Eight

1.3K 138 35
                                    

Seorang pemuda tengah tertidur pulas di tempat tidurnya. Sepertinya ia tengah bermimpi indah karena sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.

Sebuah suara mengagetkan pemuda itu. Ia pun terbangun. Saat terbangun, suara-suara itu tidak terdengar lagi. Awalnya, ia pikir itu cuma tikus.

"Ah ... mungkin cuma tikus," gumam pemuda itu.

"Memangnya ada, ya, tikus sebesar ini? Bisa bicara pula."

Pemuda itu kaget dan merasa takut. Soalnya, ia sendirian di rumah itu karena Orang tuanya sedang kerja di luar kota. Semua pintu dan jendela sudah dikunci dari dalam.

Mustahil ada orang yang bisa mencongkel kuncinya tanpa menimbulkan suara.

"Si- siapa kamu?! " tanya pemuda itu ketakutan.

"Aku? Itu bukan hal yang penting, kan? " jawab orang itu dengan dinginnya.

Pemuda itu melihat wajah orang itu tertutup poni rambut di sebelah kanan. Ia pun berinisiatif mengambil kipas portable dan mengarahkannya ke poni orang itu.

Angin dari kipas portable itu menyibakkan poni orang itu, membuat wajah orang itu terlihat sepenuhnya. Pemuda itu terkejut mendapati wajah orang itu.

"Ka ... kamu ...." pemuda itu terkejut.

"Ya. Lama tidak bertemu, Jacob Ritter ...," jawab orang itu.

Pemuda bernama Jacob itu menatap ke arah orang itu dengan wajah takut. Tetapi, entah kenapa orang itu malah tertawa seperti psikopat gila.

"Kenapa? Kenapa kamu ketakutan begitu? " tanya orang itu kemudian tertawa lagi.

"Tidak- maksudku ... darimana kamu bisa masuk?! Semua pintu dan jendela-"

Kata-kata Jacob seketika terputus setelah ia ingat bahwa ia lupa mengunci jendela kamarnya.

Benar-benar kecerobohan yang mengundang maut.

Orang itu pun mendekat ke arah Jacob dengan pisau yang sudah stand by di dalam kantong hoodie biru nya.

"Besok masih sekolah, lebih baik kamu kembali ti-"

"Tunggu! " seru Jacob menghentikan orang itu.

"Apa? " tanya orang itu.

Jacob menunduk sebentar, seperti sedang merenung. Kemudian, ia mengangkat wajahnya dan memasang ekspresi mantap jiwa.

"Aku ...," Jacob ragu-ragu.

"Hm? " orang itu penasaran.

"Aku ... sudah lama ingin mengatakan hal ini. Sebenarnya, aku menyesal sudah menolakmu saat itu. Aku ... merasa kesepian ...," jelas Jacob.

Ingatan yang tidak diinginkan itu kembali masuk ke dalam memori otak orang itu. Ia berusaha menenangkan diri.

"Jadi? " tanya orang itu.

"Apa aku ... masih ada tempat di hatimu? " tanya Jacob dengan wajah memerah.

Entah kenapa, perasaan orang itu bercampur aduk. Senang, bahagia, marah dan kecewa kini bercampur menjadi satu. Dia tahu perasaan apa itu.

Muak.

Ya, orang itu merasa muak.

Tapi, apa salahnya untuk sedikit bermain-main dengan calon korbannya?

Orang itu pun mendekat ke arah Jacob dan akhirnya mereka berdua berada dalam satu tempat tidur.

Orang itu mendorong tubuh Jacob dengan kasar sampai Jacob jatuh dalam posisi berbaring. Posisi mereka sekarang adalah Jacob berada di bawah tubuh orang itu.

Sepertinya, wajah Jacob sudah lebih merah dari kepiting rebus.

"Hei, apa salahnya jika kita 'bermain' sebentar? " goda orang itu.

"Eh?! T- tunggu, aku belum siap!! " jawab Jacob malu-malu.

"Maka dari itu, persiapkan dirimu sekarang! " kata orang itu.

"Tapi ...." Jacob masih ragu.

"Tenang saja. Ini tidak akan sakit dan cepat selesai," jelas orang itu meyakinkannya.

Awalnya, Jacob masih enggan dan malu-malu. Tetapi akhirnya ia pun menyerah dan mengizinkan.

"Lakukan saja sesukamu. Tapi ... jangan terlalu ... kasar ...," pinta Jacob dengan wajah yang semerah lobster rebus.

Orang itu pun memulai permainannya. Permainan itu bukanlah yang seperti Jacob bayangkan, tapi apa salahnya untuk bermain-main dulu dengan calon korbannya?

Suara desahan dan lenguhan yang keluar dari mulut Jacob memenuhi ruangan. Orang itu tersenyum licik melihat calon korbannya menikmati permainannya.

Jacob yang kelelahan akhirnya tertidur. Orang itu langsung mengeluarkan pisau dari kantong hoodie-nya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

JLEBB!!!

Pisau itu menancap tepat di jantung Jacob sehingga ia pun tewas seketika.

Darah Jacob mengotori dinding kamar dan sprei tempat tidurnya. Hoodie orang itu pun terkena cipratan darahnya.

"Aku tidak bohong, kan? Ini samasekali tidak sakit dan cepat selesai ...," ucap orang itu lalu mencabut pisaunya.

"Asal kamu tau, penyesalan selalu ada di belakang."

Bersambung ...

The Sadness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang