"Kami pulang!!" seru Orang tua Jacob.
Kedua Orang tuanya mendapati rumah mereka sangat sepi. Padahal biasanya, Jacob akan langsung turun dan menyambut mereka berdua.
"Jacob, apa kau sudah tidur?!" tanya Ayahnya dari bawah dengan sedikit berteriak.
Tidak ada jawaban.
"Ayo kita cek kamarnya!" ajak Ibu Jacob.
Mereka berdua segera menaiki tangga lantai 2 menuju kamar Jacob. Sang Ayah membuka pintu kamarnya, dan yang mereka dapati adalah ...
"Oh, tidak!! JACOB!!!!"
***
Suara sirine mobil polisi kembali memecah ketenangan pada malam itu setelah beberapa hari tidak terdengar.
Dan rupanya, detektif Andrew dan detektif Elly beserta personil kepolisian lainnya juga ada di situ.
"Korban adalah Jacob Ritter, 14 tahun. Dibunuh dengan cara ditusuk tepat di jantungnya," jelas detektif Elly.
"Tidak ada air mata?" detektif Andrew memastikan.
"Tidak ada. Tidak ada bekas air mata dan tidak ada luka perlawanan, bukan dia," jawab detektif Elly.
"Tidak, itu memang dia," tukas detektif Andrew.
"Haah? Apa buktinya sampai kau berasumsi seperti itu?" tanya detektif Elly.
"Tanpa luka perlawanan, itu salah satu ciri khasnya. Lagipula dari hasil penyelidikan TKP dan hasil autopsi mayat korban, juga menunjukkan ciri khas lainnya yaitu masuk tanpa paksaan dan menyerang organ vital," jelas detektif Andrew panjang lebar.
Detektif Elly terdiam karena penjelasan detektif Andrew yang sangat detil itu. Ia merasakan perubahan sikap Andrew padanya.
"Andrew, aku merasa sikapmu padaku berubah sejak munculnya The Sadness 3 bulan yang lalu," keluh detektif Elly.
"Lalu?" tanya detektif Andrew.
"Jangan-jangan, kau jatuh cinta padanya sampai segitunya memperhatikannya?!" detektif Elly cemburu.
Wajah detektif Andrew memerah seketika.
"S- sembarangan! Dari mana kau tau gender-nya?!" tanya detektif Andrew.
"Kau menggunakan 'She' dan 'Her' ketika kita membicarakannya. Tak mungkin kan, laki-laki pakai 'She' dan 'Her'?!" jawab detektif Elly.
"Eh? I- iya juga, sih ...." detektif Andrew tak berkutik.
Mereka pun kembali melanjutkan penyelidikan. Tiba-tiba seseorang mengagetkan detektif Andrew.
"Kamu kan ... Kurogawa Tessa?! Apa yang kau lakukan malam-malam di sini?!" detektif Andrew terkejut.
"Hehe, aku mendengar ada pembunuhan lagi. Tapi aku tidak menyangka, dialah korbannya ...," jelas Tessa yang terlihat sedih.
"Apa kamu kenal dengan korban?" tanya detektif Elly.
"Ya. Dia murid kelas VIII-A dan juga anak dari kakak ibuku," jawab Tessa.
"Itu artinya kalian berdua sepupu?" detektif Elly memastikan dan disambut anggukan oleh Tessa.
"Dee-dee, dia pasti sangat sedih mengetahui orang yang dulu disukainya sudah meninggal ...," ucap Tessa kemudian menangis.
"Kami akan segera menemukan temanmu yang hilang itu. Jadi, jangan menangi-"
"Kami bukan cuma sekedar teman, tapi kami adalah sahabat sehidup semati!!" ralat Tessa.
"Apapun seperti apa dia bagimu, yang jelas kami akan segera menemukannya!" ucap detektif Andrew meyakinkan.
Detektif Andrew dan detektif Elly langsung berpencar menanyai hubungan orang-orang sekitar dengan korban.
Setelah mendapatkan banyak informasi, kepolisian memutuskan untuk menyudahi penyelidikan TKP. Tessa yang menyadari itu langsung berlari mengejar dua detektif polisi muda itu.
"Tunggu!" seru Tessa.
"Ada apa lagi?" tanya detektif Andrew.
"Aku ingin Dee-dee cepat ditemukan, jadi aku akan memberitahu ciri khas yang paling menonjol dari dirinya," jelas Tessa.
Detektif Andrew dengan cepat menyiapkan catatannya dan pulpen.
"Silahkan dimulai," kata detektif Andrew.
"Dee-dee sangat anti terhadap serangga. Jika ada serangga di dekatnya, dia pasti langsung pingsan.
"Di lengan kanannya terdapat luka bakar, rambutnya hitam seperti rambutmu, lalu warna bola matanya memang biru, tapi sangat redup.
"Oh, jangan lupakan yang ini! Sebelum ia pingsan karena serangga, dia akan mengatakan 'demi celana dalam Tessa!!' kemudian pingsan," jelas Tessa panjang lebar.
"Tunggu, kenapa harus celana dalammu?" tanya detektif Elly.
"Kalau itu sih, aku tidak tau. Tapi, ya sudahlah," jawab Tessa.
"Terima kasih infonya, ya!" kemudian detektif Andrew pun masuk ke dalam mobilnya.
Sepanjang perjalanan menuju kepolisian, pemuda 23 tahun itu terus berpikir bahwa ia pernah bertemu dengan siswi yang hilang itu.
Tiba-tiba, ia teringat pada remaja yang bersama dengannya saat di taman bermain.
'Apa jangan-jangan ....'
Bersambung ...
***
Hello, guys!
Aku update chap Nine setelah otakku beberapa hari mengalami 'Mati ide'
Hahaha, btw di chap ini banyak clue yang keluar loh ... XD mumpung author lagi baik hati supaya readers bisa mecahin misteri yang ada di setiap chapter ^^
Btw, aku mau curhat, nih.
Kemarin itu kan oe nonton anime 'Boku no P*co' soalnya kepo banget. Dan gara-gara itu, chap Nine yang harusnya update kemaren jadi ditunda gegara abis nonton anime yaoi itu mataku langsung panas.
Sumpah, author gak kuat buat nerusin nonton ...
Sebagai permintaan maaf karena telatnya update dengan alasan yang GAK BERMUTU, aku kasih gambarnya Sadness nih :
Nyoba-nyoba pake SAI :)
Nah, gambar ini juga salah satu clue nya, loh ...Dont forget to Vote + Comment, ya!!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sadness [COMPLETED]
Mystery / Thriller[FIRST PART OF THE SADNESS SERIES] WARNING!!! Cerita ini mengandung muatan dewasa (kekerasan fisik & mental, bahasa kasar, dan lain-lain) jika tidak nyaman dengan hal-hal yang sudah disebutkan diharap untuk tidak membaca cerita ini. ...