Part 9

44 9 0
                                    

Hari yang panjang aku lewati diatas ranjang. Setelah menulis isi hatiku diselembar kertas, aku tertidur dan baru bangun ketika senja. Senja, masa yang indah namun cuma sementara. Aku bangun dengan keadaan super acak acakkan. Rambut yang mengembang seperti singa dan mata yang sembab seperti panda karena terlalu banyak menangis. Melihat pantulan diriku dikaca rasanya aku ingin pingsan sendiri.

Beranjak dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi dengan lemah karena pikiran penuh dengan nama orang 'itu' Natha.

Badan telah segar namun otak masih layu, semua ini gara gara hal bodoh itu, cinta. Malam yang indah dengan bintang bintang yang redup namun masih bisa menerangi alam semesta kulewati dengan mata yang berkaca kaca tapi tak mampu mengeluarkan air mata. Menatap indahnya malam dengan mata nanar dibalkon dan terkadang kutarik bibirku untuk tersenyum, mengingat begitu aku menyukai malam berbintang karena semasa kecil ak-

"Rere, Lo dimana?" Teriak kak Rero memecah lamunanku sehingga refleks aku menarik bibirku kembali yang sebelumnya terukir senyum tipis disana.

"Eh, iya kak ada apa?" Jawabku sedikit terisak menyeka cairan bening yang mau keluar dari manik mataku.

Kak Rero berjalan ke balkon dan menjupaiku dengan penampilan yang sangat buruk. Ya, memang cuma kak Rero yang masih peduli sama aku selain mama papa.

"Eh, elo kenapa dek? Sumpah! Buruk banget Lo!" Ucapnya sambil mengelus lembut pipiku dan menatap mataku penuh pertanyaan.

"Gue nggak papa kak cuma sedih aja," aku takut. Aku takut kak Rero ngapa-ngapain Natha karena aku seperti ini karena Natha. Aku takut kejadian dua tahun lalu terulang ketika aku kelas tujuh SMP aku diganggu temanku dan kak Rero memukuli anak laki laki itu tanpa ampun, aku tak rela jika orang yang kucintai disakiti. Aku takut kak Rero melukai Natha.

"Eh, kok ngelamun sih? Kenapa hayoo? Nggak mungkin Lo kaya gini tanpa apa apa. Kenapa?" Tanyanya lagi.

"Mm..mm..Natha,"

"Ternyata tuh bocah, diapai lo sama dia? Dia nyakitin hati lo dek? Gue kasih pelajaran tuk adeknya kunyuk," lagi lagi kak Rero membuatku takut ketika mengucapkan semua itu, aku takut jika kak Rero nyakitin Natha.

"Nggak ng..nggak apa apain Natha kakkk... Gue bercanda doang" aku mengelak namun aku pastikan mataku yang semenjak tadi ditatap kak Rero seakan berkata aku sakit karena Natha.

"Udah, jangan bohong Lo! Gue tau Lo kayak gini gara gara bocah itu," aku kembali menunduk.

"Mm...iya"

"Dek, lupakan dia! Ada yang lebih baik darinya dan ada yang lebih lebih segalanya darinya. Mau kakak kenalin sama temen kakak?" Ucap kak Rero menenangkan ku. Aku hanya tersenyum tipis dan meninggalkan Rero di balkon. Aku menuju ranjang untuk tidur dan istitahat dari rasa cinta sialan itu.

Malam yang panjang rasanya aku tak bisa kembali ke kehidupan ku yang seharusnya, main smartphone, baca novel, dan yang lainnya juga, bahkan aku lupa makan. Rasanya setiap hal yang kucoba menjadi pahit tak berasa, HAMBAR! Semua itu karena Natha. Oh Tuhan kenapa harus dia yang ada dipikiran ku? Seperti orang gila jika aku memikirkan orang yang sama sekali tak memikirkan ku. Namun aku tau, ini masih awal dari semuanya. Ini adalah kisah seorang Areena yang tak akan dilupakan, aku akan memulai semuanya dengan mental yang kuat untuk menghadapi kisah cinta yang berawal tragis. Aku terlalu lelah dan akhirnya tertidur.

***

Berjalan menyusuri koridor lantai dua kelas sepuluh gedung IPA dengan mata sebam karena semalam sehingga aku menjadi pusat perhatian siswa yang kulewati disepanjang koridor. 'Untung masih pagi, kalo udah siang mati gue jadi bahan gosip babe' ucapku dalam hati. Babe itu kepanjangan dari baby byanca yang merupakan geng cewek yang paling ditakuti se Merdeka. Aneh bukan? Namanya SMA Merdeka tapi siswanya belom pada merdeka jiwanya.

Kacang kesayangan [Kksy#1~sedangdirevisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang