Part 5

68 14 0
                                    

Rere POV

Hari ini Aku akan menginjakkan kaki di sekolah menengah atas. Aku datang pagi pagi supaya tidak telat, berhubung hari ini adalah waktu dimana ospek dilaksanakan. Berkumpul di Indoor adalah hal yang pertama kali aku lakukan. Yang kukenal alrab disana, hanya Niken dan Paman karena Paman adalah kepala sekolahnya.

Bicara tentang pendaftaran dan nasib Via. Pendaftaranku dan Niken tidak seribet teman teman lainnya karena aku punya banyak prestasi saat di SMP dan Niken juga. Sedangkan Via telah sekolah di Bandung, karena ayahnya mengambil alih perusahan kakeknya di Bandung, intinya pindah kerja. Oke, sekarang balik ke ceritaku yang lagi ospek.

Aku dan Niken berada dikelas yang berbeda saat ospek. Aku di kelas X IPA 1 sedangkan Niken berada di kelas X IPA 5. Banyak hal aku lakukan, dari pengenalan lingkungan sekolah, berkenalan dengan guru dan kakak kelas, hingga mendata most wanted sekolah. Ups, kegiatan yang terakhir itu cuma kegiatan ku sama Niken saja.

***

Hari hari ospek terlalui hingga hari ini aku sudah masuk seperti biasa namun dengan kelas yang berbeda. Aku berangkat bersama kak Rero yang merupakan most wanted SMA Merdeka. Sesampainya di sekolah baruku aku segera menghampiri Niken di belakang gedung IPS yang tepatnya tempat kita janjian.

"Woy! Kita sekelas broo, asekk...boleh maen contek menyontek nih!" Ujar Niken membuatku kaget ketika aku celingak-celinguk mencari keberadaannya.

"Eh...hah? Satu kelas? Beneran?" Tanyaku yang ikut terkejut juga.

"Iya, lihat lagi yuk!" Ucap Niken sambil menarik tanganku menjauhi gedung IPS menuju Mading di koridor lantai satu.

"Kita dikelas IPA 3?" Tanyaku yang dibalas anggukan dari Niken tanda iya. Dari mading dikoridor lantai satu, aku dan Niken berjalan menuju kelas X IPA 3 yang berada dilantai satu karena lantai satu tempatnya kelas X IPA, UKS, dan gudang. Lantai dua tempatnya kelas XI IPA dan beberapa laboratorium serta lantai tiga kelas XII IPA dan perpustakaan. Begitu pula di gedung IPS. Sedangkan ruang guru dan kepala sekolah berada di gedung utama. Eh, kok malah bicara denah sekolah? Oke, kita lanjut.

"Nike, gue mau nanya?!" Izinku terlebih dahulu sebelum seutas kalimat ku lontarkan.

"Nanya apa? Mau nanya tinggal nanya, ngga usah izin izin katak kita baru kenal," jawab Niken yang sudah sedang mengotak ngatik hpnya.

"Waktu elu di kelas X IPA 5 ada yang ganteng nggak?" Tanyaku sambil tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuk leherku yang tidak gatal.

"Whaattttt? Lo izin mau nanya ke gua cuma nanya beginian doang?" Aku sedikit terkejut ketika Niken yang menjawab pertanyaan nya dengan nada yang naik satu oktaf. "Eh, lupain aja! Bercanda doang kok biar nggak kaku," jawabku merealisasikan suasana.

"Gue ke toilet dulu ya Re, elu langsung kekelas aja nyari tempat duduk yang nyaman. Jangan dekat-dekat ataupun jauh-jauh dari bangku guru dan tentunya tepat dibawah AC, biar belajarnya nyaman." Aku hanya mengangguk mengiyakan celotehan Niken yang panjang lebar itu.

Aku masih bingung, mau masuk kelas atau menunggu Niken. Tapi akhirnya ku putuskan untuk masuk kelas dan terlihat disana hanya ada seorang cowok yang terlihat kesusahan menghidupkan AC. Kuletakkan tasku dan tas Niken di bangku tepat dibelakang cowok itu berdiri. Karena Niken-lah yang memintaku untuk duduk tepat dibawah AC supaya belajar nyaman katanya.

Aku mencoba menyapanya untuk membantunya sekalian kenalan karena dia pasti anak kelas ini yang tentunya akan menjadi temanku sampai tiga tahun mendatang, tapi kulihat dia acuh.

"Boleh aku mencobanya?" Kataku yang sedikit aneh dan gugup. Aneh karena memakai logat aku sedangkan gugup karena ini baru pertama kalinya aku menyapanya yang hanya dibalas dengan deheman sehingga aku yang mengangkat sedikit tangan kembali aku turunkan dan aku kembali duduk, tapi

Kacang kesayangan [Kksy#1~sedangdirevisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang