Xiumin POV.
"Min Seok-ah.. bolehkah aku menyentuh bakpao mu?"
"Ne?" Aku tidak mengerti apa yang ia maksud. Bakpao? Oh! Tunggu sebentar.
"Apa maksud mu ini?" Aku menujuk kedua pipiku. Semua orang bilang kalau pipiku ini seperti bakpao. Pasti aku tidak salah.
Kulihat ia mengangguk semangat sambil tersenyum. Ah ya ampun.. kenapa senyumannya sangat manis. Ditambah badannya yang kecil dan wajahnya babyface menambah keimutannya. Ah! Kyeopta!
"Bolehkah? Bolehkah aku menyentuhnya?" Sekarang dia menggunakan puppy eyes nya yang membuatnya semakin imut. Aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum.
Tap
Perlahan kurasakan kedua tangannya menyentuh kedua pipiku. Tangannya yang kecil begitu lembut kurasakan. Dengan perlahan dia mengusap pipiku. Rasanya seperti ada bulu yang sangat halus menyapu pipiku dengan lembut.
"Kau tahu.." tiba-tiba saja sebulir air bening mengalir dari pelupuk mata kanannya. Aku mengangkat tanganku lalu menghapusnya. Kulihat dia tambah menangis dan bahkan terisak dengan pilu. Entah mengapa hatiku sangat sakit seperti diiris-iris saat mendengar isakannya yang memilukan.
Aku merengkuhnya dalam dekapanku. Kuusap punggungnya perlahan.
"Hiks.. Kau tahu.. hiks..hiks..sesudah kau terbunuh.. hiks.. aku selalu berpikir.. hiks.. untuk apa aku hidup jika belahan jiwaku sudah tiada.. hiks.. hiks.. berulang kali aku mencari masalah dengan hiks.. penjaga sialan itu... hiks.. agar mereka mau menusuk jantungku.." Aku sangat terkejut mendengarnya. Entah mengapa aku merasa sangat kesal dengan diriku yang dulu karena begitu lemah hingga tidak bisa melindungi tubuh yang sebenarnya sangat rapuh. Mulai sekarang, aku akan menetapkan dalam hatiku kalau aku akan selalu menjaga dan mencintai wanita cantik ini.
"Jangan berkata seperti itu. Aku tidak suka." Ucapku sambil mengelus rambutnya yang sangat halus. Ia menganggukkan kepalanya pelan.
"Mulai sekarang, kau bisa mencintaiku sepuas mu, ne?" Tanyaku sambil menarik kepalanya hingga wajah kami berhadapan. Ia menatapku dan menganggukkan kepalanya dengan wajah polos. Bahkan matanya bengkak dan memerah. Ia terlihat sangat menggemaskan. Kumajukan wajahku dan mengecup kelopak matanya dan ia refleks menutup matanya.
Chanyeol Pov.
JJ mengusap punggungku yang sudah tidak terlalu sakit. Sekarang aku sedang baring di ranjang JJ dengan posisi kepala ku diatas pangkuan JJ.
Aku tak bisa bayangkan apa yang terjadi kemarin. Kemarin kurasa aku melihat malaikat maut yang benar-benar datang menjemputku. Benar-benar peristiwa yang akan kuingat seumur hidup. Tapi aku masih tidak mengerti. Mengapa punggungku bisa sembuh dengan cepat? Padahal aku yakin, kemarin aku sangat kehilangan banyak darah karena vampir itu mencakar punggungku berkali-kali. Apakah karena tangan wanita bernama Hun Lier itu? Hah! Tidak mungkin. Itu tidak masuk akal! Tapi..
"Bagaimana? Apa sudah tidak sakit?" Lamunanku buyar karena wanita cantik yang sedang mengusap punggungku. Aku merubah posisiku dengan kepalaku menghadap ke atas hingga mata kami bertemu.
"Ne, sudah tidak sakit. Semuanya berkat kalian. Aku sangat berterima kasih pada kalian. Tapi bolehkah aku bertanya?"
"Tentu saja. Bertanyalah." Ucapnya sambil membelai rambutku halus. Hahh... nyaman sekali.
"Mengapa aku bisa dengan sangat-sangat cepat sembuh? Kupikir kemarin aku telah kehilangan banyak darah. Apa aku transfusi darah?" Tanyaku dengan alis terangkat keatas.
"Sebenarnya kemarin kau nyaris mati karena kehilangan banyak darah. Jantungmu berhenti berdetak selama 2 menit." Jawabannya membuatku mematung dengan mata membulat tak percaya. Aku mati? Selama 2 menit? Pantas saja aku melihat malaikat maut datang. Ternyata aku mati selama 2 menit. Sungguh di luar nalar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Pearl (EXO FF)
FanficBagaimana jadinya kalau sebuah boygroup terkenal seperti EXO menjadi mate dari 12 werewolf yang cantik?? Bagaimanakah nasib mereka? Peringatan! Ini cerita berdasarkan hasil imajinasi saya dan beberapa adegannya, saya terinspirasi dari cerita wattpad...