6 : Menanggung Kesalahan

592 73 14
                                    

Naya membenamkan kepalanya di atas meja. Pikirannya melayang ke kejadian saat pulang tes paduan suara kemarin.

-Flashback-

"Udah kubilang, kan? Aku akan menemukanmu." Elang tak melepas pandangannya dari Naya.

"Gi-gimana bisa?" Cowok di hadapannya itu kini berdiri cukup dekat, hanya sekitar 20 cm di depannya.

Elang tersenyum. "Bahkan ular laut yang lagi santai berenang di lautan lepas pun nggak bisa luput dari mata elang."

Naya tidak bisa membaca ekspresi Elang saat ini, apakah ia akan terkena masalah sekarang? "Jadi, mau Kakak apa?" tanya Naya memberanikan diri.

"Kamu harus tanggung jawab." Tatapan Elang semakin tajam.

"Untuk apa?"

"Karena kau sudah merusak acaraku."

"Aku nggak pernah ngerasa merusak acara Kakak."

Elang sedikit terkejut dengan reaksi gadis ini. Gadis itu terus menjawab omongannya. Tidak ada rasa takut dalam mata gadis itu, tapi Elang menduga bahwa tatapan gadis itu lebih menyiratkan rasa khawatir.

"Oh, ya? Lalu apa yang kau lakukan kemarin di hotel? Kamu pasti mengingatnya."

Naya membisu.

"Baiklah, aku akan mengingatkanmu. Kau meneriakiku seperti aku ini pencuri, memukulku dengan panci, dan membuat kemejaku kotor. Aku yakin kau pasti dapat mengira-ngira harga kemeja itu kalau kau tahu statusku."

Naya tertawa pendek, "Aku nggak pernah bisa paham sama anak orang kaya seperti Kakak. Kalau Kakak pengen aku mengganti kemeja yang kotor itu, lebih baik Kakak nyerah aja. Aku nggak punya uang untuk menggantinya."

"Ya iyalah! Kau kira aku bodoh? Melihatmu menjadi pelayan kemarin udah jadi bukti kalau kamu itu..." Elang berhenti sejenak, ia sedikit membungkuk, mendekatkan wajahnya ke gadis itu lalu mengamati wajah Naya, "bisa dibilang miskin. Kau penerima beasiswa, kan?"

Wajah Elang yang begitu dekat dengannya, membuat Naya memalingkan wajah ke samping, "Kalau udah tahu, kenapa Kakak masih tetap mencariku?"

Sifat memberontak gadis di hadapannya membuat Elang jengkel. "Kau lupa? Selain mengotori kemejaku, kau juga menggagalkan usaha kaburku. Kau sadar kalau gara-gara perbuatanmu itu benar-benar fatal?!" Elang mulai terlihat marah. Naya memberanikan diri memandang Elang, ia merasa terintimidasi dengan tatapan tajam cowok itu.

"Ma-maaf. Aku benar-benar nggak sengaja."

"Maaf? Gitu aja?" Elang mendesah keras. "Nggak semudah itu. Kau benar-benar membuat acaraku kacau. Emangnya kata maaf bisa balikin waktu?"

"Lalu, apa yang Kakak inginkan?" Suara Naya terdengar serak.

"Kau!"

Mata Naya terbelalak karena terkejut. "Hah? Apa Kakak udah gila?!" suaranya terdengar lantang.

Elang memutar bola matanya dan mendesah jengkel, "Jangan salah sangka dulu, deh. Aku akan memberitahumu besok waktu jam istirahat pertama. Kau harus menemuiku di halaman utama. Kalau kau nggak datang, kau akan menanggung akibatnya."

-Flashback End-

Naya mengacak-acak rambut panjangnya. Pikirannya kacau dan ia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam.

"Nay, daritadi diem aja?" tanya Dini.

"Kamu kenapa, Nay? Kayak nggak semangat gitu. Kenapa kamu nggak pakai masker lagi? Kamu mau ketahuan kak Elang?" tanya Eli.

Jewel In The King's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang