Detektif Andrew pun segera meneliti remaja itu. Rambut hitam, tampan, dan takut pada serangga. Hal itu menunjukkan sesuatu.
Untuk memastikan ciri-ciri yang lain, ia melihat foto mereka berdua saat berfoto di mesin photoboot. Kini, mata detektif Andrew pun membulat sempurna.
Iris biru yang amat redup, seperti menceritakan rasa sakit yang selama ini dialami remaja itu.
Ia pun mengambil HP dari saku jasnya dan dengan cepat mengetikkan nomor seseorang dan menekan tombol call.
"Andrew, bagaimana?" tanya detektif Elly.
"Persis sekali ...,"jawab detektif Andrew.
"Persis apa? Jangan-jangan ...," detektif Elly menduga.
"Seperti dugaan kita sebelumnya. Jadi, apa langsung kubawa ke markas kepolisian? Atau ...."
"Jangan terlalu gegabah! Laksanakan rencana B!" jawab detektif Elly dengan cepat.
"Baiklah." dan ia pun menutup teleponnya.
Detektif Andrew memasukkan HP nya kembali ke dalam saku jasnya dan mengeluarkan tang. Ia terdiam sejenak.
Yang ada di pikirannya sekarang adalah, bagaimana jika ada orang yang melihat aksinya dan menuduhnya ingin berbuat mesum kepada remaja itu.
Yah, mau bagaimanapun, remaja itu tetaplah seorang gadis. Bisa saja ia melakukan hal-hal yang umm ... ya, gitu, kepada remaja itu. Tapi dengan cepat langsung ia tepis pikiran negatif dari otaknya dan mulai kembali pada tugasnya.
Kedua tangannya mulai bekerja mengutak-atik resleting jaket remaja itu dengan bantuan tang. Tak lama kemudian, remaja itu pun bangun.
"Ugh ... kepalaku ... apa yang baru saja terjadi padaku?" tanyanya sambil memegangi kepalanya yang sakit.
"Kamu pingsan saat ada capung yang hinggap di hidungmu," jawab detektif Andrew.
"Hmm ... gitu, toh ...," komentarnya.
Entah kenapa, lama-kelamaan ia merasa kedinginan. Remaja itu pun mengecek jaketnya.
"Ah, resletingku ...," keluhnya.
Ia mendapati resleting jaketnya rusak dan itu menyebabkan dirinya merasa kedinginan. Detektif Andrew langsung mencari sesuatu di setiap saku pakaiannya.
"Pakailah peniti ini untuk mengancing jaketmu. Setidaknya agar kamu tidak terlalu kedinginan," kata detektif Andrew seraya memberikan peniti tersebut.
"T- terima kas- sih ...," katanya menerima peniti tersebut.
Dengan kedua tangannya yang dalam kondisi gemetar seperti itu, mustahil baginya untuk memasang peniti tersebut. Detektif Andrew pun berbaik hati memasangkan peniti tersebut.
Tak lama kemudian, mereka berdua telah kembali ke dermaga. Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Remaja itu telah kembali ke rumahnya. Tetapi tidak dengan detektif Andrew, ia melakukan konfirmasi tugasnya terlebih dahulu.
"Jadi bagaimana, Andrew?" tanya detektif Elly memulai pembicaraan.
"Beres! Tinggal menunggu aba-aba dari inspektur saja!" jawab detektif Andrew semangat.
"Baguslah kalau begitu." kemudian pembicaraan mereka terhenti sampai di situ.
Detektif Andrew pun masuk ke dalam mobilnya dan kembali ke markas kepolisian pusat.
***
"Hei! Berapa lama sudah kamu tidak menghubungiku?!" omel Tessa di telepon.
"Maaf, aku sedang sibuk," jawabnya.
"Hah ... ada apa denganmu akhir-akhir ini?" tanya Tessa.
"Aku merasa, dunia ini tidak menerima keberadaanku. Aku tau jika keberadaanku memang ditolak hukum alam. Rasanya aku ingin mati saja, atau ...
"Mungkin memang lebih baik kalau aku mati sekarang saja?" jelasnya.
Tessa pun seketika membulatkan matanya dengan sempurna setelah mendengar ucapan terakhir yang di keluarkan dari bibir sahabatnya itu. Firasatnya mengatakan bahwa akan ada hal buruk yang besar terjadi.
"Tunggu ... kamu ngomong apa si-"
"Selamat tinggal."
Dia, berlumuran darah segar dengan pisau berlumuran darah di tangan kanannya, berdiri di bawah sinar bulan di atas atap sebuah apartemen, menatap dingin ke arah sungai London.
Ia mengangkat HP nya dan langsung melemparkannya ke dalam sungai London.
Big ben berbunyi 12 kali pada malam itu, menunjukkan bahwa jarum pada menara jam itu telah menunjukkan pukul 12 malam. Tatapannya pun beralih menatap jarum pada menara jam itu.
"Sudah waktunya ...."
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sadness [COMPLETED]
Mystery / Thriller[FIRST PART OF THE SADNESS SERIES] WARNING!!! Cerita ini mengandung muatan dewasa (kekerasan fisik & mental, bahasa kasar, dan lain-lain) jika tidak nyaman dengan hal-hal yang sudah disebutkan diharap untuk tidak membaca cerita ini. ...