Keesokkan harinya, sekolah Rafael dan Nadine lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan segala hal untuk festival nanti malam. Termasuk para murid-muridnya. Mereka membantu menyiapkan panggung, kedai-kedai kecil yang biasa menjual makanan, minuman dan pernak-pernik kecil serta hiasan-hiasan lainnya.
Di kelas.
"Rafael!" panggil seorang guru matematika bernama Bu Rita saat Rafael, Nadine dan teman-teman sekelasnya sedang membuat hiasan festival.
"Iya, bu?" jawab Rafael menghampiri gurunya.
"Besok ibu minta orang tua kamu untuk datang ke sekolah ya!"
Rafael kaget.
"Emang kenapa, bu?"
"Ibu mau bicara soal nilai ulangan matematika kamu yang belakangan ini anjlok terus. Pokoknya, besok tolong bawa orang tua kamu ke sekolah!"
"Em.. Iya, bu." jawab Rafael lemas.
Bu Rita pun pergi meninggalkan Rafael yang masih berdiri di depan kelas.
"Kenapa?" tanya Nadine.
"Orang tua gue disuruh ke sekolah besok."
"Loh? Kenapa?"
"Soal nilai ulangan."
"Makanya belajar!"
Rafael hanya diam.
"Terus gimana lu bilang ke mereka?"
"Gak tau deh. Lu bantuin gue ngomong ke mereka dong.."
"Kok gue?"
"Ya ilah, dine. Tolong.. Tolong yaaa..." kata Rafael memohon sambil mencubit-cubit pipi Nadine.
"Iya deh iya. Tapi gue bantuin gak gratis loh." jawab Nadine nyengir.
"Iya dah. Emang lu mau apa?"
"Hhmm.. Apa yah??"
"Apa?"
Nadine melihat kearah beberapa temannya yang sedang membuat hiasan dari sedotan.
"Aah. Gue tau!" sahut Nadine girang.
"Lu mau apa?"
"Bikinin gue kincir angin deh."
"Itu aja?"
"1000 kincir angin!" tambah Nadine cengengesan.
Rafael ternganga.
"Buset! Gila lu!" bentak Rafael.
"Mau di bantuin ngomong gak?"
"Iya sih. Cuma lu kalau minta jangan yang ngerepotin gue dong!"
Nadine cuma bisa cemberut.
"Yee.. Jangan marah gitu kali, dine."
Tiba-tiba, datang Lily menghampiri Rafael dan Nadine. "Dine, lu dipanggil Bastian noh."
Nadine beranjak dari kursinya, Rafael juga mengikutinya. Bastian adalah cowok nakal, playboy yang selama ini naksir sama Nadine.
"Lu ngapain datengin dia?" tanya Rafael dengan nada agak marah.
"Emang kenapa? Terserah gue dong. Lu juga gak mau bikinin gue 1000 kincir angin kan?" jawab Nadine pergi.
"Dine, tunggu!"
Rafael tetap mengikutinya. Pada akhirnya datang Kevin menarik lengan Rafael.
"Raf, lu dipanggil Pak Anton! Mau ngomongin soal DBL. Cepetan!"
Dan akhirnya, Rafael batal mengikutin Nadine dan langsung pergi ke ruang guru.
Siang harinya. Rafael berniat langsung pulang karena pusing habis dimarah-marahin Pak Anton. Saat samapai di parkiran mobil, dia melihat Nadine dan Bastian sedang ngobrol berdua. Rafael yang sedang pusing dan kesal jadi makin panas melihat mereka.
Cih!
Tidak lama kemudian Nadine meninggalkan Bastian sambil melambaikan tangan. Nadine yang melihat Rafael masing nangkring di depan mobilnya langsung menghampiri.
"Raf. Tadi katanya Kevin lu dipanggil Pak Anton. Kenapa?" tanya Nadine.
"Lu ngapain aja sama dia?" kata Rafael bertanya balik.
"Hah? Oh, Bastian. Cuma ngobrol biasa. Kenapa?"
"Gak usah lu deket-deket cowok gak bener itu lagi!"
"Emang kenapa? Dia baik kok sama gue."
"Lu tau kan reputasi dia. Dia itu cowok brengsek!"
"Ya terus kenapa? Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia. Kenapa lu jadi marah-marah begini? Nyebelin tau gak!"
Gue cemburu!
"Ya gue gak mau temen gue deket sama orang brengsek. Wajar kan gue marah! Kalau lu sampe deket sama orang brengsek berarti lu juga brengsek kayak dia kan!"
Jantung Nadine berdetak kencang mendengar kata-kata Rafael. Ketus sekali. Wajah marah Rafael berubah ketika dia sadar perkataan ketus nya barusan. Nadine yang sudah tidak bisa berkata apapun hanya bisa meneteskan air mata dan menjauh dari Rafael.
"Nadine!" teriak Rafael sambil meraih tangan Nadine. Dan Nadine langsung menghempas kencang tangan Rafael.
"Pergi lo!!" teriak Nadine yang semakin berlari menjauh.
Rafael hanya diam. Tidak seharusnya dia berkata seperti itu. Kata menyesal terungkap jelas di wajah Rafael. Dia tidak bisa menyusul Nadine sekarang karena tidak ingin memperburuk suasana. Dia berencana minta maaf langsung pada Nadine nanti malam di rumahnya sebelum festival dimulai. Akhirnya, dan untuk pertama kalinya, Rafael pulang sendiri dari sekolah tanpa Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Day
Short StoryKenapa dia harus pergi? Kenapa gue terlalu bego sampai akhirnya dia ninggalin gue? Maaf! Maafin gue! Tuhan.. Seandainya ku diberi kesempatan sekali lagi, walaupun hanya satu hari. Aku akan bilang kalau AKU CINTA DIA! Love firfanaa