#3

1.5K 187 1
                                    

Rumah ini adalah rumah kedua yang mereka tempati setelah sebelumnya mereka mengontrak rumah selepas pernikahan. Rumah petak terdahulu terletak di dalam gang sempit yang dirasa tak layak huni, Ratih minta agar Didi mencarikan yang lebih baik. Maka didapatlah rumah Jalan Sumur no. 13 ini.

Ratih sadar bahwa rumah yang baru ditempati mereka selama setengah tahun ini nampak luas. Bukan karena luas denah dan bangunannya tetapi minimalis secara layout. Halaman depan yang lantainya asli granit itu hanya berupa taman dan carport menuju garasi. Di ruang tengah dan ruang keluarga tak ada sekat pemisah karena developer tidak menutupnya dengan tembok. Ditambah lagi mereka tidak memerlukan banyak furnitur untuk mengisi ruangan-ruangan itu. Sehingga terasa sekali luasnya ruangan itu bila Ratih membuka pintu depan rumah.

Kamar tidur Ratih terasa lebih blong karena hanya berisi kasur, lemari pakaian dan meja riasnya. Karena terlalu banyak ruang kosong, Suaminya ingin ada kamar kerja untuknya. Akhirnya kamar itu ia sekat menjadi dua ruangan yang dipisah oleh pintu ke dua arah.

Setelah kepergian suaminya, Ratih segera mengunci pintu depan lalu menyalakan lampu luar dan ruang keluarga agar lebih terang lagi. Tembok yang putih membuat ruangan itu semakin terang. Ratih menunggu suaminya pulang sambil menonton televisi di ruangan itu.

Saat pukul sepuluh malam, ia pergi ke kamarnya karena rasa kantuk yang pelan-pelan menjalar. Suaminya yang berjanji akan pulang cepat belum memberi kabar. Ratih menuju kamar dan mencoba untuk tidur mendahului suaminya.

Pada saat mata Ratih mulai memejam, terdengar pintu depan diketuk beberapa kali. Ratih sebenarnya enggan menerima tamu malam-malam begini terlebih saat suami tak ada. Namun, pikir Ratih, itu mungkin satpam yang dimintai Didi untuk ikut menjaga rumah. Akhirnya Ratih turun dari tempat tidur menuju pintu depan untuk menemuinya.

Anehnya, Ratih hanya melihat seorang pria lengkap dengan atribut satpam berjalan jauh dari pintu. Ratih mengernyitkan kening tak paham. Pria itu berkeliling di ruas jalan sambil membawa anjingnya seolah ia tak pernah mengetuk pintu rumah. Beberapa saat kemudian satpam itu memberikan sikap siaga kepada Ratih, "Selamat malam, Mbak." Sepertinya satpam itu sedang patroli.

Ratih kembali masuk rumah dengan perasaan yang ganjil.

Jangan Ketuk Pintu Rumah KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang