Dream From The Past

357 18 0
                                    

Sinar matahari yang menyusup melewati dedaunan pohon, angin laut yang terasa kering, juga rumput hijau yang membentang cukup luas ini...

Aku pernah melihat nya, perasaan ini terasa familiar. Tapi kapan? Dan, di mana ini?

"Oi! Shizuka! Apa yang kau lakukan di atas sana?"

Suara itu? Saat aku menoleh ke belakang, aku melihat anak laki-laki berusia sekitar 7 atau 8 tahun. Sekilas saat aku melihat kulit nya yang bewarna kecokelatan serta rambut hitam ke hijauan dan bentuk matanya. Apalagi style baju Hawai dan celana putih pendek yang dia pakai. Anak itu terlihat persis seperti Paman Nanjiro versi mini.

"Apa yang kulakukan? Tentu saja aku ingin mengambil jeruk, dasar Ryoga bodoh! Kau kan tidak mau mengambil kan nya untuk ku! Dan panggil aku Nee-chan! Aku lebih tua dari mu!"

Jawaban gadis itu membuat ku mendongak kan kepala ku ke pohon dimana ku temukan gadis kecil yang memakai gaun musim panas selutut. Tapi tampak gaun nya telah kusut di beberapa bagian. Rambutnya pun di penuhi oleh ranting dan dedaunan. Dia juga melepaskan sandal nya agar memudahkan nya memanjat pohon yang di penuhi jeruk.

Ah, itu aku! Pantas saja rasa nya familiar. Ini kan kebun belakang rumah Paman Nanjiro dan Bibi Rinko di LA.

"Cih, kau kan bukan kakak ku. Untuk apa aku memanggil mu Nee-chan?"

Jawaban Ryoga membuat ku mengernyitkan dahi. Aku sampai nyaris lupa betapa menyebalkan dia dulu. Dulu? Aku rasa sampai sekarang dia tetap menyebalkan. Sifat turunan dari Paman Nanjiro. Setidak nya Ryoma dulu sangat manis dan lucu.

"Hey! Meskipun Ryo-chan bukan adik ku. Dia juga memanggil ku 'Shizuka-Nee' kok!"

Aku pun mengangguk setuju dengan diri ku versi mini. Meskipun kami bukan saudara kandung tapi aku menganggap mereka seperti adik ku sendiri.

"Chibisuke kan hanya mengikuti apa yang Otouto mu katakan. Apa benar dia menganggap kau kakaknya?"

Pertanyaan jahil seperti itu tidak akan membuat ku emosi saat berusia 18 tahun. Tapi aku baru ingat saat usia 10 tahun, aku tipe gadis emosional. Dan juga blak-blakan sekaligus tomboy. Meskipun ibu sudah berusaha memakai kan gaun dan menata rambut ku dengan lucu. Tetap saja hal itu percuma. Apalagi Ace dan Sabo juga pasti meledek ku jika aku berdandan seperti gadis feminim. Ditegur oleh ibu pun juga tidak akan berguna. Saat usia 12 tahun baru aku memutuskan untuk berubah lebih feminim untuk menyenangkan ibu.

"Apa kau bilang? Coba kau katakan sekali lagi, Echizen Ryoga?"

Bibir manyun, alis mengernyit, serta tangan yang semula memeluk Batang pohon kini di gunakan untuk menunjuk Ryoga. Kaki nya pun ikut bergerak-gerak karena merasa kesal. Sampai akhir...

Kreekk!

"Kyaaa!"

Karena terlalu banyak bergerak batang pohon jeruk yang tidak terlalu kuat menopangnya itu menjadi patah. Saat itu pun aku refleks berlari dan mencoba merentangkan lengan untuk menangkap nya. Tapi malah tubuh ku serasa di goyang oleh sesuatu. Atau seseorang. Dan sayup-sayup terdengar suara memanggil ku.

***

"zuka?"

"Shizuka-chan?"

Hm? Itu, suara Paman? Perlahan kubuka mata ku dan samar-samar kulihat dari jendela taksi. Terlihat gerbang rumah khas Jepang yang berasal dari kayu. Bentuknya sederhana, sama sekali tidak ada ukiran atau pun hiasan yang mencolok. Segera kualih kan pandangan ku ke Paman.

Empress of TennisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang