Awal

36.7K 3.2K 1K
                                    

Aku takut akan bahagia, karena sering kali dia datang lalu pergi dengan meninggalkan luka. Aku tidak takut akan luka, karena dari luka aku bisa mengerti seperti apa arti bahagia.

Menikah bukan hanya sekedar menyatukan hati dua orang yang tengah dilanda cinta. Bukan pula hanya menyatukan kedua keluarga yang berbeda suku dan budaya. Bukan pula hanya sekedar memikirkan duniawi sebagai formalitas dan kualitas. Namun masih banyak yang harus diperhatikan ketika telah menikah.

Tidak mudah perjalanan pernikahan bila sekedar saling suka kedua manusia, karena menikah bukan hanya hubungan satu sampai dua tahun saja.

Namun dalam pernikahan, baik suami maupun istri harus sama-sama meredam ego demi satu keputusan yang sama. Harus sama-sama melihat dari sudut pandang yang luas tentang arti membangun rumah tangga. Walau dalam pernikahan, suami adalah pemimpinnya namun tidak menutup kemungkinan pula bila suami akan salah dalam mengambil keputusan tanpa nasihat-nasihat dari sang istri.

Ingatlah, pemimpin ada karena dipilih. Seperti halnya pasangan hidup. Jangan karena telah bangga menjadi suami, bisa mengatur kehidupan rumah tangga semaunya. Tidak berdosa seorang suami mendengarkan nasihat dari istrinya. Karena menikah adalah untuk saling melengkapi satu sama lainnya.

Seperti itulah kurang lebih nasihat-nasihat yang Nada ingat saat Ayahnya melakukan wejangan sehabis pernikahan dirinya dan Agam terlaksana.

Perasaan didalam hati Nada baru kemarin henna menghiasi seluruh permukaan tangannya. Kini waktu sudah berjalan cukup cepat.

Dua minggu. Dua minggu terasa seperti dua hari. Sangat-sangat tidak terasa. Apalagi seminggu setelah menikah, dia sudah kembali ke Malang dimana target wisudanya sudah menunggu.

Ini hal yang paling Nada benci. Setelah pertanyaan kapan menikah terlewati dengan hadirnya Agam dalam hidupnya, lalu kini pertanyaan horor muncul kembali.

Kapan 'isinya'?

Isi.. Isi.. Kadang Nada suka kesal sendiri. Selama seminggu setelah dia menikah, seluruh keluarga, kerabat, dan siapa saja yang mengenalnya pasti mengajukan pertanyaan yang sama.

Sampai-sampai Nada malas jika bertemu mereka. Bukan karena Nada benci ditanyai seperti itu, tapi ia ingin semua orang tahu bahwa dirinya dan Agam baru saling mengenal. Bahkan dalam waktu satu bulan sudah langsung terlaksana pernikahan. Lalu kapan mereka saling mengenal lebih dalam? Bahkan menjadi sahabat, bila semua orang sudah meributkan 'isi'.

Kalau Nada boleh menceletuk kasar, dia pasti akan bilang "isi Mbahmu," memangnya mudah membuat perutnya berisi?

Waktu saja baru mengijinkan mereka menjadi satu selama dua hari sebelum tamu bulanan Nada hadir disaat yang tidak tepat.

Ya, hal ini yang Nada tidak perhitungkan. Dia harus berhalangan setelah dua hari menikah. Benar-benar mengenaskan. Harusnya pasangan suami istri yang baru menikah melakukan bulan madu bersama untuk memadu kasih sekaligus menjadi lebih mengenal satu sama lain. Tapi Nada tidak.

Nada tidak mau berbulan madu disaat dia sedang banjir-banjiran. Untuk itu, Agam yang mengalah. Suaminya itu berkata akan membawa Nada ke suatu tempat yang Agam yakin Nada suka.

Tapi nanti. Setelah kuliahnya tamat!!!

Bicara soal kuliah, Nada yang baru masuk semester 5 memang sedang sibuk-sibuknya. Mata kuliah yang dia ambil memang sengaja di full kan. Agar masa-masa skripsinya nanti tidak direpotkan dengan mata kuliah lainnya. Tetapi Nada tidak menyangka akan sebegini banyak yang harus dia ambil. Sampai-sampai setiap harinya dia harus di kampus. Bergelut dengan ikan-ikannya.

Sambil mencibir kesal, Nada menatap laptopnya. Semester ini ada mata kuliah dinamika populasi ikan yang anehnya sering kali Nada pertanyakan. Mengapa harus dipelajari? Bukannya enak kalau pertumbuhan ikan menjadi pesat. Agar seluruh manusia bisa menikmati protein yang tinggi dari ikan-ikan itu.

Mr. Baihaqi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang