setelah belajar siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk blajar blajar~ blajar blajar~ (Ini nyanyi ceritanya: plesetan lagu "online")*iya, receh bat. Saya tau* tapi seriusan saya nggak bohong "yang bilang lo bohong siapa goblok?" Hahahaha.. ini udah mulai sengklek. Ya udah sekali lagi maaf.
Dont forget to VoMents. ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Time Ago
Teen Fiction-Lily- semua yang berhubungan tentangnya sangat bahagia, PADA AWALNYA. Sebelum ego dan kedengkian merombak habis-habisan genre hidupnya dari romansa manis menjadi percintaan yang tragis. Sementara hidupnya mulai di hancurkan oleh pacarnya sendiri (J...